OBLIVION (2013)

3 komentar
Oblivion jelas sebuah film yang sangat ditunggu. Bagaimana tidak? Disaat industri mainstream Hollywood seolah sedang miskin ide orisinil, Joseph Kosinski (Tron Legacy) justru muncul dengan sebuah film yang menampilkan sebuah cerita yang baru. Memang Oblivion pada dasarnya diangkat dari sebuah grafik novel yang ditulis oleh Kosinski sendiri, namun grafik novel tersebut belum pernah dipublikasikan, jadi tetap saja Oblivion layak disebut mempunyai cerita yang original. Tapi daya tarik film ini bukan hanya cerita yang baru, nama besar Tom Cruise yang menjadi pemeran utama juga merupakan magent luar biasa bagi setiap film yang ia bintangi. Tidak hanya Cruise, karena film ini juga mempunyai nama besar lain, sebut saja Olga Kurylenko dan Morgan Freeman. Dengan bujet sebesar $120 juta, Oblivion jelas merupakan salah satu tontonan sci-fi yang menjanjikan efek CGI mewah berbalut adegan aksi spektakuler yang akan membuat banyak penonton beduyun-duyun datang ke bioskop untuk mencari sebuah hiburan blockbuster. Tapi pertanyaannya apakah cerita original yang dimiliki oleh Oblivion merupakan cerita yang menarik? Ataukah hanya satu lagi dari ratusan film berbujet raksasa yang mempunyai kualitas cerita yang kacangan?

Pada tahun 2077, Bumi sudah menjadi sebuah planet yang gersang dan tidak berpenghuni. Semua itu akibat perang yang terjadi 60 tahun lalu disaat makhluk alien bernama Scavenegrs melakukan invasi dengan cara menghancurkan bulan yang itu menyebabkan terjadinya banyak bencana alam di Bumi. Pada akhirnya Scavengers berhasil dikalahkan dengan meledakkan senjata nuklir. Namun akibat pemakaian nuklir, Bumi dan seisinya mengalami kehancuran dan radiasi yang menyebabkan planet tidak bisa lagi ditinggali. Untuk itu manusia yang selamat dipindahkan ke Titan, sebuah bulan milik Saturnus. Jack Harper (Tom Cruise) dan Victoria (Andrea Riseborough) adalah dua orang teknisi yang dikirim ke Bumi guna menjaga mesin-mesin yang digunakan untuk mengambil sumber daya alam yang masih tersisa dan dikirim ke Titan. Meski masa tugasnya sudah hampir berakhir, Jack tidak merasa bahagia karena dia masih merasa bahwa Bumi merupakan rumahnya dan masih begitu banyak hal yang ia ingin eksplorasi disana. Selama menjalankan misinya, Jack seringkali mendapatkan mimpi tentang seorang wanita yang tidak bisa ia ingat akibat memorinya yang telah dihapus sebelum menjalankan misi guna menjaga kerahasiaan dan keamanan. Suatu hari, sebuah objek misterius terjatuh dan disaat Jack mencoba memeriksanya ia terkejut karena disana terdapat Julia (Olga Kurylenko), wanita yang selalu muncul dalam mimpinya.

Dalam ceritanya, Oblivion tidaklah mempunyai konsep yang bisa dibilang baru. Sebuah sci-fi tentang masa depan yang menggambarkan kehancuran Bumi, invasi alien, serta kisah mengenai seorang astronot yang harus tinggal sendirian di planet yang telah porak poranda adalah berbagai macam konsep yang telah diterapkan dalam banyak sekali suguhan film fiksi ilmiah. Yang dilakukan oleh Kosinski adalah mengambil berbagai referensi konsep dari begitu banyak film-film sci-fi kemudian merangkumnya menjadi sebuah hal yang baru dalam Oblivion. Anda akan menemukan berbagai referensi dari film-film lain seperti Alien, Wall-E, hingga sebuah suguhan independen luar biasa seperti Moon bisa anda lihat disini. Bahkan hubungan yang terjalin antara Jack dan Victoria serta karakter keduanya pada awal film benar-benar mengingatkan saya pada The Truman Show. Ya, bagaimana Jack adalah seorang pria yang begitu tenggelam dengan rasa penasaran akan hal-hal diluar sana mengingatkan saya pada sosok Truman yang dimainkan Jim Carrey. Lalu bagaimana Victoria coba menghalanginya untuk melihat hal-hal baru termasuk bagaimana ekspresi seorang Andrea Riseboroguh begitu mengingatkan saya pada Meryl Burbank yang diperankan Laura Linney. Bahkan beberapa konsep termasuk salah satu twist-nya mengingatkan saya pada film garapan Peter Weir tersebut.
Meski memiliki banyak unsur dari film-film lainnya yang sudah terasa begitu familiar, diluar dugaan Joseph Kosinski mampu merangkumnya menjadi sebuah cerita yang tampil dengan begitu menarik. Fakta bahwa naskahnya berasal dari grafik novel miliknya sendiri memang memperlihatkan bahwa Kosinski sangat memahami materi yang ia miliki tersebut. Memang pada paruh awalnya, Oblivion terasa membosankan dan seolah tidak menawarkan modifikasi baru pada ceritanya. Saya sendiri sempat berhenti menonton dan memilih tidur pada 20 menit pertamanya. Bukan karena alurnya yang lambat namun lebih karena firasat saya yang mengatakan bahwa film ini tidak akan berbeda dari film-film big budget lain yang hanya memamerkan efek visual tanpa cerita yang menarik. Namun setelah saya lanjut menonton, firasat saya tidak sepenuhnya benar. Oblivion memang tidak memiliki cerita yang cerdas, tapi setidaknya punya beberapa twist yang cukup mengejutkan. Twist-nya tidak baru, tapi jika anda berusaha tidak terlalu banyak menebak-nebak kelanjutan plot-nya, maka twist tersebut akan terasa lebih memuaskan dalam memberikan daya kejutnya. Dan seperti yang saya bilang, ada beberapa twist disini yang muncul di pertengahan hingga menjelang akhir.

Oblivion nyatanya juga merupakan sebuah bentuk pemanfaatan bujet raksasa dengan baik berbalut dengan visi mengenai dunia science fiction yang juga baik. Visi dari Joseph Kosinski berpadu dengan kehandalan sinematografer Claudio Miranda (Life of Pi) sanggup menggambarkan kondisi Bumi yang gersang serta berbagai elemen sci-fi yang ada seperti pesawat, persenjataan hingga markas canggih yang melayang di angkasa dengan begitu mengesankan. Tentunya efek CGI yang impresif berhasil menghidupkan visi luar biasa tersebut. Belum lagi semua itu dibalut musik gubahan band elektronik M83 yang terasa epic sekaligus mampu menghidupkan suasana adegan dengan begitu baik bahkan di momen drama sekalipun. Perpaduan aspek-aspek tersebut begitu harmonis khususnya saat momen klimaks yang terasa begitu menegangkan meskipun merupakan sebuah momen flashback. Bahkan sebagai sebuah sajian blockbuster, Oblvion juga mempunyai satu hal yang biasanya dilupakan oleh film-film serupa, yakni hati. Mungkin kisahnya tidak terasa terlalu mendalam, tapi pada momen-momen drama yang punya porsi cukup banyak Oblivion mampu terasa maksimal termasuk dalam menghantarkan kisah romansa Jack dan Julia. 

Bicara momen romansa, sebuah adegan yang menampilkan Jack dan Julia berbicara di pinggir danau merupakan salah satu momen favorit saya dalam Oblivion. Dialognya sederhana, namun pembawaan Olga Kurylenko dan Tom Cruise (yang sepanjang film berakting baik) mampu membuatnya terasa begitu romantis. Belum cukup? Maka ditambahkanlah sebuah lagu A Whiter Shade of Pale milik Procol Harun yang dengan samar-samar membayangi interaksi keduanya dan mengalun memancarkan romantisme yang jarang saya temui di film-film berbujet raksasa. Mungkin Oblivion bukanlah film dengan cerita ataupun twist paling original, namun penggarapan Joseph Kosinski sanggup membuat film ini terasa begitu maksimal menggabungkan efek CGI mewah dengan porsi aksi dan drama yang seimbang. Mungkin salah satu kejutan menyenangkan bagi saya diantara film-film blockbuster di 2013 ini.

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

tolong bikin review the conjuring donk

Rasyidharry mengatakan...

Berhubung saat ini empunya blog sedang tidak berada di daerah yang ada bioskopnya jadi untuk film-film baru mungkin masih ditunda reviewnya :)

endyonisius mengatakan...

A Whiter Shade of Pale, it's fit to describe faint shadows in this movie as well .. https://www.youtube.com/watch?v=eRgeN_EnpVs