PADDINGTON (2014)
Dengan judul-judul seperti The Smurs atau Alvin and the Chipmunks wajar saja banyak orang termasuk saya hilang kepercayaan pada komedi keluarga dengan karakter kartun CGI dalam dunia live action. Lelucon kekanak-kanakan yang tidak lucu bagi penonton umum, cerita buruk sampai karakter dangkal jadi pemandangan biasa. Saya tahu film-fim di atas memang dimaksudkan sebagai tontonan ringan, tapi kata "ringan" tidak sama dengan "bodoh" atau "asal". Tapi Paddington karya sutradara Paul King ini memberikan harapan. Disaat kompatriotnya dari Amerika itu gagal memberikan hiburan, sang beruang sopan dari Inggris ini justru membawa angin segar. Formulanya standar, dimana Paddington sang beruang kecil yang bisa berbahasa Inggris ini mencari rumah baru di London, setelah gempa besar menghancurkan rumahnya di pedalaman hutan Peru, menewaskan mayoritas keluarganya.
Berharap mendapat rumah serta keluarga baru di London, sang beruang justru menemukan fakta bahwa kota itu tidak sebaik dan seramah yang dibayangkan. Dia harus terlunta-lunta di stasiun sebelum ditemukan oleh Mary Brown (Sally Hawkins). Mary membawa ia pulang kerumahnya, memberikan nama "Paddington" bagi sang beruang. Bukan usaha mudah bagi Paddington beradaptasi di lingkungan baru yang lebih modern. Apalagi penolakan harus ia hadapi khususnya dari Henry Brown (Hugh Bonneville) yang khawatir bahwa beruang itu bakal membahayakan anak-anaknya. Disisi lain ia juga harus menghadapi ancaman dari seorang wanita pemburu hewan langka (Nicole Kidman). Sangat sederhana, sekaligus cukup singkat dengan durasi 95 menit. Tapi kelebihan film ini dibanding judul-judul lain yang saya sebut di atas adalah Paddington memang menyenangkan, tapi ia tidak hanya bersenang-senang tanpa arti.
Paddington punya segala petualangan penuh dengan adegan lari, kabur, meluncur, melayang, jatuh, apa-apa saja yang jadi formula wajib komedi anak-anak. Tapi sekali lagi filmnya tidak hanya asal bersenang-senang. Sentuhan drama yang hadir dalam naskah Paul King dan Hamish McColl diluar dugaan cukup hangat. Kisah tentang kesendirian, pembuktian diri, sampai pencarian jati diri dan keluarga bukan sekedar tempelan. Keep it simple, that's the key. Kisahnya tidak berusaha terlalu keras untuk membuat penonton terharu. Petualangan yang hadir pun sederhana saja. Paddington mencari sosok pemburu yang pernah mendatangi keluarganya di hutan Peru, Paddington berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan di London khususnya dalam keluarga Brown, Henry yang berusaha menerima keberadaan Paddington, sampai ancaman utama saat si beruang coba diawetkan di museum. Tidak perlu petualangan berskala besar atau ancaman global. Hanya melibatkan satu keluarga kecil di sudut kota London. Dengan durasi 95 menit, semua itu dikemas baik, filmnya terasa rapat dan solid, sekaligus bergerak cepat.
Saya suka komedinya. Disaat mayoritas film seperti ini hampir tidak membuat saya tertawa, Paddington sebaliknya. Hampir semua lelucon setidaknya mampu membuat saya tersenyum, bahkan tertawa di beberapa bagian. Saya terkagum, dan akhirnya ingat bahwa ini produk Inggris. Disaat komedi keluarga dari Hollywood tampak asal melempar slapstick dan kekonyolan, Paddington memperhatikan timing. Leluconnya ringan, tapi untuk ukuran film macam ini termasuk cerdas. Paul King sanggup memberikan kesan quirky yang begitu kuat dalam berbagai aspek. Mari lihat karakternya. Sosok Mary adalah wanita unik baik hati namun penuh drama. Dia bisa menangis hanya karena anak perempuannya yang masih remaja awal membawa pacarnya kerumah. Lihat juga Millicent dengan dandanan rambut anehnya. Tentu saja kehadiran dua nama besar yakni Sally Hawkins dan Nicole Kidman menjadi salah satu faktor keberhasilan terciptanya dua sosok wanita menarik nan bertolak belakang ini.
Karakter-karakter aneh itu sedikit mengingatkan saya pada film-film Wes Anderson. Bahkan Paul King menjadikan aspek petualangan film ini khususnya saat adegan di museum "sangat Wes Anderson". Momen awkward sampai arti direction unik (keluarga Brown bersembunyi di bawah tangga dalam posisi tinggi badan yang berurutan) jelas memunculkan ingatan pada Moonrise Kingdom atau The Grand Budapest Hotel. Paul King juga turut memasukkan beberapa visualisasi unik disini, seperti adegan imajinasi Paddington, beberapa flashback, hingga dua adegan saat rumah keluarga Brown dihadirkan dalam bentuk maket lengkap berisikan tiap anggota keluarga dengan ciri serta kebiasaan masing-masing. Seolah belum cukup, warna warni cerah cukup mendominasi beberapa adegan. Mungkin beginilah jadinya bila Wes Anderson diharuskan membuat film anak-anak (Fantastic Mr. Fox dan Moonrise Kingdom penuh nuansa anak tapi bukan diperuntukkan bagi mereka). Lucu, hangat, padat, quirky. Paddington adalah kejutan menyenangkan disaat sajian komedi keluarga seperti ini tidak menganggap bodoh penontonnya dengan sajian asal jadi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar