V/H/S (2012)
Film anthology khususnya yang mempunyai genre horror selalu menarik untuk ditonton dimana saya menyukai berbagai ide dan jenis tontonan yang bervariasi didalamnya. Kemudian muncul V/H/S, sebuah anthology yang punya konsep cukup unik dimana dalam film ini terdapat lima film horror pendek dan satu kisah yang menjadi story arc utamanya. Yang membedakan film ini dari yang lainnya adalah karena film ini dibuat dalam format mockumentary dan punya format gambar VHS tape yang tentu saja sudah jarang kita temui sekarang. Orang-orang yang terlibat dalam penggarapannya sendiri jarang yang punya nama besar karena mayoritas adalah aktor dan sutradara muda. Mungkin hanya Ti West (The Innkeepers) yang cukup dikenal dalam dunia perfilman horror. Jadi apakah ini akan menjadi sebuah horror yang memang berkualitas atau malah menjadi satu dari sekian banyak tontonan yang punya konsep menarik namun hasil akhir yang buruk?
TAPE 56
Ini adalah segmen yang tidak hanya menjadi pembuka tapi juga merupakan main story arc yang akan menjadi penghubung semua kisah yang ada di V/H/S. Disutradarai oleh Adam Wingard, Tape 56 berkisah tentang sekumpulan remaja vandalis yang senang berbuat onar dan merusak segala hal termasuk menyusup kedalam rumah seseorang dan merusaknya. Suatu hari mereka mendapat sebuah pekerjaan yang menjanjikan banyak uang dimana mereka harus menyelinap ke sebuah rumah untuk mengambil sebuah tape. Tentu saja mengira itu sebuah pekerjaan yang sangat mudah mereka mau saja melakukannya.Tapi ternyata tape tersebut tidak mudah untuk dicari karena ada begitu banyak tape dan mereka harus memeriksanya satu persatu. Disaat mencari salah satu anggota memeriksa sebuah tape yang sudah berada didalam VCR. Tanpa disangka apa yang akan mereka lihat adalah berbagai rekaman-rekaman misterius yang mengerikan. Tape 56 pada awalnya mampu terlihat menarik dengan segala misteri yang ada dan tingkat keseramannya juga cukup menegangkan. Namun akibat segmen ini disajikan secara terpotong-potong, feel yang ada menjadi tidak maksimal dan kisahnya sendiri bisa dibilang kosong. Sebagai kisah penghubung awalnya segmen ini masih menjadi penghubung yang masuk akal namun lama kelamaan menjadi dipaksakan. Bahkan twist yang ada diakhir juga mengecewakan dan keseluruhan kisahnya kurang mendapat penjelasan yang memuaskan. Segmen yang tidak buruk hanya terkesan digarap seadanya. (2.5/5)
AMATEUR NIGHT
Segmen ini adalah pembuka diantara rekaman-rekaman VCR yang ditemukan dalam Tape 56. Kisahnya adalah tentang tiga pemuda yang baru saja mendapat sebuah kacamata yang bisa digunakan untuk merekam. Dengan itu mereka memutuskan bersenang-senang malam itu dan akan merekam saat mereka berhubungan seks dan mencoba membuat film porno mereka sendiri. Tapi tanpa disangka malam tersebut bukan berakhir menyenangkan namun berakhir sangat menyeramkan dan tragis karena ada sebuah kengerian yang menanti mereka. Diawal, Amateur Night berjalan biasa saja, bahkan kengerian macam apa yang menunggu sudah tertebak sejak awal cerita. Tapi selama menunggu horror tersebut untung segmen ini tidak terlalu membosankan. Hingga akhirnya saat klimaks dan horror dimulai semuanya berjalan efektif. Tingkat gore yang cukup sadis dengan darah dan potongan tubuh berhamburan berhasil dikombinasikan dengan ketegangan yang luar biasa. Saya sendiri merasa ini adalah segmen yang paling menegangkan dan paling seram, apalagi saat sudah mendekati akhir yang secara kurang ajar mampu terasa begitu mendebarkan. Segmen terbaik dalam film ini (yang anehnya ada diawal). (4.5/5)
SECOND HONEYMOON
Akhirnya segmen yang digarap oleh Ti West. Dengan adanya nama Ti West tentu saja saya paling berharap pada segmen ini. Kisahnya adalah tentang sepasang suami istri yang melakukan road travel yang menjadi bulan madu kedua mereka. Tapi tanpa disangka ada seseorang misterius yang menebarkan teror dalam perjalanan yang seharusnya romantis ini. Ti West memang selama ini terkesan hobi dalam melakukan perkenalan karakter secara mendalam terhadap filmnya seperti yang ia lakukan dalam The Innkeepers. Hal itu memang sangat berguna untuk membuat penonton mengenal dan peduli terhadap karakter yang ada, namun sayangnya metode tersebut kurang cocok diterapkan dalam short movie seperti ini. Alhasil segmen Second Honeymoon menjadi terasa lambat dan membosankan bahkan saat misteri yang ada sudah mulai diperkenalkan. Satu-satunya yang menjadi penyelamat adalah gore yang muncul di akhir dimana itu cukup membuat ngilu. Untuk twist ending yang dihadirkan sendiri terasa kurang maksimal eksekusinya meski.Ini adalah segmen terburuk dalam V/H/S. (2/5)
TUESDAY THE 17TH
Dari judulnya yang mengingatkan pada Friday the 13th sudah dipastikan bahwa ini adalah sebuah slaher. Cerita yang dihadirkan sangat standar film slasher dimana ada empat orang remaja yang berlibur ke tengah hutan. Keanehan mulai terjadi saat kamera yang merekam liburan mereka mulai menampilkan gambar-gambar misterius yang muncul. Perlahan mereka mengetahui bahwa ditempat tersebut pernah terjadi tragedi yang juga melibatkan empat orang remaja. Diluar dugaan segmen slasher ini menjadi salah satu yang paling menegangkan dan menyeramkan. Saya sudah merasa ngeri dan ciut duluan setiap kali kamera bergetar yang menandakan akan ada gambar seram yang muncul, dan saat sosok pembunuh muncul pembunuhan yang ia lakukan pun punya kadar kesadisan yang tidak main-main meski twist yang dipakai tidak terlalu mengejutkan dan penjelasan tentang sosok pembunuhnya tidak terlalu jelas. Tapi untungnya ini adalah sebuah slasher yang tidak terlalu butuh penjelasan detail karena yang penting adalah bagaimana ketegangan yang muncul dan untukhal itu Tuesday the 17th adalah jawaranya. (4/5)\
THE SICK THING THAT HAPPENED TO EMILY WHEN SHE WAS YOUNGER
Segmen dengan judul terpanjang ini menampilkan format dan kisah yang cukup unik dimana kita diajak melihat perbincangan antara Emily dan kekasihnya lewat webcam. Disana Emily bercerita tentang berbagai kejadian misterius yang menimpanya di malam hari. Setelah sebuah penampakan mengerikan yang secara tidak sengaja terekam, Emily memutuskan untuk sengaja mencari sosok makhluk yang menerornya sambil menyalakan webcam sambil ditemani oleh pacarnya. Secara teror ini adalah salah sebuah segmen yang mengerikan. Menunggu penampakan hantu yang akan muncul selalu membuat saya tegang dan momen kemunculannya selalu efektif. Tapi diluar dugaan segmen dengan judul super panjang ini tidak hanya punya teror penampakan hantu karena dibalik itu masih ada sebuah twist yang sangat mengejutkan. Namun sayangnya kejutan tersebut tidak dijelaskan secara detail karena twist yang ditampilkan disini bagi saya adalah sebuah twist yang butuh explanation. Sayang film ini hanya berbentuk short movie dimana hal itu membuat tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya. Ada potensi film ini dibuat menjadi lebih panjang. Bukan segmen terbaik tapi segmen yang paling cerdas. (3.5/5)
10/31/98
Segmen terakhir dalam sebuah antologi biasanya adalah yang terbaik, dan itu juga yang saya harapkan dalam film ini. Bercerita tentang empat orang pemuda yang tengah bersiap mendatangi sebuah pesta Halloween lengkap dengan kostum masing-masing, mereka malah tersasar dan masuk ke sebuah rumah kosong. Awalnya mereka hanya berputar-putar melakukan berbagai keisengan dirumah tersebut. Sampai mereka menemukan sebuah ruangan yang menyimpan misteri dan teror yang akan mereka hadapi dalam rumah tersebut. Sebuah horor rumah hantu yang bagi saya justru lebih cocok digarap oleh Ti West karena sineas yang satu ini biasanya memang ahlinya membuat horor rumah hantu. Satu hal yang patut dipuji dari 10/31.98 adalah bagaimana efek CGI yang ditampilkan termasuk sangat meyakinkan untuk ukuran sebuah short movie dengan bujet rendah. Banyak yang menyebut ini sebagai segmen terbaik tapi saya kurang setuju karena bagi saya kengerian yang ada masih kalah dari beberapa segmen diatas. Saya tidak merasa terlalu takut atau tegang saat rumah hantu tersebut sudah mulai meneror keempat tokoh utamanya. Beberapa plot hole juga sangat terasa bahkan menganga lebih lebar dibanding segmen lainnya. Untung ending yang ditampilkan bisa dibilang cukup seram. (3/5)Secara keseluruhan V/H/S adalah sebuah antologi horror yang sangat memuaskan dengan berbagai momen yang menyeramkan dan menegangkan. Walaupun ada beberapa segmen yang mengecewakan itu adalah hal yang wajar dalam sebuah antologi dimana ada yang bagus dan ada yang buruk. Tapi overall ini adalah sebuah tontonan yang cukup mengerikan. Formatnya juga menarik dan kreatif meski tetap terasa beberapa hal yang dipaksakan berkaitan dengan usaha saling mengaitkan satu segmen dengan yang lainnya.
FRANKENWEENIE (2012)
Dua film terakhir Tim Burton, Alice in Wonderland dan Dark Shadows punya kualitas yang begitu mengecewakan bagi saya meskipun punya aspek visual yang unik seperti ciri khas sang sutradara. Kali ini dalam Frankenweenie yang merupakan film keduanya di tahun 2012, Burton membuat sebuah remake terhadap film pendek yang ia buat pada tahun 1984 dengan judul sama. Versi film pendeknya sendiri adalah sebuah live action dengan format hitam putih, sedangkan versi panjangnya ini dibuat dalam format animasi walaupun tetap setia dengan format hitam putih dan ditambah embel-embel 3D. Pada perilisan film pendeknya dulu sempat terjadi konflik antara Burton dengan pihak Disney dimana saat itu Burton diminta untuk membuat sebuah film keluarga. Namun pada akhirnya yang dihasilkan oleh Burton adalah sebuah film yang terlalu mengerikan untuk penonton anak-anak akibat visualisasi dan temanya yang memang kental unusr horror. Hal itu membuat Burton dianggap menyia-nyiakan bujet yang diberikan dan dipecat oleh Disney. Tapi selang hampir 30 tahun kemudian Disney kembali memberikan "lampu hijau" bagi Burton untuk membuat ulang proyek ini.
Cerita film ini sendiri masih merupakan parodi sekaligus homage bagi Frankenstein dimana kita akan melihat sosok Victor Frankenstein, seorang bocah yang kesehariannya tidak terlalu suka bersosialisasi dengan teman-temannya. Victor lebih memilih berkutat dengan hobinya membuat film dan bereksperimen di laboratoriumnya. Tapi Victor bukannya tidak punya sahabat, karena selama ini ia juga mempunyai seorang sahabat, yaitu Sparky yang notabene anjing kesayangannya. Namun suatu hari tragedi terjadi saat Sparky tertabrak mobil ketika mengambil bola baseball yang dipukul Victor. Merasa terpukul karena kehilangan satu-satunya sahabat yang ia miliki, Victor nekat melakukan sebuah eksperimen dengan harapan akan bisa menghidupkan Sparky kembali. Eksperimen tersebut berhasil dan Victor pun mendapatkan sahabatnya kembali. Tapi permasalahan muncul saat orang lain mulai mengetahui bahwa Victor berhasil menghidupkan kembali anjingnya tersebut.
BRAINDEAD (1992)
Lima tahun setelah Bad Taste yang gila, murahan, ngawur dan keren itu, Peter Jackson kembali menyajikan kegilaannya dalam sebuah komedi-horor sinting yang sampai sekarang masih dianggap sebagai one of the goriest movie of all time. Tentu saja kali ini Peter Jackson sudah menggarap filmnya dengan bujet yang jauh lebih tinggi dari film pertamanya tersebut (diatas 10 kali lipat Bad Taste yang hanya berbiaya $260 ribu). Lalu setelah alien bermuka pantat teror gila dari makhluk macam apalagi yang akan dihadiahkan Peter Jackson pada para penggemarnya? Ternyata dalam film yang punya judul lain Dead Alive ini giliran zombie yang muncul membawa teror. Oh tapi tentu saja zombie versi Peter Jackson bukan sekedar zombie biasa karena para walking dead ini ternyata berasal dari sebuah virus bawaan monyet ganas yang berasal dari pedalaman Sumatera, tepanya di Skull Island. Ya, monyet ini berasal dari pulau yang sama dengan asal King Kong yang 13 tahun kemudian akan di-remake juga oleh Peter Jackson. Monyet yang disebut Sumatran Rat-Monkey ini konon kabarnya berasal dari pemerkosaan yang dilakukan oleh tiga ekor monyet terhaadap seekor tikus yang membawa wabah virus.
Monyet-Tikus tersebut kemudian dibawa untuk dipamerkan di kebun binatang Selandia Baru. Dilain tempat, seorang pemuda kikuk bernama Lionel (Timothy Balme) melakukan kencan pertamanya bersama Paquita Sanchez (Diana Peñalver) di kebun binatang tersebut. Tapi dalam kencan tersebut ternyata Lionel dibuntuti oleh ibunya, Vera (Elizabeth Moody). Lionel sendiri memang selama ini hidup bersama ibunya dan selalu dikekang oleh sang ibu yang sangat posesif semenjak kematian suaminya. Tidak terima melihat sang anak untuk pertama kalinya berkencan dengan seorang wanita membuat Vera membuntuti keduanya. Celakanya saat sedang membuntuti mereka, Vera secara tidak sengaja tergigit oleh monyet-tikus tersebut. Gigitan tersebut membuat Vera sakit parah. Namun lama kelamaan kondisinya makin buruk dan makin aneh. Ya, gigitan tersebut yang dianggap oleh penduduk Skull Island sebagai kutukan akan membuat korbannya mati dan berubah menjadi zombie ganas! Tapi tentu saja Peter Jackson tidak akan membawa kita pada sebuah plot standar film zombie, karena daripada membunuh zombie sang ibu, Lionel lebih merawat zombie sang ibu dan menyembunyikannya di ruang bawah tanah. Tentu saja kegilaan demi kegilaan akan segera menyusul.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Posting Komentar