AMERICAN HORROR STORY: HOTEL (EPISODE 4 - 7)

2 komentar
Berikut adalah review untuk "American Horror Story: Hotel" episode 4 sampai 7. Untuk ulasan episode 1 sampai 3 dapat dibaca disini.

4 - DEVIL'S NIGHT
Episode spesial Halloween selalu menjadi highlight bagi serial ini. "Devil's Night" pun menawarkan premis yang menjanjikan hal serupa. Setahun sekali tiap malam Halloween, James March mengadakan pesta makan malam yang dihadiri beberapa tamu undangan. Pembeda jamuan ini dari lainnya adalah fakta bahwa tamu undangan March merupakan para pembunuh berantai legendaris Amerika yang telah lama mati. Dengan banyaknya serial killers"hell break loose" adalah apa yang saya harapkan. Sayang, "Devil's Night" berakhir sebagai episode spesial Halloween paling mengecewakan dalam sejarah penayangan AHS. Adegan pembunuhan disajikan terlalu "jinak" dengan darah mengalir seadanya. Narasinya terlalu banyak menghabiskan waktu menceritakan bagaimana mereka bisa sampai mengenal James March. Alhasil potensi para pembunuh tersia-siakan. Hanya Lily Rabe sebagai Aileen Wuornos yang mencuri perhatian meski akting campy-nya tentu tak bisa dibandingkan dengan totalitas Charlize Theron. Dialog turut jadi salah satu kelemahan terbesar episode ini. Penulisan naskahnya menggelikan, juga diperparah oleh eksekusi cheesy. Obrolan John Lowe dan Miss Evers jadi salah satu bukti. Tanpa ada dampak pada keseluruhan narasi kecuali selipan arc milik Alex, "Devil's Night" menjadi episode yang terbuang percuma. (2.5/5)
5 - ROOM SERVICE
Here's a perfect example of how the best and worst thing of "American Horror Story" mixed into one. Hal terburuk terletak pada narasi bertumpuk. Terdapat subplot tentang Iris yang "terlahir kembali", Alex dengan kehidupan baru sebagai vampir, flashback masa lalu Liz Taylor dan kisah pasien Alex, seorang bocah bernama Max. Memaksakan cerita sebanyak itu dalam satu episode berujung pada eksplorasi buru-buru. Perubahan pribadi Iris dan Max terlalu cepat, sulit untuk diterima. Khusus untuk Max, berubah menjadi vampir haus darah seharusnya tidak sampai membuat dia menjadi pembunuh berdarah dingin yang profesional dalam menjalankan aksi. Terdapat pula continuity error saat Donovan yang sebelumnya telah "sadar" kini kembali berusaha memanfaatkan sang ibu. Tapi disaat bersamaan "Room Service" memiliki sisi terbaik khas AHS, yakni kegilaan menghibur. Pembantaian di sekolah yang melibatkan anak-anak sebagai pembunuh, hingga "kegilaan" Iris sanggup memberi senyum kepuasan berkat sajian gory. Kisah Liz pun menjadi background story terbaik di musim kelima sementara ini yang diperkuat oleh penampilan simpatik Denis O'Hare. Episode ini juga memantapkan tone kelam "Hotel", saat akhirnya tidak ada satupun karakter "putih". Semuanya twisted dan bermasalah. Dan jika anda teliti, ada dialog yang berpotensi sebagai foreshadowing tentang identitas "The Ten Commandments Killer". (3.5/5)
6 - ROOM 33
Seks, seks, dan seks. Dengan itu Hotel membuka episode keenamnya. I love that, tapi aspek paling mengejutkan justru saat koneksi antara musim ini dengan "Murder House" semakin gamblang. Adegan pembuka ber-setting tahun 1926 memperlihatkan Elizabeth mendatangi sebuah tempat yang familiar. Bagi sebagian penggemar koneksi ini sudah bisa diprediksi jauh hari, tapi melihatnya menjadi nyata tentu memberi kepuasan lain. Sisi lain sang Countess pun terungkap disini, bukan sekedar vampir berdarah dingin yang menyukai seks liar. Dia sama seperti karakter lain; rapuh dan terluka. Episode ini turut mengukuhkan Denis O'Hare sebagai hal terbaik Hotel. Untuk pertama kalinya ada karakter dalam "American Horror Story" yang menarik simpati sebesar Liz Taylor. Terdapat satu adegan yang (unexpectedly) terasa menyentuh berkaitan dengan karakternya pada episode ini. I'm on her side now. Disisi lain masih ada John dengan kegilaannya yang repetitif dan membosankan, juga Alex yang kini justru coba menghancurkan psikis suaminya itu. Twisted and terrifying story, but lack of depth. Episode memuaskan berhiaskan hati dan menyibak misteri mengerikan di balik kamar nomor 33. (3.5/5)
7 - FLICKER
This is the last episode before mid-season break that closed the first-half of "Hotel" with quality. Episode ini menghabiskan separuh durasi untuk flashback menuju Hollywood tahun 1925. Untuk pertama kalinya kita melihat Countess sebelum bertransformasi menjadi vampir. Tidak hanya memberi eksplorasi lebih dalam pada dia, flashback ini juga mengaitkan berbagai titik plot, karakter, serta membuka tabir misteri Hotel Cortez. Eksekusi flashback-nya pun menawan berkat cerita menarik yang karakter-sentris, pula style ala film Hollywood pra-suara. Saya menyukai tarian antara Countess, Valentino (Finn Witrock) dan Natacha (Alexandra Daddario) yang berujung pada threesome. Elegan, intens, seksi. "Flicker" turut menyelipkan tribute sekaligus observasi pada Hollywood lewat obsesi karakternya menjadi "dewa" yang dipuja banyak orang. Begitu episode ini berakhir, tiap karakter telah memiliki lebih banyak layer, bukan sekedar monster haus darah. Terdapat kekurangan minor seperti penghantaran dialog dan penyaluran emosi Gaga yang tak terlalu kuat, hingga make-up-nya saat makan malam bersama March (those eyebrows!). Tapi saya menyukai bagaimana Gaga sanggup memberi perbedaan pada Countess sebelum dan setelah transformasi. Kekurangan tersebut tak merubah status "Flicker" sebagai salah satu episode terbaik musim ini. Penutup sempurna bagi babak pertama "Hotel". (4/5)

2 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

kalo boleh tau, anda nontonya dimana yah? please saya pen banget nonton ini!

Rasyidharry mengatakan...

Coba di o2tvseries atau 1click tv show. Lapak torrent juga banyak kok :)