RUBY SPARKS (2012)
Pernahkah anda bermimpi tentang seseorang yang terasa begitu sempurna, dan dalam mimpi itu anda jatuh cinta pada orang tersebut? Anda tidak tahu siapa dia, sosoknya terasa asing, tapi anda merasa dia begitu sempurna dan anda merasakan cinta yang luar biasa saat itu. Lalu pernahkah anda mengalami sebuah keajaiban dalam hidup anda sampai anda tidak bisa percaya keajaiban tersebut terjadi? Inilah Ruby Sparks sebuah film yang disutradarai oleh Jonathan Dayton dan Valerie Faris (dua orang yang dulu mempersembahkan Little Miss Sunshine pada kita) serta ditulis naskahnya oleh Zoe Kazan. Zoe Kazan sendiri ikut bermain di film ini menjadi karakter Ruby Sparks. Sedangkan jajaran nama lain yang menjadi pemain juga menjanjikan, mulai dari Paul Dano, Annette Bening, Antonio Banderas, Eliott Gould hingga Chris Messina. Banyak yang membandinkan film ini dengan (500) Days of Summer yang notabene adalah film favorit saya. Pada akhirnya kisah yang ditampilkan memang jauh berbeda, tapi Ruby Sparks punya pernak-pernik cinta yang sama, karakter yang sama-sama lovable, dan sama-sama mendobrak batas sebuah komedi romantis. Beda kisah, namun keindahan dan keajaiban cinta yang disuguhkan kedua film ini sama.
Calvin Weir-Fields (Paul Dano) adalah seorang novelis muda yang begitu berbakat. Novel yang dulu ia tulis laku keras dan mendapat pujian dimana-mana. Namanya terkenal sebagai novelis muda jenius, meski dia sendiri mengaku membenci sebutan jenius tersebut. Tapi kini ia sedang mengalami writer's block. Disaat semua orang masih percaya akan kejeniusan dan menunggu karya berikutnya dari Calvin, dia justru sedang mengalami fase yang sulit. Dia ditinggalkan oleh kekasihnya, buntu ide, dan merasa benar-benar kesepian. Bahkan Calvin sampai harus bertemu dengan therapist untuk mengangani masalahnya ini. Namun akhir-akhir ini Calvin sering mendapatkan mimpi yang aneh. Dia bermimpi ada seorang wanita yang tidak ia kenal muncul di mimpinya. Tapi ia merasa begitu mengenal wanita tersebut. Sampai disaat ia mendapat tugas untuk menulis satu halaman cerita dari sang terapis, Calvin memutuskan menulis tentang wanita tersebut yang ia beri nama Ruby Tiffany Sparks. Menulis tentang Ruby membuat Calvin penuh dengan inspirasi lagi, sampai suatu hari saat ia bangun sosok Ruby sudah menjadi nyata dan tinggal bersamanya.
Mungkin anda akan berpikir bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Tidak mungkin sesosok karakter fiksi bisa menjadi nyata? Pertanyaan "bagaimana" mungkin akan muncul dari pikiran banyak penonton. Ide tentang karakter fiksi yang menjadi nyata bukan hal baru, dimana beberapa film pernah menggunakan ide serupa, Stranger Than Fiction misalnya. Tapi seperti yang dikatakan Calvin pada salah satu dialognya, dalam menonton film ini saya tidak perlu berpikir masuk akal dan saya tidak peduli mengenai ada atau tidaknya penjelasan yang logis tentang bagaimana sosok Ruby bisa menjadi nyata, karena yang saya tahu adalah saya jatuh cinta pada film ini, tidak peduli tentang ketidak logisannya, sama seperti Calvin yang mencintai Ruby tanpa peduli apakah dia nyata atau tidak. Saya ikut merasakan indahnya cinta yang bergelora dalam diri Calvin begitu ia sadar bahwa Ruby memang benar-benar menjadi nyata. Saya sangat senang melihat bagaimana Calvin dan Ruby berbahagia, saya ikut sedih saat hubungan mereka mulai dibumbui oleh berbagai macam konflik dan masalah. Saya ikut berharap hubungan keduanya baik-baik saja dan mereka berbahagia, sama seperti yang saya rasakan saat bersimpati pada Tom Hansen di (500) Days of Summer.
Ruby Sparks terasa sebagai sebuah film tentang seorang penulis yang membuat karakternya menjadi nyata. Tapi sebenarnya ada jauh lebih banyak hal yang terkandung dalam film ini. Melihatnya dari kaca mata cinta, ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah hubungan berjalan. Calvin berusaha membuat Ruby sesuai dengan apa yang ia inginkan, tapi ia sendiri tidak pernah menyadari bahwa dirinya juga perlu untuk berubah. Ini adalah tentang sebuah keseimbangan dan toleransi dalam sebuah hubungan, dalam film ini yaitu hubungan percintaan. Ini adalah mengenai sosok manusia sempurna. Biar bagaimanapun tidak akan ada sosok orang yang sempurna. Apapun yang ia lakukan untuk membuat Ruby sempurna selalu ada ketidak sempurnaan dalam hal itu. Kenapa? Karena yang seharusnya sempurna bukanlah sosok orang tersebut tapi bagaimana kita bersikap dan menyesuaikan diri dengan orang itu. Jangan hanya menuntut orang lain untuk menjadi sempurna bagi kita tapi sadari juga bagaimana diri kita harus bersikap. Akhir filmnya sendiri agak mengingatkan saya dengan (500) Days of Summer, bukan dari apa yang terjadi, tapi lebih kepada konten dan rasa yang tersampaikan. Masih ada begitu banyak hal yang terkandung di dalam film ini, silahkan tonton dan rasakan sendiri keindahan cinta yang terkandung di dalamnya.
Sedari awal Ruby Sparks sanggup memikat saya dan membuat emosi saya ikut naik turun. Sudah pasti bagian klimaks adalah sebuah momen yang begitu emosional, ironis dan mengharukan. Disitulah terlihat Calvin sebagai sosok orang yang benar-benar kesepian dalam hidupnya, yang ia mau adalah orang yang menghargainya dan mencintainya secara tulus. Ya, Ruby Sparks juga bertutur tentang ketulusan. Apa gunanya sesuatu jika terjadi dan dilakukan atas dasar paksaan dan bukan karena niat yang tulus? Tidak hanya penuh romantisme, film ini juga diisi berbagai momen komedi yang cukup lucu. Kemunculannya tidak terlalu sering, tapi cukup efektif memberikan kesegaran pada filmnya. Diluar ketidak logisan ceritanya, saya betul-betul mencintai film ini. Mengingatkan saya akan keindahan dunia fiksi yang penuh imajinasi liar tanpa batas. Mengingatkan saya kenapa saya begitu mencintai sebuah film yang sanggup membuat angan-angan saya terbebas dan ikut terbawa secara emosional pada kisah yang terkandung dalam sebuah film. Inilah alasan kenapa saya begitu mencintai film dan segala hal yang terkandung di dalamnya...and of course, I love this movie. I love Ruby Sparks!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
4 komentar :
Comment Page:Entah knp gak terlalu connect sama film ini.. Ngerasa ada bbrp yang terlalu dibuat2 (padahal filmnya emang ttg ngebuat2 ide haha). lumayan sih, tapi kayaknya bisa dibikin lebih wah lagi
Jujur secara teknis ada beberapa kekurangan sih disini, tapi nggak tahu kenapa semuanya berasa kalah sama perasaan cinta di filmnya. Apa karena konsep ceritanya yang masuk banget sama kehidupan pribadi nggak tahu deh :D
Film romance favorit gue sepanjang masa :')
I love Ruby Sparks!
Pilihan warna dan screenplay antara Ruby Spark, Her sama 500 day of summer kalau diperingkatin gimana bang?
Posting Komentar