REVIEW - HARTA TAHTA RAISA
Selepas menonton Harta Tahta Raisa, saya tahu bagaimana masa kecil si penyanyi, perjalanan karir termasuk diskografi lengkapnya, anggota tim yang menyokong karirnya, seperti apa lingkungan kerjanya, persiapan konser tunggalnya tahun lalu, hingga fakta terkait "urban legend" bahwa ia mandi memakai air galon. Dokumenter karya Soleh Solihun ini memang tampil informatif nan lengkap. Saking lengkapnya, ada kesan Soleh terlampau ambisius dalam bercerita.
Proses menuju konser tunggal di Gelora Bung Karno menyatukan berbagai kisah, yang masing-masing mewakili keping kehidupan seorang Raisa Andriana. Beberapa rintangan sempat dihadapi jelang Hari-H. Sebutlah hujan yang mengguyur di tengah gladi, pertandingan timnas yang tiba-tiba digelar di tengah lapangan yang telah mulai ditata, sampai ujian terberat kala puterinya, Zalina, jatuh sakit.
Ada cukup materi untuk melahirkan dokumenter menggigit berisi persiapan konser, tapi filmnya kesulitan menjaga intensitas karena sering "mampir" di cabang penceritaan lain. Setiap cabang menyimpan potongan fakta yang membantu penonton lebih mengenal sosok Raisa, namun ada kalanya kita singgah terlalu lama di satu titik, sehingga momentum jelang konser tunggal gagal dijaga.
Tapi jika memandang Harta Tahta Raisa layaknya artikel atau berita yang bertujuan menambah pemahaman mengenai subjeknya, Soleh Solihun membuktikan kalau ia adalah jurnalis yang mumpuni. Secara cerdik ia susun film ini sebagai proses "menengok ke belakang". Momen pertama Raisa bercerita kepada kamera mengambil latar sehari setelah konser, sebab Soleh ingin mengajak penonton melihat lewat kacamata sang diva yang merenungkan perjalanan panjang karirnya. Bagaimana dalam 13 tahun ia bertransformasi dari bernyanyi di depan pengunjung cafe menjadi bernyanyi di atas panggung GBK yang disaksikan 42 ribu orang.
Sebagaimana jurnalis kelas satu, Soleh mengumpulkan banyak narasumber kemudian melakukan penggalian sedalam mungkin. Bersama Adryanto "Boim" Pratomo selaku manajer sekaligus partner bisnis kita mempelajari jatuh bangun karir Raisa, sementara sesi wawancara dengan sang suami, Hamish Daud, menciptakan momen manis yang mampu memunculkan senyum.
Babak akhir Harta Tahta Raisa tampil cukup emosional. Tatkala Raisa bersimpuh di tengah panggung pada akhir konser, sementara Boim duduk di bawah panggung dengan air mata mengalir deras, di situlah filmnya menghadirkan dampak emosional. Sebuah payoff bagi para individu yang dengan penuh semangat, rela bertempur melawan beragam kesulitan guna mewujudkan sesuatu yang mereka impikan.
Terpenting, sebagai dokumenter, film ini mampu memotret realita mengenai Raisa, yang di balik status diva serta mitos-mitos mengenai dirinya, ternyata hanya manusia biasa. Manusia yang mengkhawatirkan kondisi buah hatinya, manusia yang malu-malu mendengar cerita romantis dari masa lalu, manusia yang bakal merasa gugup bila diharuskan berjalan di depan puluhan ribu penonton.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar