TYRANNOSAUR (2011)
Meski judulnya Tyrannosaur, namun karya perdana Paddy Considine sebagai sutradara ini bukanlah spin-off dari Jurassic Park dan juga sama sekali tidak menampilkan seekorpun Tyranosaur ataupun dinosaurus lainnya didalamnya. Film ini adalah murni sebuah drama yang menampilkan pergolakan batin, religiusitas dan emosi dalam diri manusia. Lalu apa makna dari judulnya tersebut? Terserah interpretasi penonton. Kata tyrannosaur memang sempat disebutkan dalam dialog film ini meski saya cukup yakin makna dari judulnya bukanlah seperti yang nampak dalam dialog tersebut. Sedari film dibuka kita sudah akan diperlihatkan pada sosok Joseph (Peter Mullan) yang merupakan sosok lelaki tua yang sangat pemarah, pemabuk dan jelas sangat tidak ramah. Pada pembuka ini kita akan diperlihatkan bagaimana Joseph bisa begitu buas saat emosinya tak terkendali, bagaikan seekor tiranosaurus yang buas.
Akibat amarahnya yang sering tidak terkontrol Joseph beberapa kali harus terlibat dalam situasi yang juga membahayakan bagi dirinya. Bahkan diawal film Joseph sampai membuat anjing kesayangannya mati saat dengan penuh kemarahan dia menendang anjing itu. Joseph jelas adalah orang yang sangat mudah naik darah dan jika merasa marah sedikit saja tingkat kemarahannya langsung mencapai klimaks dan akan membuatnya melakukan hal yang diluar kontrol dan nantinya bisa jadi ia sesali telah ia lakukan. Suatu saat ia bertemu dengan seorang wanita penjaga toko bernama Hannah (Olivia Colman). Berbeda dengan Joseph, Hannah adalah wanita yang terlihat begitu sabar dan sangat religius. Dia percaya bahwa Tuhan selalu punya jalan yang terbaik bagi setiap umatNya termasuk dirinya dan Joseph. Sebuah hal yang bertolak belakang dengan Joseph yang menganggap itu semua sebagai omong kosong. Tapi sebenarnya kedua orang ini punya sisi lain yang sangat berbeda dibanding apa yang terlihat dari luar. Sisi lain itulah yang mulai terlihat seiring waktu yang membuat mereka lebih mengenal satu sama lain.
Mungkin istilah powerful film sangat tepat bagi Tyrannosaur. Konfliknya luar biasa, yakni mengetengahkan konflik dalam diri manusia. Dibandingkan sebuah perbuatan dan akibat yang harus ditanggung (meski tetap ada bagian seperti ini) film ini lebih menyoroti mengenai keresahan dan konflik batin masing-masing karakternya. Bagaimana seorang manusia memilih untuk bertindak dimana pada saat itu manusia tersebut entah sedang merasakan marah, sedih, bahagia ataupun takut. Semua itu ditampilkan dengan begitu baik menjadi sebuah rangkuman tentang kehidupan dan bagaimana supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena pada dasarnya manusia berbeda dengan hewan buas yang mengandalkan nafsu dan insting belaka. Manusia dalam hal ini dimunculkan oleh tokoh Joseph dan Hannah harus memikirkan akibat apa yang akan ditanggung dari sebuah perbuatan apabila hanya menuruti emosi mereka saja, dan hal itu tidaklah mudah yang seringkali membuat perasaan seseorang menjadi gundah bahkan bisa membuat stres.
Filmnya sendiri berjalan dengan tempo yang tidak terlalu cepat, tapi jika diibaratkan mirip dengan emosi Joseph. Terkadang film berjalan tenang dan penuh perenungan, tapi suatu waktu bisa saja meledak luar biasa dan begitu intens. Hal ini menjadikan Tyrannosaur penuh dengan kejutan-kejutan yang muncul dari perilaku tiap-tiap tokohnya yang menggambarkan bagaimana manusia memang sukar ditebak jika itu sudah berkaitan dengan perasaan yang cukup ekstrim misalnya marah luar biasa, takut luar biasa atau sedih yang berkepanjangan. Sebagai penonton kita hanya bisa terbuai dalam sebuah kerumitan yang sebenarnya amat realistis yaitu berupa pikiran dan perasaan manusia. Sekali lagi film ini bukanlah tentang sebuah kejadian namun lebih kearah personal masing-masing tokohnya. Ini adalah mengenai eksplorasi masing-masing karakternya yang masing-masing muncul dengan begitu kuat. Tentu saja hal ini erat kaitannya dengan akting luar biasa dari Peter Mullan dan Olivia Colman. Peter Mullan sebagai Joseph adalah pria tua yang hobi mengeluarkan sumpah serapah. Peter Mullan berhasil menampilkan lebih dari sekedar emosi marah lalu emosi sedih, bahagia dan seterusnya tapi lebih jauh lagi adalah bagaimana pergolakan yang terjadi dalam diri karakternya. Dari situ kita bisa tahu bahwa ada sisi lain dalam diri Joseph. Hal yang sama juga terjadi pada Olivia Colman sebagai Hannah. Jika Joseph penuh akan kesepian dan kemarahan maka Hannah terlihat penuh kesedihan dan sakit luar dalam.
Rangkaian adegan demi adegan yang disajikan dengan amat baik oleh Paddy Considine, konflik mendalam yang begitu mengena dan berhasil terpancar dengan baik berkat performa luar biasa setiap pemainnya adalah sebuah kombinasi sempurna yang mampu terangkai dalam film ini. Sangat jarang ditemui film yang sekuat ini. Tyrannosaur mampu memberikan perasaan yang tidak jauh beda dibandingkan saat saya begitu terpuaskan oleh City of God. Keduanya memang tipe film yang berbeda tapi begitu kokohnya dua film ini memberikan kepuasan luar biasa. Jika diibaratkan seorang pria maka Tyrannosaur adalah pria berbadan tinggi besar yang kekar dan kokoh dimana ia terkadang kalem namun sulit ditebak dan kompleks juga seringkali meletup-letup. Ia adalah sosok pria yang sangat sulit dijatuhkan dan dikalahkan karena begitu kuatnya. Tidak ada monster dalam perwujudan nyata di film ini, yang ada hanyalah monster yang bisa sewaktu-waktu terlahir dari dalam diri semua orang. Sesungguhnya tiap manusia mengubur sesosok monster dalam dirinya yang siap terbangun dan menjadi liar, tinggal bagaimana orang tersebut menjaga supaya sang monster tetap terkubur dalam-dalam.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
4 komentar :
Comment Page:Wow nilai sempurna.... Ngga ngebosenin kan??? Mau download NIH heeheh
Kalo seneng film yang ngeksplor sisi emosi tokohnya sih pasti nggak bosen :D
Waaah nilai sempurna :O udah lama punya filmnya tapi blm nntn :(
Tonton! Keren!
:D
Posting Komentar