HUGO (2011)
Kabar Martin Scorsese akan membuat film anak-anak/keluarga dengan balutan 3-D yang sekaligus menjadikan film tersebut sebagai film Scorsese dengan bujet terbesar ($150 juta) jelas adalah sebuah kabar yang mengejutkan sekaligus menyenangkan. Disaat banyak film 3-D seolah dibuat hanya untuk menambah pemasukan, dirilisnya film 3-D buatan Scorsese tentu jadi hal yang patut ditunggu. Apalagi kisahnya diangkat dari novel anak-anak yang berjudul The Invention of Hugo Cabret. Menjadi unik jika melihat daftar film Scorsese yang jauh dari genre film keluarga. Siapa yang sangka sutradara yang membuat Taxi Driver, Gangs of New York, The Departed hingga Shutter Island akan membuat film seperti Hugo ini. Saya sendiri belum membaca bukunya dan memilih tidak mencari tahu lebih jauh tentang kisah film ini yang pada akhirnya berujung pada kejutan menyenangkan yang saya dapatkan.
Hugo Capret (Asa Butterfield) adalah seorang bocah berusia 12 tahun yang sudah harus menjalani hidup yang keras di sebuah stasiun sebagai seorang penyetel jam disana. Hugo tinggal sendirian setelah sang ayah (Jude Law) meninggal dalam sebuah kebakaran. Sang paman yang akhirnya merawat Hugo dan mengajarinya menyetel jam juga hilang entah kemana. Jadilah keseharian Hugo tidak mudah dan untuk hidup dia seringkali mencuri barang-barang termasuk makanan. Hal itu jugalah yang membuatnya harus berurusan dengan Inspektur Gustave (Sacha Baron Cohen) setelah suatu hari Hugo ketahuan mencuri di sebuah toko mainan milik seorang pria tua (Ben Kingsley). Ternyata pertemuannya dengan pria tua tersebut akan mempengaruhi kehidupan Hugo, karena pria tua itu ada hubungannya dengan automaton peninggalan sang ayah.
Jika Michel Hazanavicius dengan mencurahkan kecintaannya pada film bisu lewat The Artist, maka Martin Scorsese menjabarkan kecintaannya pada dunia film khususnya untuk Georges Melies dalam Hugo. Bagian awal memang film ini masih terlihat sebagai sebuah film keluarga yang tidak menonjol. Sisi teknis seperti efek visual dan gambar-gambarnya memang sudah memukau dari awal, tapi kisah tentang seorang bocah yang berlarian dikejar oleh seorang inspektur berkaki satu yang diselipi beberapa humor slapstick terasa agak hambar untuk ukuran film Scorsese. Tapi begitu Hugo mulai lebih dalam lagi menyoroti sang tokoh utamanya, film ini berubah jadi makin menarik dan seru. Secara perlahan Hugo mulai memperlihatkan "sihir" yang ia punyai. Naskah yang ditulis John Logan tetap ringan dari awal sampai akhir tapi tidak pernah menjadi membosankan dan klise setelah inti ceritanya mulai diungkap sedikit demi sedikit.
Menonton Hugo memang lebih baik apabila tidak mencari tahu detail ceritanya, karena dengan makin sedikit yang anda tahu, makin menyenangkan misteri-misteri yang ada untuk diikuti dan dipecahkan. Tapi toh andaikan sudah tahu garis besar ceritanya, Scorsese dan John Logan masih punya daya magis untuk film ini. Adegan-adegan sederhana seperti saat pemutaran film pertama yang pernah ada yang berjudul Arrival of a Train at La Ciotat berhasil memberikan sisi magis tersendiri. Melihat orang-orang di tahun 1895 kaget meliaht ada gambar kereta bergerak kearah mereka dan berlindung karena mengira kereta tersebut akan menabrak adalah sebuah pemandangan yang tidak hanya lucu tapi juga luar biasa. Ada juga adegan yang menggambarkan bagaimana proses kreatif seorang George Melies yang begitu luar biasa dan masih banyak lagi daya pikat magis yang dimiliki Hugo. Bujet besar yang didapat juga dimanfaatkan dengan baik oleh Scorsese untuk membangun dunia dalam film ini menjadi begitu indah.
Akting pemainnya juga memuaskan khususnya untuk Ben Kingsley dan Sacha Baron Cohen. Chloe Moretz lumayan tapi tidak mendapat porsi yang memaksa dia mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Sedangkan Asa Butterfield sebagai Hugo Cabret terasa biasa saja walaupun tidak masuk kategori jelek juga. Perpaduan antara kisah yang penuh dengan misteri, daya magis dan kecintaan akan dunia film membuat aspek cerita dalam film ini jelas nomer satu. Hal itu masih ditambah dengan efek visual yang tidak kalah bagus. Andai saja saya menonton film ini di layar lebar dengan versi 3 Dimensi pasti akan jauh lebih luar biasa pengalaman yang saya rasakan. Tapi toh tanpa polesan 3D, Hugo sudah jadi salah satu film terbaik di 2011 lalu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Thanks buat setiap review film Anda.Jujur,setiap sebelum menonton sebuah film...saya selalu berkunjung di imdb dan blog movfreak ini :). Untuk film Hugo ini,sebenernya saya kira bakal seperti film Narnia atau Harry Potter...tapi ternyata justru full drama :p. Not bad,saya kasih nilai 6,5 buat Hugo
Wah makasih banget ya,nggak nyangka ada pembaca setia di blog saya :D
Jujur kalo Hugo awalnya malah gak ada bayangan sedikitpun ceritanya bakal kayak apa dan nggak berniat cari tahu sinopsisnya, dan ternyata memuaskan hehe
Posting Komentar