LOST RIVER (2014)
"One of the biggest actor in the world made his directorial debut." Sebaris kalimat yang sudah cukup menjadi alasan saya menonton Lost River. Apalagi mendengar kabar bahwa dua kolaborasi bersama Nicolas Winding Refn (Drive dan Only God Forgives) memberikan pengaruh besar pada debut Ryan Gosling ini. Tidak peduli meski penonton Cannes mencemooh film ini, karena hal yang sama juga terjadi pada Only God Forgives...dan saya amat menyukai film tersebut. Gosling membawa kita menuju sebuah kota kecil yang terasa dingin, suram, penuh kemiskinan. Disana tinggal Billy (Christina Hendricks), seorang ibu tunggal dengan dua orang putera. Billy tengah mengalami kesulitan uang dan menunggak membayar kontrak selama tiga bulan. Putera sulungnya, Bones (Iain De Caestecker) selalu menghabiskan hari mengambil barang bekas dan menjualnya demi uang untuk memperbaiki mobil sekaligus membantu sang ibu. Kondisi kehidupan itu membawa keduanya masuk dalam situasi yang membahayakan.
Gosling mengangkat kisah tentang kemiskinan yang mendorong seseorang untuk berbuat nekat, melakukan hal yang bisa mengancam keselematan mereka. Untuk itu dia berusaha bermain-main dengan atmosfer. Seperti yang dikatakan Rat (Saoirse Ronan) bahwa kota tempat mereka tinggal terasa seperti underwater. Begitu pula rasa dari film ini. Seperti berada di dasar sungai: dingin, gelap, hampa, dan tidak jarang terasa mengerikan. Disinilah segala ilmu yang dipelahari Gosling dari Winding Refn ia terapkan. Pencahayaan gelap, tempo lambat, percakapan dingin antar karakter. Bahkan lampu-lampu neon ala Only God Forgives dan musik elektronik 80-am yang statis turut digunakan. Semua itu dimunculkan, dan bagi saya berhasil memunculkan suasana yang diinginkan. Kehidupan hampa nan kelam di kota yang dingin terpancar kuat dari film ini.
Masih bicara soal kemiskinan, sebagai sumber ancaman Gosling memasukkan karakter-karakter yang mewakili pemilik kekuatan dan kekuasaan. Tentu saja bukan hanya itu, mereka juga bertindak semena-mena pada pihak lemah. Dave (Ben Mendelsohn) adalah pria berdarah dingin yang menyeret Billy untuk bekerja di sebuah klub bagi para gore-fetish. Dave juga menyiratkan hasratnya untuk memiliki Billy. Sedangkan Bones harus berurusan dengan Bully (Matt Smith), seorang "penguasa kota" yang tidak ragu untuk memotong bibir temannya sendiri hanya karena merasa kesal. Bully memburu Bones yang mengambil barang-barang bekas karena dianggap mencuri dari kotanya. Mereka yang lemah digambarkan tidak berdaya menghadapi para pemilik kekuatan. Karakter utamanya tertindas tapi saya tidak pernah bisa merasa peduli pada mereka. Nuansa kelam memang terasa, tapi selebihnya kosong.
Perbedaan mendasar antara Only God Forgives dengan Lost River terletak pada substansi. Film Nicolas Winding Refn itu memang dingin, kosong, dengan karakter yang tidak terasa hidup. Tapi memang diniati seperti itu. Penonton tidak pernah diharapkan bersimpati pada mereka. Sedangkan Lost River berbeda. Mulai dari Bones, Billy sampai Rat ada pada kehidupan berat dan tampak jelas usaha Gosling untuk mengeksploitasi semua itu dengan harapan penderitaan yang mereka rasakan sampai pada penonton. Disaat Refn dan juga David Lynch bermain dalam ranah sureal dimana manusia tidak harus menjadi manusia, Gosling masih banyak bermain di dunia realis. Dunia di mana manusia adalah manusia yang memiliki emosi dan bertindak sesuai nalar pikiran serta perasaan. Menempatkan karakter yang masih realis dalam cara bertutur seperti ini justru berujung pada kehampaan emosi, melucuti rasa yang harusnya hadir.
Kebingungan tergambar jelas dalam debut penyutradaraan ini. Apa yang akhirnya terjadi hanya sebuah "copy-paste" terhadap gaya Refn dan Lynch tanpa pemaknaan lebih kepada hal tersebut, kenapa mereka memilih gaya demikian. Gosling mengambil banyak inspirasi dengan "buta" hingga melupakan substansi. Lost River sejatinya memiliki cerita untuk disampaikan. Cerita mengenai kemiskinan, mengenai impian, mengenai pemegang kekuatan dan yang lemah. Tapi semua itu hilang, tenggelam layaknya kota bawah sungai dalam film ini. Saya tahu ada cerita, tapi seiring berjalannya waktu terlupa terhadapnya, seperti warga kota yang tahu tapi melupakan kota yang hilang. Tapi harus diakui visualnya indah, atmosfernya pun cukup mengikat. Dingin, kelam tapi begitu kosong. Ryan Gosling punya potensi menciptakan cult movie, tapi Lost River jelas bukan itu. Visual dan atmosfernya membuat film ini bisa dinikmati, meski hanya sebatas untuk dilihat tanpa bisa dirasakan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar