VERONICA MARS (2014)
Diputar selama tiga musim dari tahun 2004 hingga 2007, serial televisi Veronica Mars yang dibuat oleh Rob Thomas mungkin bukan termasuk serial yang mendapat rating tertinggi, namun serial tersebut mempunyai banyak barisan penggemar cult. Serial ini juga berhasil melambungkan nama Kristen Bell hingga seperti sekarang. Pasca serialnya, Rob Thomas sebenarnya sudah memulai usaha untuk membuat versi layar lebar dari Veronica Mars tapi selalu terbentur masalah pendanaan. Sampai akhirnya pada awal 2013, Rob Thomas dan Kristen Bell berusaha memanfaatkan keberadaan cult following serial tersebut dengan mengadakan penggalangan dana melalui website kickstarter. Benar saja, setelah satu bulan, akhirnya proyek ini mendapat lebih dari $5.7 juta dan akhirnya memulai produksinya hingga dirilis awal tahun ini. Saya sendiri tidak pernah menonton serial televisi yang satu ini, bahkan baru mendengar judulnya menjelang film dirilis. Untuk cerita dalam filmnya sendiri, naskah yang ditulis sendiri oleh Rob Thomas akan melanjutkan apa yang menjadi akhir dari musim ketiga serial tersebut, tepatnya sembilan tahun pasca ending tersebut sebagai bukti bahwa adaptasi film ini masih setia pada kontinuitas serial televisinya. Tidak hanya itu, jajaran cast-nya pun turut kembali meramaikan film ini.
Berselang sembilan tahun setelah akhir serial televisinya, kini Veronica Mars (Kristen Bell) telah pindah dari Neptune ke New York. Disana ia menjalin hubungan yang damai dan bahagia dengan Piz (Chris Lowell). Tidak hanya itu, Veronica kini berkesempatan untuk bekerja di sebuah firma hukum besar disana. Tapi ditengah semua hal baik itu Veronica mendapat kabar mengejutkan tentang kematian teman masa sekolahnya, Carrie Bishop (Andrea Estella) yang kini dikenal sebagai seorang pop superstar dengan nama panggung Bonnie DeVille. Carrie ditemuka tewas di bathtub rumahnya, dan yang lebih mengejutkan bagi Veronica adalah karena orang yang menjadi tersangka utama kasus pembunuhan tersebut adalah Logan (Jason Dohring), mantan kekasihnya sendiri semasa sekolah. Logan sendiri meminta bantuan Veronica untuk mencarikan pengacara yang membuat Veronica harus kembali lagi ke Neptune. Logan sendiri bersikeras bahwa ia bukanlah pembunuh Carrie yang pada saat itu berstatus sebagai mantan pacarnya meski segala bukti mengarah padanya. Pihak kepolisian pun menemukan bahwa ada motif yang masuk akal bagi Logan untuk membunuh Carrie. Pada akhirnya Veronica yang telah meninggalkan kehidupan sebagai private investigator pun merasa terpanggil untuk menyelidiki kasus ini.
Tantangan tersendiri bagi sebuah film yang diadaptasi dari serial televisi adalah bagaimana film ini mampu menyeimbangkan kepuasan para penggemarnya dan para penonton baru. Tentu saja hal ini tidak mudah, karena penonton awam tidak boleh sampai tersesat dan harus bisa mengenali karakter yang ada dalam film ini, sebuah hal yang tidak dibangun dengan cepat dalam sebuah serial televisi. Tapi tentu saja para die-hard fans tidak akan mau berlama-lama melihat pengenalan karakter yang mereka sudah lama kenal dan begitu akrab dengan mereka. Untungnya Rob Thomas cukup baik dalam hal ini. Pada opening-nya ia memberikan sebuah montage tentang beberapa hal kunci yang terjadi sebelum serial televisinya usai sekaligus sedikit demi sedikit memperkenalkan seperti apa sosok Veronica Mars disitu. Hal itu cukup berhasil karena pada akhirnya saya pun sama sekali tidak buta tentang apa yang terjadi, siapa itu Veronica, dan siapa-siapa saja mereka yang ada di sekitarnya. Seiring berjalannya film saya bisa merasakan bahwa Rob Thomas memang membuat film ini sebagai surat cinta kepada para penggemar berat serialnya sambil berusaha untuk membuat penonton awam tidak tersesat di dalamnya. Apabila saya adalah penggemar serialnya, saya pasti begitu gembira bahkan mungkin terharu melihat pertemuan kembali para karakternya termasuk pada saat momen reuni tengah berlangsung.
Bagi para fans, film ini akan terasa sebagai sebuah nostalgia dengan momen reuni sebagai klimaksnya. Tapi jujur saja bagi penonton awam seperti saya momen reuni atau pertemuan kembali Veronica dengan teman-temannya terasa biasa saja tanpa ada yang spesial. Tapi toh seperti yang saya bilang tadi bahwa Rob Thomas tidak serta merta melupakan para "pemula" seperti saya karena ia sudah menyiapkan sajian misteri dengan sesekali balutan komedi sebagai daya tarik bagi para penonton baru. Misteri yang disajikan memang terasa simpel, tidak berbelit-belit, tidak rumit, dan tidak terlalu banyak memiliki lapisan di dalamnya. Tapi meskipun sederhana, Thomas mampu merangkainya dengan cukup menarik. Saya tidak pernah merasakan misterinya sebagai sesuatu yang cerdas, begitu pula tensi filmnya yang tidak pernah benar-benar menegangkan. Klimaksnya sendiri terasa biasa saja kalau tidak mau dibilang anti-klimaks. Tapi toh lagi-lagi saya masih bisa terhibur dengan cara bertutur Rob Thomas disini. Saya dibuat betah melihat bagaimana Veronica mengumpulkan keping demi keping petunjuk untuk memecahkan kasus pembunuhan tersebut sambil sesekali berusaha menghadapi konflik masa lalunya. Selipan komedinya pun cukup efektif meski lagi-lagi beberapa barter dialognya kurang bisa dimengerti penonton awam seperti saya.
Lalu jika bicara tentang sosok Veronica Mars sendiri, karakternya memang cukup menarik. Kristen Bell jelas sudah sangat lancar memerankan karakter yang pernah ia mainkan selama tiga tahun ini. Dia sangat baik dalam menghidupkan sosok Veronica yang penuh dengan antusiasme dan rasa penasaran tinggi. Tapi yang paling menarik dari Veronica adalah kata-kata sindiran yang sering keluar dari mulutnya. Dengan itu saya bisa mudah untuk memahai bahwa dia memang adalah sosok wanita tangguh yang tidak takut terhadap hal apapun. Disini kita juga diajak untuk melihat bagaimana dilema yang dialami Veronica disaat ia harus memilih antara mengejar kemapanan atau mencari kepuasannya sebagai "adrenaline junkie". Biasanya saya sangat menyukai eksplorasi hal tersebut dan akan menaruh simpati besar pada karakter yang memilih meninggalkan kemapanan, tapi kasusnya sedikit berbeda disini khususnya jika berkaitan dengan hubungan Veronica dan Logan. Disaat Veronica-Piz menggambarkan sebuah hubungan yang damai dan bahagia yang mana itu kurang "menantang" bagi Veronica, maka hubungan Veronica-Logan yang penuh tantangan justru menarik bagi dirinya. Pada akhirnya konklusi yang diberikan mungkin memuaskan bagi para fans, tapi bagi saya yang tidak terikat dengan hubungan Veronica-Logan, semuanya terasa nonsense. Pada akhirnya sekuat apapun usaha Rob Thomas, Veronica Mars tetap saja terasa sebagai sebuah surat cinta pada para penggemar yang lebih mementingkan mereka daripada penonton awam. Saya tidak tersesat, tapi tidak berhasil dipuaskan. Tapi toh, keseluruhan filmnya masih cukup menghibur.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar