WHAT MAISIE KNEW (2012)

Tidak ada komentar
Cukup banyak film yang mengangkat keluarga disfungsional hingga dampak perceraian terhadap anaknya. Salah satu yang paling mengena bagi saya adalah The Squid and the Whale (review) karya Noah Baumbach yang berhasil dengan sangat baik menangkap dampak perceraian pada anak. Kali ini giliran duo sutradara David Siegel dan Scott McGehee yang mengangkat tema tersebut dalam What Maisie Knew. Film ini juga mempunyai jajaran cast yang cukup menarik mulai dari Julianne Moore, Steve Cogan hingga Alexander Skarsgard. Kisahnya sendiri diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama yang terbit pada tahun 1897 karya Henry James. Ya, film ini memang mencoba memindahkan setting cerita yang aslinya berlokasi di London pada awal abad 19 menjadi New York masa kini. Sosok Maisie yang tertulis pada judulnya sendiri merupakan seorang gadis kecil yang harus terjebak dalam konflik yang terjadi antara kedua orang tuanya. Maisie (Onata Aprile) tinggal di apartemen milik sang ibu, Susanna (Julianne Moore) yang merupakan seorang vokalis band rock. Tentunya Susanna juga tinggal dengan gaya hidup rock star yang penuh keinginan terhadap kebebasan dan pesta pora. Sang ayah sendiri, Beale (Steve Coogan) merupakan seorang art dealer yang selalu sibuk berkeliling hingga keluar negeri untuk urusan pekerjaan.

Setiap harinya, Maisie harus selalu mendengar dan melihat pertengkaran hebat kedua orang tuanya yang selalu bertengkar setiap mereka bertemu. Maisie sendiri terlihat begitu tabah dalam menghadapi segala kondisi tersebut ditemani oleh sang pengasuh, Margo (Joanna Vanderham). Suatu hari akirnya kedua orang tuanya bercerai dan Maisie harus secara bergantian tinggal dirumah masing-masing dari mereka. Sang ayah kini menikah dengan Margo, sedangkan sang ibu menikah dengan seorang bartender muda bernama Lincoln (Alexander Skarsgard). Namun seiring berjalannya waktu, nyatanya tidak ada perubahan yang signifikan pada kepirbadian kedua orang tua Maisie. Meski mereka menyayangi sang puteri, namun untuk memberikan perhatian ataupun kedekatan nampaknya masih menjadi angan-angan belaka. Hal tersebut membuat Maisie yang begitu tabah harus terus hidup termobang-ambing diantara perebutan kedua orang tua terhadap dirinya. Konflik tersebut juga pada akhirnya ikut menyeret Margo dan Lincoln dalam konflik yang terjadi.

Karakter utama seorang gadis cilik yang terjebak dalam konflik kedua orang tuanya. Jika ingin memilih jalan yang mudah, maka film ini tinggal mengeksploitasi penderitaan sang bocah, buat dia semenderita mungkin hingga akhirnya terciptalah film tearjerker. Untuk karakter bocahnya tinggal buat karakter yang menggemaskan tanpa perlu kedalaman lebih jauh lagi. Dengan begitu bisa dijamin mayoritas penonton akan menaruh simpatinya terhadap si karakter utaman. Tapi What Maisie Knew mencoba cara pendekatan yang lebih sulit. Filmnya tidak pernah menjadi melodrama berlebihan yang dibuat untuk menguras air mata penonton. Tapi dengan pemaksimalan segala konfliknya, film ini tetap menjadi sebuah sajian kisah yang mengikat sekaligus menyentuh meski berjalan tanpa dramatisasi yang berlebihan. Sedangkan karakter Maisie sendiri memang merupakan sosok bocah yang menggemaskan, namun karakternya lebih dari itu. Dia adalah gadis cilik yang polos nan menggemaskan namun disisi lain penuh ketabahan dalam menyikapi permasalahan. Dia tidak pernah merengek apalagi menangis terhadap permasalahan yang dia jalani. Bahkan jika dihitung hanya ada satu adegan yang memperlihatkan air mata Maisie menetes, itupun hanya sedikit.
Dengan begitu, saya dapat dengan mudah bersimpati pada Maisie. Dia bukanlah sesosok karakter bocah biasa yang ditulis untuk meraih simpati penonton, namun sesosok karakter yang kuat dan telah terbentuk secara sempurna. Hal itu masih ditambah dengan penampilan gemilang dari Onata Aprile. Memang ada Alexander Skarsgard maupun Julianne Moore yang juga bermain baik, namun melihat akting seorang Onata Aprile yang masih bocah, akting kedua aktor papan atas tersebut seolah menjadi terlupakan. Onata Aprile adalah seorang aktris cilik yang sanggup menghadirkan emosi dan kedalaman luar biasa dari tiap dialog maupun tatapan yang ia keluarkan. Namun yang terjebak dalam permasalahan ini bukan hanya Maisie. Disisi lain ada Margo dan Lincoln yang mau tidak mau harus terjebak dalam situasi yang serupa. Mereka berdua sama-sama harus mengorbankan waktunya untuk mengurus Maisie yang selalu ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Namun mereka selalu melakukan itu dengan ikhlas dan tulus menyayangi Maisie. Hal itulah yang juga membuat saya bersimpati pada mereka berdua. Secara tidak sadar saya sudah dibuat berharap supaya Margo dan Lincoln saja yang lebih baik menjadi suami istri sekaligus orang tua Maisie.

What Maisie Knew tidak hanya membuat penonton bertanya "seperti apa orang tua yang baik?"  namun lebih jauh lagi film ini mempertanyakan mengenai "apa orang tua itu?" Apakah orang tua merupakan sosok yang memberikan kelahiran pada seorang anak? Ataukah seseorang baru pantas disebut orang tua jika mereka juga mengurus dan memberi perhatian sepenuhnya pada sang buah hati? Bicara tentang orang tua yang tidak perhatian, disini kita juga melihat gambaran jelas tentang apa yang sering terjadi dewasa ini disaat seorang anak justru lebih dekat dan menyukai babysitter daripada orang tuanya sendiri. Ya, dari semua hal tersebut saya ingin menyerukan  bahwa jika anda belum siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua maka janganlah menjadi! Karena jika tidak dibarengi kesiapan hal itu hanya akan memberikan dampak negatif, bukan pada kedua orang tua, tapi dampak yang jauh lebih besar dan menyakitkan pada sang anak.

Tidak ada komentar :

Comment Page: