PERAHU KERTAS (2012)

Tidak ada komentar
Meskipun sudah dirilis sedari bulan Agustus lalu, saya baru sempat menonton Perahu Kertas pada September ini. Membaca banyak review positif yang ada saya menjadi cukup penasaran untuk menonton film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Dewi Lestari ini. Sempat khawatir akan ketinggalan mengingat biasanya film lokal punya masa tayang yang singkat di bioskop, nyatanya film garapan Hanung Bramantyo ini masih bertahan dilayar lebar. Bahkan hingga sekarang Perahu Kertas sudah menjadi film lokal terlaris ketiga dibawah The Raid dan Negeri 5 Menara dengan jumlah penonton mencapai 550.000 orang. Banyaknya penggemar novel tersebut memang cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan film ini. Saya sendiri belum membaca novelnya, dan saya tetap tidak peduli dengan komentar-komentar semisal filmnya tidak sesuai novel atau aktor dan aktris yang bermain tidak sesuai dengan harapan fans atau apalah. Bagi saya film adalah film dan novel adalah novel. Tidak akan mungkin bisa sama persis dan pasti ada bagian yang berbeda karena dua media ini memang sangatlah berbeda dalam menghantarkan kenikmatan bagi konsumennya. Sayapun tetap akan berekspektasi pada film ini sama dengan ekspektasi yang saya berikan pada film-film yang bukan adaptasi apapun termasuk novel. Tidak sama persis jelas bukan masalah, namun jika bisa sama itu adalah bonus.

Perahu Kertas akan mengajak kita berlayar mengarungi kehidupan seorang gadis bernama Kugy (Maudy Ayunda) yang selalu bercita-cita menjadi penulis dongen. Kugy sendiri punya tingkat imajinasi luar biasa tinggi sampai terkadang dia dianggap aneh oleh kedua temannya, Noni (Sylvia Fully R.) dan Eko (Fauzan Smith). Dia menganggap dirinya sebagai seorang "agen Neptunus" dan selalu punya sebuah ciri khas meletakkan kedua tangannya diatas kepala dimana hal itu ia sebut sebagai "radar Neptunus". Suatu hari sepupu Eko yang berkuliah di Belanda, Keenan (Adipati Dolken) datang ke Bandung. Keempatnya mulai menjalin persahabatan yang sangat erat. Namun dibalik persahabatan tersebut, muncul perasaan yang lebih diantara Kugy dan Keenan. Masalahnya adalah saat itu Kugy sendiri sudah mempunyai pacar yang tinggal di Jakarta, yaitu Ojos (Dion Wiyoko). Sedangkan Keenan sudah "dijodohkan" oleh Eko dan Noni dengan Wanda (Kimberly Ryder), sepupu Noni yang juga sebelumnya tinggal di Australia. Hal tersebutlah yang menghalangi perjalanan cinta Kugy dan Keenan, padahal keduanya sudah saling cocok akan cara pandang masing-masing akan kehidupan. Namun permasalahan tidak berhenti sampai disitu, karena masih banyak lagi kisah yang lebih kompleks yang akan datang.

Kisah dalam Perahu Kertas memang cukup panjang untuk diselesaikan dalam satu film berdurasi tidak sampai 2 jam. Pada akhirnya film ini memang dibagi menjadi dua bagian, dimana bagian keduanya akan rilis pada Oktober 2012. Pada dasarnya, kisah dalam film ini bisa dibilang sederhana, namun pada pengembangannya menjadi cukup kompleks. Dasarnya Perahu Kertas adalah sebuah kisah tentang cinta yang terjadi pada sebuah persahabatan hingga kisah tentang bagaimana seseorang hidup dalam mimpinya dan hidup dengan berusaha menggapai mimpi tersebut. Namun pada pengembangannya, kisah pada film ini mulai bertambah kompleks disaat kisah cinta Keenan dan Kugy yang selalu berputar pada kisah cinta segi empat. Tapi toh pada akhirnya Perahu Kertas tidak pernah kehilangan kesederhanaan yang menjadi kekuatan utama film ini. Tidak ada dialog kelewat puitis yang maunya sok romantis disini. Satu hal yang sering saya tidak suka dari film lokal yang bagus sekalipun adalah pemilihan bahasanya yang kadang entah terlalu baku atau mungkin terlalu berusaha sok puitis tapi jatuhnya norak. Dalam film ini, pengemasan dialognya terasa enak didengar. Jikapun ada bahasa puisi, kadarnya masih tepat dan bisa diterima, bahkan tidak jarang memberikan keindahan tersendiri pada filmnya.
Ceritanya yang mudah dicerna dan sederhana mungkin bisa membosankan, namun Perahu Kertas justru mampu memanfaatkan segala kesederhanaan tersebut dan menyulapnya menjadi sebuah tontonan yang mudah dicerna namun terasa mengena. Berbagai aspek dalam film ini mampu membuat kesederhanaan tersebut tidak terlihat basi. Sinematografinya terasa indah dan enak dilihat tanpa perlu terlalu diekspos. Pengambilan gambar yang cukup unik, beberapa gambar pemandangan yang dikemas indah dan mampu menangkap suasana alam dengan maksimal, sampai berbagai warna-warni cerah yang hadir dari berbagai hal mulai dari lukisan bahkan sampai dari sebuah perahu kertas sekalipun. Berbagai pengemasan setting yang menarik dan cukup unik juga jadi kelebihan film ini. Selain itu film ini juga punya soundtrack yang menarik. Lagi-lagi isian lagunya sederhana, namun penempatannya pas. Lagu-lagunya sendiri easy listening namun akan meninggalkan kesan yang indah dan menyenangkan saat didengar. Dengan kedua aspek itu saja Perahu Kertas sudah membuktikan bahwa kesederhanaan yang dikemas dengan apik akan jauh dari kata membosankan.

Faktor kelebihan lain dari film ini adalah tentang penampilan para pemainnya. Ah saya tidak peduli komentar miring banyak orang tentang pemilihan cast yang katanya kurang sesuai itu. Bagi saya karakter Kugy dari Maudy Ayunda sudah sangat lovable. Wajah cantik, tingkah yang lucu meski terkadang aneh, cara pandang yang positif dan penuh percaya diri. Well, saya langsung jatuh cinta dengan karakter yang satu ini. Maudy sendiri mampu membuat penontonnya (yang belum membaca novelnya) akan sesekali iseng mengikuti gestur "radar Neptunus" yang ia lakukan. Bagaimana dengan pemain lainnya? Adipati Dolken memang banyak dikritik, tapi saya tetap suka melihat bagaimana dia dan Maudy Ayunda saling berinteraksi. Chemistry yang tidak luar biasa namun cukup hangat. Namun sayangnya sosok Adipati akan mudah dilupakan saat kita sudah diperkenalkan dengan karakter Remi yang diperankan Reza Rahadian. Saya cukup pesimis apakah kisah cinta Kugy-Keenan akan kembali menarik dan punya greget setelah kita diperlihatkan pada hubungan Kugy-Remi. Sedangkan sosom Fauzan Smith adalah pemancing tawa yang tidak pernah gagal mengocok perut penontonnya, bahkan hingga filmnya berakhir sekalipun. Tapi overall saya jelas sangat suka dengan Maudy Ayunda sebagai Kugy. Pria mana yang tidak gemas dengan tingkahnya yang aneh tapi lucu itu?

Sayangnya Perahu Kertas tetaplah sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. Berbagai momen terasa melompat. Kita tidak terlalu dalam dibawa melihat persahabatan Keenan dan Kugy. Yang kita lihat hanya mereka baru bertemu, terlihat cocok lalu saling jatuh cinta. Padahal jika dilihat dari konflik yang muncul berikutnya, terasa ada konflik tentang sebuah persahabatan yang pecah karena faktor cinta, tapi saya tidak mendapati adanya jalinan persahabatan kuat yang terbentuk antara mereka berdua. Beberapa momen lain juga muncul dengan begitu saja tanpa adanya penjelasan yang memuaskan. Hal-hal tersebut patut disayangkan, mengingat Perahu Kertas sebenarnya belum menembus durasi dua jam, dan dengan suasana yang menyenangkan, positif dan tidak membosankan seperti ini saya rasa tidak masalah jika ada penambahan durasi walaupun hanya 5-10 menit demi penggalian konflik yang terlewat dengan lebih dalam lagi. Pada akhirnya Perahu Kertas memang tidak sempurna tapi jelas salah satu drama romantis lokal paling menyenangkan yang pernah saya tonton. Bukti keberhasilan dari sebuah kesederhanaan, begitulah film ini. Saran saya tontonlah film ini dengan pacar anda, maka kalian akan mendapatkan sebuah momen yang manis nan menyenangkan saat itu. Jelas saya sangat menantikan paruh keduanya. Oya, disini juga ada cameo dari Hanung yang cukup berhasil mengundang tawa.


Tidak ada komentar :

Comment Page: