Tampilkan postingan dengan label Jang Ki-yong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jang Ki-yong. Tampilkan semua postingan

REVIEW - SWEET & SOUR

Belum menonton versi Jepangnya, yaitu Initiation Love (2015) yang merupakan adaptasi novel berjudul sama karya Kurumi Inui, saya pun sempat mengira Sweet & Sour sebuah komedi romantis biasa. Mungkin bakal mengharukan bagi penonton dengan pengalaman serupa karakternya, namun hanya sampai di situ. Rupanya, film garapan sutradara Lee Gye-byeok (dahulu merupakan astrada Park Chan-wook di Oldboy) ini menawarkan lebih. 

First act-nya tampil bak perwujudan fantasi banyak pria, ketika Jang-hyuk (Lee Woo-je) mesti diopname akibat hepatitis. Suster bernama Jung Da-eun (Chae Soo-bin) bertugas merawatnya. Suster ini bukan cuma baik, pula menunjukkan tanda-tanda ketertarikan pada Jang-hyuk. Selalu menebar senyum, mengecup manis botol infus si pasien, bahkan tertidur pulas di samping ranjangnya. Terlibat romansa dengan suster cantik saat dirawat di rumah sakit. Rasanya hampir semua pria pernah mengimajinasikan hal itu.

Awalnya Jang-hyuk tidak percaya. Begitu pula teman-temannya. Sebab Jang-hyuk bukan tipe yang masuk kategori "menarik" bagi sebagian orang. Dia bukan pria tampan idola wanita, pun tubuh tambunnya membuat kepercayaan diri Jang-hyuk kerap ciut. Tapi seiring waktu, hubungan keduanya justru makin erat, hingga akhirnya resmi berpacaran selepas Jang-hyuk keluar dari rumah sakit. Woo-je dan Soo-bin melahirkan percintaan manis nan menggemaskan lewat chemistry mereka, dan saya pun berharap romantisme ini takkan pernah pupus.

Jang-hyuk adalah kekasih dengan segudang perhatian. Hal-hal seperti membuatkan makanan dan mengganti lampu di rumah Da-eun yang padam, bersedia dilakukan. Dia pun berjanji akan menguruskan badan, agar mereka bisa memakai kaos couple. Di sinilah terjadi titik balik. 

Alurnya melompat dan kini Jang-hyuk (Jang Ki-yong) tampak berhasil mewujudkan janji tersebut. Berat badannya menurun drastis, sementara karirnya melonjak. Dia ditugaskan bekerja sebagai karyawan kontrak sebuah perusahaan besar di Seoul. Muncul tantangan besar, karena berarti, Jang-hyuk harus setiap hari bolak-balik Incheon-Seoul (berjarak sekitar 27 km). Berangkat di pagi buta, melewati kemacetan luar biasa, lalu pulang larut malam selepas menjalani lembur demi lembur tak berujung. 

Dikuasai kelelahan ditambah kuantitas (dan kualitas) pertemuan yang menurun, romantisme Jang-hyuk dan Da-eun perlahan luntur. Apalagi di kantor barunya, Jang-hyuk bertemu Han Bo-yeong (Krystal Jung), sesama karyawan kontrak. Walau saling benci di awal, karena terus berinteraksi sebagai partner di berbagai proyek, benih cinta mulai tumbuh. Kesetiaan Jang-hyuk diuji. Seperti judulnya, inilah fase tatkala percintaan manis (sweet) berubah menjadi asam (sour) kala dihadapkan pada realita dunia nyata. 

Pastinya kesalahan ada pada Jang-hyuk, namun naskah yang ditulis sang sutradara bersama Sung Da-som, menjadikannya tidak sesederhana itu. Alasan kedekatan Jang-hyuk dan Bo-yeong dapat dimengerti. Keduanya sama-sama karyawan kontrak yang bak tidak dianggap oleh para karyawan tetap, sementara tuntutan pekerjaan memaksa mereka terus bersama. Penonton dibuat memahami tanpa harus membenarkan.

Apalagi chemistry Ki-yong dan Krystal nyaris menandingi kombinasi Woo-je dan Soo-bin di paruh pertama. Krystal menyempurnakan transformasinya, dari idol ke aktris layar kaca, dan sekarang menjadi aktris layar lebar bertalenta, setelah tahun lalu melakoni debut di More Than Family. Krystal dengan segala "keantikannya" adalah faktor utama keberhasilan bumbu komedi Sweet & Sour. 

Babak keduanya agak repetitif, namun setidaknya bukan tanpa alasan. Sebab di sinilah rutinitas melelahkan protagonisnya dipaparkan, walau harus diakui, presentasinya lebih panjang dari kebutuhan narasi. Beruntung ada poin lain yang coba disampaikan. Selain ujian terhadap cinta, serta sulitnya membagi sama rata antara pekerjaan dengan kehidupan personal, Sweet & Sour juga sebuah drama dunia kerja, yang tak ketinggalan membahas eksploitasi tenaga kerja, khususnya yang berstatus karyawan kontrak. Tidak seberapa mendalam, tapi cukup menambah variasi serta kompleksitas penceritaan. 

Saya yakin obrolan mengenai film ini bakal didominasi oleh satu elemen: twist. Twist mengejutkan dengan presentasi mengagumkan. Rapi, cerdik, tidak terkesan mencurangi penonton. Berbagai "tanda" sejatinya telah disebar, bahkan sejak menit-menit pertama lewat suatu petunjuk visual. Twist tersebut mengubah keseluruhan wajah filmnya, dari tontonan yang berpotensi dianggap problematik, menjadi empowering. Dari kisah seputar ujian kesetiaan, menjadi gambaran menyentuh tentang bagaimana hal-hal kecil bisa memperkuat atau menghancurkan suatu hubungan. Bagaimana kebaikan berlandaskan kasih sayang tulus merupakan kunci. 


Available on NETFLIX

THE BAD GUYS: REIGN OF CHAOS (2019)

Mencapai titik ini, nama Ma Dong-seok alias Don Lee sudah menjadi merk dagang yang cukup paten, istilah “Film Don Lee” pun bisa dipakai untuk mengategorikan suguhan aksi di mana si jagoan mampu merontokkan lawan-lawan atau meruntuhkan bangunan hanya dengan sekali pukul. Banyak tampil di film serupa berpotensi menimbulkan kejenuhan terhadap kemunculan sang aktor, tapi The Bad Guys: Reign of Chaos menunjukkan bahwa titik jemu itu belum tiba.

Melanjutkan cerita serial televisi Bad Guys (2014), penonton yang belum sempat mencicipinya tidak perlu khawatir, sebab naskah buatan Han Jung-hoon yang juga merupakan penulis serialnya, berbaik hati menawarkan eksposisi berupa flashback yang dikemas dengan gaya ala Sin City oleh sutradara Son Young-ho (The Deal), tanpa perlu menjadi rekap yang diselipkan paksa di tengah alur. Detektif Oh Gu-tak (Kim Sang-joong) membentuk tim khusus berisi para narapidana guna memburu kriminal tanpa terkekang hukum yang berlaku. Anda perlu tahu itu saja.

Salah satu anggota timnya adalah Park Woong-cheol (Don Lee), gangster ternama yang berusaha memulai hidup baru di penjara. Ketika sebuah bus pembawa narapidana diserang oleh oknum tak dikenal, membuat banyak kriminal berbahaya kabur, bahkan membuat Yoo Mi-yeong (Kang Ye-won)—polisi sekaligus mantan anggota tim Gu-tak—cedera parah, Woong-cheol dan Gu-tak kembali bersatu, kali ini dibantu dua tahanan: penipu ulung Kwak No-soon alias Jessica (Kim Ah-joong) dan Ko Yoo-sung (Jang Ki-yong) si mantan polisi.

Jangan berharap banyak pada alur yang pada dasarnya cuma membagi 114 menit durasi ke dalam beberapa fase berformula sama, yakni usaha para protagonis memburu satu per satu buronan. Tidak ada teka-teki maupun belokan signifikan (kecuali satu twist yang tak seberapa substansial dan mengejutkan), melewatkan beberapa menit kisahnya takkan banyak berpengaruh. Pun usaha menambah bobot emosi melalui hasrat balas dendam Woong-cheol juga hanya pernak-pernik medioker.

Tapi siapa mengharapkan kisah mendalam apalagi revolusioner dalam film yang menjadikan Don Lee jualan utama? The Bad Guys: Reign of Chaos menebus kelemahan pondasi cerita lewat gempuran laga beroktan tinggi dari aksi Don Lee membabat jajaran kriminal yang ditakuti, dari pembunuh berantai sampai bos yakuza, hanya bersenjatakan kepalan tangan bak godam kokoh. Sekali hantam, dua-tiga nyawa melayang. Don Lee tidak butuh gore agar penonton meringis kesakitan (atau bersorak gembira?) menyaksikan serangannya. Seolah menyesuaikan gaya si tokoh utama, adegan laga yang tak melibatkan Don Lee pun dikemas gahar oleh Young-ho. Saat mobil dan/atau truk bertabrakan, mereka bukan hanya beradu, tapi saling menghancurkan.

Melengkapi Don Lee, turut mencuri perhatian adalah Kim Ah-joong sebagai femme fatale yang memadukan sensualitas dengan kejenakaan, pula mulus membangun chemistry kaya dinamika bersama tiga rekan timnya. Kombinasi keempat pembasmi kejahatan gila ini memang berdaya tarik tinggi, sebab Jung-hoon cermat perihal menyelipkan bumbu humor dalam naskahnya. Bahkan Woong-cheol yang ditakuti banyak orang pun kerap memancing tawa lewat kegemarannya melempar “pepatah bijak”. Seluruh departemen milik The Bad Guys: Reign of Chaos memang kompak mengusung satu tujuan, yaitu bersenang-senang. Kalau tidak, mustahil tercetus ide usil menyelipkan lagu Rebirth kepunyaan Yoon Jong-shin (generasi sekarang mungkin mengenal lagu itu lewat versi yang dibawakan girl group Red Velvet) di sebuah momen komedik.