SIGHTSEERS (2012)

3 komentar
 
Film Kill List yang disutradarai oleh Ben Wheatley pada tahun 2011 cukup menuai sukses dan banyak mendapat respon yang positif. Dengan banyaknya adegan sadis serta twist ending yang gila, film tersebut dianggap berhasil menyuguhkan sebuah tontonan horror yang bagus, namun saya tidak terlalu sependapat. Benar jika terdapat beberapa adegan yang menampilkan kesadisan dengan cukup gamblang, dan benar ending-nya punya kejutan sekaligus tingkat kegilaan yang mungkin nyaris setara dengan A Serbian Film, tapi secara keseluruhan saya merasa Kill List membosankan dan berjalan terlalu lambat. Setahun kemudian Ben Wheatley kembali membuat sebuah film thriller berjudul Sightseers. Bedanya, dalam film yang juga diproduseri oleh Edgar Wright ini, terdapat bumbu komedi hitam. Sightseers bercerita tentang sepasang kekasih, Chris (Steve Oram) dan Tina (Alice Lowe) yang melakukan perjalanan berdua. Chris mengajak Tina dalam perjalanan tersebut untuk menunjukkan pada kekasihnya itu bagaimana dunia yang disukai oleh Chris. Perjalanan yang pada awalnya tidak disetujui oleh ibunda Tina tersebut awalnya berjalan menyenangkan. Keduanya begitu menikmati perjalanan penuh cinta tersebut. Sampai kemudian sebuah kejadian mengerikan membuat perjalanan tersebut perlahan menjadi penuh darah dan diisi oleh rangkaian pembunuhan keji.

Sebenarnya, road movie yang berkisah tentang sebuah perjalanan yang menjadi kacau bukan hal baru karena road movie memang selalu menampilkan konflik semacam itu. Begitu juga film tentang sepasang kekasih yang melakukan atau menemui hal gila bersama-sama juga bukan merupakan hal baru. Namun jika ditelusuri lebih dalam, apa yang terkandung pada Sightseers jauh lebih dalam, gila dan tragis daripada itu. Sedari awal, Chris dan Tina sudah sama-sama bisa dibilang sudah bermasalah. Chris seiring dengan berjalannya film diceritakan punya kehidupan yang tidak terlalu mulus termasuk cita-citanya menjadi penulis, sedangkan Tina masih merasakan kehilangan mendalam setelah kucing kesayangannya tewas setahun lalu. Tidak hanya itu, ibunya yang sakit-sakitan juga sering membuat Tina merasa terganggu dengan sikapnya yang memang sering membuat Tina jengkel. Kemudian kedua orang ini saling jatuh cinta dan menemukan orang yang mereka cari dalam diri pasangan masing-masing, dan pada akhirnya mereka berlibur bersama. Mereka sama-sama menginginkan liburan yang bahagia bersama orang yang mereka cintai. Chris ingin membuat Tina terkesan padanya, sedangkan Tina sudah merasa muak dengan kehidupan yang ia jalani. Pada akhirnya saat liburan mereka "terganggu" keduanya sama-sama mendapatkan hal gila untuk mendapatkan yang mereka mau.
Tapi Sightseers digarap dengan penuh ironi. Bagaimana tidak, ada beberapa faktor yang membuat film ini dari luar sebenarnya tidak terlihat seperti sebuah thriller yang penuh kesadisan. Pertama adalah aspek visual yang mengesankan. Pemandangan alam dan pedesaan Inggris yang ditampilkan begitu mempesona, seolah menjadikan film ini bagaikan road movie indah penuh hal-hal spiritual dan pencarian jawaban atas pertanyaan dalam kehidupan seperti yang selalu kita jumpai. Ya, Sightseers memang sebuah kisah pencarian makna hidup, namun ditempuh lewat jalan yang gila. Lewat keindahan pemandangan tersebut, kita diajak ikut menikmati bagaimana romantisme yang dialami oleh Chris dan Tina. Romantisme tersebut terasa begitu indah sampai kita berkali-kali dihentakkan oleh momen-momen sadis penuh darah yang disajikan dengan cukup gamblang, sebelum lagi-lagi kita dikembalikan pada gambar-gambar indah dalam romantisme Chris dan Tina. Saya dibuat memahami hal-hal gila yang terjadi dalam film ini bukan sekedar kegilaan tapi punya dasar emosional yang kuat. Pada akhirnya cinta terlihat sanggup menyatukan siapapun meski harus didasari oleh hal-hal gila sebelum pada akhirnya sebuah ending yang sebenarnya predictable tapi tetap menyentak dan terasa tragis itu muncul.

Satu hal lagi yang menjadi kekuatan film ini adalah kandungan komedi hitamnya. Lewat selipan berbagai dialog cerdas, saya berhasil dibuat tertawa sejak awal film karenanya. Tentu saja karena ini adalah komedi hitam maka tidak semua orang bisa dibuat tertawa karenanya, tapi sekali lagi jika anda mencemarti dialog-dialog yang ada, maka anda akan menemukan banyak dialog yang begitu cerdas dan berhasil memancing tawa. Pada akhirnya berkat hal itu Sightseers berhasil menjadi tontonan yang begitu lengkap. Perasaan saya benar-benar bisa dibuat naik turun. Terkadang saya merasa filmnya begitu indah dengan visual memukau sekaligus romantisme menyentuh yang mengeksplorasi kedua karakter utamanya dengan begitu mendalam. Terkadang saya juga dibuat tertawa oleh balutan komedi hitamnya. Tapi tentu saja ini adalah film thriller-horror yang sanggup memberikan ketegangan dan punya berbagai macam adegan sadis yang ditampilkan dengan cukup eksplisit. Sightseers sanggup menampilkan ketiga elemen yang sebenarnya begitu berbeda tersebut dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mengisi dengan baik.

3 komentar :

Comment Page:
Elbert Reyner mengatakan...

Halo bro. Tukeran link yuk :)
salam dari www.cinephilesdiary.blogspot.com

Rasyidharry mengatakan...

Linknya udah saya pasang :)

I20 mengatakan...

Halo, salam kenal. Thank input untuk jalan ceritanya