WILLOW CREEK (2014)
Found footage horror tidak akan pernah mati, setidaknya dalam waktu dekat ini. Meski sudah kehilangan kesan realistis seperti yang berhasil dibangun The Blair Witch Project atau jika ditarik lebih ke belakang Cannibal Holocaust tetap saja sub-genre horor satu ini masih sanggup menghadirkan kengerian yang menyenangkan. Disaat franchise Paranormal Activity semakin kehilangan daya tariknya lewat hantu-hantu yang membosankan, bermunculan berbagai macam mockumentary lain yang mengusung konsep jauh lebih unik, sebagai contoh dari Norwegia ada Trollhunter. Dengan keberhasilan film tersebut tidak mengejutkan jika setelah itu akan bermunculan mockumentary lain yang mengangkat monster mitologi sebagai fokusnya. Kali ini giliran sutradara Bobcat Goldthwait yang selama ini dikenal lewat film-film komedi hitam (God Bless America, World's Greatest Dad) yang melakukan hal itu dengan membuat film tentang perburuan Bigfoot. Willow Creek terinspirasi dari footage terkenal buatan Roger Patterson dan Robert Gimlin pada tahun 1967 yang menampilkan sosok Bigfoot sedang berjalan di tengah hutan. Sampai sekarang footage itu masih menuai perdebatan, apakah nyata atau sekedar hoax?
Sepasang kekasih bernama Jim (Bryce Johnson) dan Kelly (Alexie Gilmore) melakukan perjalanan ke sebuah hutan di California yang dikenal sebagai tempat Patterson dan Gimlin merekam sosok Bigfoot. Perjalanan itu dilakukan sebagai hadiah ulang tahun Kelly untuk Jim yang memang menggilai teori-teori Bigfoot. Keduanya pun melakukan perjalanan dengan bermodalkan sebuah kamera, berharap bisa menemukan bukti atas keberadaan Bigfoot. Mereka pun mulai melakukan pengambilan gambar sambil sesekali melakukan wawancara terhadap penduduk sekitar yang tahu atau diduga pernah melihat langsung sosok monster itu. Meski sempat ada dua orang pria yang dengan sikap tidak mengenakkan coba menghentikan perjalanan Jim dan Kelly, mereka berdua akhirnya tetap meneruskan perjalanan. Akhirnya mereka memasuki hutan yang masih amat liar tanpa tahu teror telah menanti mereka di bagian terdalam hutan. Dengan sinopsis sependek ini dan durasi yang hanya mencapai 79 menit sudah bisa diraba akan seperti apa Willow Creek berjalan. Tentu saja tidak akan ada cerita kompleks dan seperti mockumentary horror lain, pada paruh awal kita masih disuguhi momen-momen non-horor sebelum akhirnya berjalan kencang menjelang akhir.
Konsep dasarnya amat menarik, dan tentu saja aspek yang paling saya nantikan adalah akan seperti apa sosok Bigfoot itu ditampilkan dan bagaimana mereka meneror sepasang kekasih ini. Pastinya saya sudah tahu bahwa saya harus bersabar dulu sebelum mendapatkan semua itu. Selain konsep Bigfoot, film ini memang masih menawarkan formula lama, dengan paruh awal berjalan lambat, mencoba sedikit demi sedikit membangun misteri tentang mitologi Bigfoot dengan tujuan membangun antisipasi penonton. Tapi sayang usaha untuk membangun daya tarik itu kurang berhasil. Saya merasa momen itu kurang berhasil membuat penonton terbayang-bayang sosok Bigfoot yang menyeramkan. Beberapa interview dan momen penggiring yang hadir hanya terasa sambil lalu, tanpa ada kesan berarti. Tidak sampai seburuk pembukaan di film-film Paranormal Activity memang, tapi tetap saja kurang menggigit. Andai saja footage Patterson-Gimlin ditampilkan mungkin tensi akan semakin meningkat. Saya yakin hampir semua penonton sudah pernah melihatnya, tapi penayangan lagi rekaman itu akan membuat penonton bisa mengulang kembali rasa creepy saat pertama melihat tayangan itu. Untung saya rasa penasaran saya akan sosok Bigfoot di klimaks membuat saya masih antusias.
Keberadaan Jim dan Kelly juga cukup berhasil menghidupkan paruh awal film ini. Karakter keduanya menarik, pertukaran dialog yang hadir juga tidak terasa kosong, plus sosok Kelly yang tidak sulit mengundang simpati. Sosok Jim memang kadang terasa menyebalkan dengan ego dan sikap kekanak-kanakkannya, tapi untungnya mendekati akhir kedua karakter ini seperti dibalik, membuat saya tidak terlalu merasa kesal pada sosok Jim. Tapi biarlah, sebaik atau seburuk apapun momen awal dalam mockumentary, bagian klimaks dan akhirnya lah yang akan menentukan bagus atau tidaknya film tersebut. Willow Creek memulai terornya pada sebuah adegan malam hari saat Jim dan Kelly berada di dalam tenda. Adegan itu adalah adegan long shot yang berjalan lebih dari 20 menit, dan hanya menampilkan Jim dan Kelly berada di dalam tenda. Teror yang hadir pun hanyalah suara demi suara plus beberapa gerakan mengejutkan dari luar tenda. Sederhana, tapi sukses membangun ketegangan. Penonton dibuat berada dalam kondisi yang sama dengan pasangan itu, merasa bingung dan takut mendengar suara-suara aneh tanpa tahu sedikitpun siapa dan apa yang terjadi diluar tenda. Saya selalu suka saat film horor membangun keseraman lewat suasana, dan Willow Creek berhasil melakukan itu.
Sayang, saya dikecewakan oleh klimaks dan ending-nya. Setelah penantian cukup panjang dan sebuah adegan menegangkan selama 20 menit, film ini hanya menyuguhkan sebuah klimaks singkat di tengah kegelapan yang itu bahkan sama sekali tidak menampilkan sosok Bigfoot. Tentu saja akan terasa menggelikan jika desain monster dalam bujet murah coba ditampilkan secara gamblang, tapi setidaknya berikan sedikit penampakan yang didukung dengan shaky cam untuk menyamarkan keburukan desain monsternya, guna menambah tingkat kengerian dan memberikan kepuasan bagi penonton yang menunggun-nunggu kemunculan monster itu. Pada akhirnya seperti yang telah saya sebutkan diatas, akan menjadi percuma jika sebuah mockumentary seperti Willow Creek ini menghadirkan pembangunan tensi yang cukup baik tapi gagal membayar lunas semua penantiannya. Jauh dari kesan buruk, tapi jelas kurang memuaskan, saat aspek hiburan dari kegilaan klimaksnya kurang terasa maksimal.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar