UNDER THE TREE (2008)

Tidak ada komentar
Setelah "Opera Jawa" yang penuh dengan segala metafora sekaligus keindahan budaya Jawa, pada 2008 lalu Garin Nugroho kembali membuat film yang bisa dibilang mirip-mirip dengan "Opera Jawa". Kemiripan itu terletak pada gaya penceritaan yang masih setia dengan konsep metafora yang sarat dengan pesan tersirat dan bagaimana kedua film tersebut mengeksplorasi budaya-budaya tradisional Indonesia dimana dalam "Under the Tree" giliran Bali yang ditonjolkan. Kisah di film ini berputar pada 3 sosok wanita yang mempunyai permasalahan hidup yang berbeda-beda dan secara kebetulan sama-sama berada di Bali.

Maharani (Marcella Zalianty) menuju Bali disaat dirinya sedang menghadapi permasalahan dengan sang Ibu dan mencoba mencari pemecahan secara spiritual disana. Ada juga Tian (Nadia Saphira) yang merupakan selebriti sekaligus anak orang kaya yang disana selalu mengikuti seorang seniman tua Bali, Ikranagara (Ikranagara), Yang ketiga adalah Dewi (Ayu Laksmi) seorang penyiar radio yang tengah berada dalam dilema untuk memperahankan atau menggugurkan kandungannya dikarenakan sang janin mengalami kelainan pada otaknya dan apabila dilahirkan hanya mampu hidup beberapa saat. Tiga plot utama itulah yang nantinya akan membawa kita pada perjalanan penuh simbolis, kesan mistis dan pesan tersirat dari seorang Garin Nugroho.
Jangan berharap konflik 3 wanita tadi akan membuat mereka saling terhubung dan bertemu untuk akhirnya hal tersebut membuat mereka mampu menyelesaikan persoalan mereka masing-masing. Karena hingga akhir 3 problema tersebut terus berkembang masing-masing tanpa bersinggungan satu sama lain. Tapi ketiganya tetap mempunyai benang merah untuk urusan tema. Seperti judulnya yang menyebut kata pohon, "pohon" jugalah yang menghubungkan 3 kisah ini. Pohon disini saya artikan sebagai keluarga dan bisa juga sebagai sosok ibu yang menjadi peneduh dan memayungi keluarga khususnya sang anak yang merupakan "benih" dari pohon tersebut.  Film ini memang tidak lepas dari hubungan antar keluarga khususnya anak dan ibunya.
Ketiga plot tersebut juga mempunyai adegan metafor-nya masing-masing yang kesemuanya sama-sama menarik dan unik. Kisah Maharani mempunyai 2 adegan yang menarik bagi saya. Satu adegan dimana dia berada di kamar dan tiba-tiba ada penari pria yang menarikan sebuah tarian Bali dan Maharani hanya meringkuk di sudut kamar. Adegan itu sendiri sampai film berakhir gagal saya temukan tafsirannya. Sedangkan yang kedua adalah disaat karakter yang diperankan Dwi Sasono memakaikan pakaian tradisional Bali kepada Maharani dimana saya menangkap adegan itu penuh dengan nuansa seksualitas. Apakah itu berarti digambarkan pada saat itu keduanya berhubungan seks atau ada tafsiran lain menigngat sebelum itu sang pria mengatakan bahwa Maharani membuatnya teringat akan ibunya.

Pada cerita mengenai Tian, gadis muda ini terlihat mengejar-ngejar seorang seniman tua. Apakah dia jatuh cinta pada orang tua itu dimana dia terlihat membuat kata-kata indah untuk semua hal yang dilakukan sang pria tua tersebut termasuk membuatkan tatto dan memungut bunga dijalan. Tapi kemudian diketahui bahwa ayah Tian adalah tersangka kasus korupsi. Apakah Tian menganggap Ikranagara sebagai sosok ayah ideal yang dia cari? Terdapat sebuah adegan dimana Tian memakai kardus untuk menutupi kepalanya sebagai gambaran bahwa dia merasa sangat malu akan perbuatan sang ayah. Terdapat juga adegan pementasan calon arang yang diperankan Ikranagara yang penuh nuansa mistis.

Yang ketiga adalah kisah Dewi. Dilema mengenai apa yang harus dia lakukan pada janinnya menghiasi sepanjang cerita. Mungkin Dewi terlihat membenci sang janin dimana dia terlihat memainkan gunting dengan kasar didekat perutnya, bahkan memukul perutnya lalu terlihat seperti melampiaskan amarahnya pada kelapa. Kemudian Dewi juga memakan mengupas lalu memakan telur dengan "brutal" dimana telur juga bisa diartikan sebagai benih dan sama artinya dengan janin yang dia kandung. Tapi apabila dia membenci sang janin mengapa dia mengalami dilema? Apakah sebenarnya yang dia benci bukan sang janin tapi kondisi janin yang tidak normal tersebut? Cukup susah menyimpulkan dan mencerna film ini secara keseluruhan dan dalam satu tafsir pasti karena Garin memang sengaja membuat film ini multi tafsir. Tapi disitulah keindahan utama film ini.

RATING:

Tidak ada komentar :

Comment Page: