COMIC 8: CASINO KINGS PART 2 (2016)

Tidak ada komentar
Saya bukan penggemar franchise buatan Anggy Umbara ini. Baik Comic 8 maupun Casino Kings Part 1 sama-sama gagal memaksimalkan potensi kehadiran banyak komika kelas wahid guna memberi sajian komedi mengocok perut. Permasalahan terbesar ada pada keengganan franchise ini mengakui kebodohannya dan tetap berusaha keras tampil sekeren juga secerdas mungkin menghantarkan alur penuh intrik. Karena itulah menjelang perilisan Casino Kings Part 2, saya tidak lagi menyimpan harapan terlampau besar. Memang begini gaya Anggy Umbara, memang seperti ini wajah franchise-nya. Hingga tanpa diduga filmnya justru cukup memuaskan, bahkan menjadi yang terbaik di antara ketiga film Comic 8.

Melanjutkan kisah film sebelumnya, Casino Kings Part 2 tidak banyak berbasa-basi, langsung membawa penonton terjun ke tengah medan aksi. Bukan saja terjebak di tengah hutan, kedelapan komika masih harus menghadapi para pemburu yang diperankan oleh aktor-aktor senior tanah air (kecuali Sacha Stevenson dan Soleh Solihun). Sementara itu Indro dan Cynthia (Prisia Nasution) mendapat serangan dari anak buah The King (Sophia Latjuba). The King sendiri mulai mengungkap identitas sebenarnya pada Dr. Pandji (Pandji Pragiwaksono). Sebagaimana kasus lain di mana chapter akhir sebuah franchise dipecah ke dalam dua bagian, Casino Kings Part 2 memang didominasi aksi klimaks dan sedikit meminggirkan alur, yang justru merupakan nilai positif.
Menengok dua film sebelumnya, naskah karya Fajar Umbara dan Anggy Umbara memang terlalu berambisi menggabungkan segunung konflik berisi konspirasi penuh twist dengan hanya satu tujuan: mengejutkan penonton tanpa peduli masuk akal atau tidak. Sesungguhnya bukan masalah andai filmnya memang sengaja dikemas bodoh layaknya b-movie kebanyakan. Namun Comic 8 jelas ingin tampak keren dan dianggap serius. Pada Casino Kings Part 2 meski aspek tersebut masih muncul, fokus lebih condong ke arah aksi, yang mana merupakan keunggulan Anggy Umbara ('3' sudah jadi bukti). Sesungguhnya ini hal kecil karena tidak terdapat perbedaan signifikan pada cara penghantaran film ini dengan pendahulunya. Masih penuh sesak oleh lens flare, efek CGI kasar (untuk buaya dan naga), serta slow motion. Walau harus diakui departemen artistik khususnya setting dan kostum masih memanjakan mata.
Hal kecil itu jadi berpengaruh besar tatkala alurnya dinomorduakan. Minim intrik, Casino Kings Part 2 menjelma seutuhnya sebagai b-movie bodoh nan menyenangkan. Karena bagai film kelas b, saya bisa memaafkan buruknya CGI atau kejutan konyol semisal pengungkapan identitas asli dari The King. Kekonyolan itu justru menjadi kekuatan. Termasuk ketika filmnya membuat Prisia Nasution, Hannah Al-Rashid dan Sophia Latjuba sebagai femme fatale sekaligus eye candy. Sentuhan komedi juga tidak dipaksakan hadir setiap saat. Sibuk dengan action, lelucon sekedar muncul sesekali, memberi waktu bagi penonton untuk bernafas sejenak. Kekuatan komedi masih belum mencapai puncak potensi (referensi The Raid sudah ketinggalan jaman) dan makin minimnya eksplorasi karakter tambah mengaburkan ciri khas tiap komika, tapi setidaknya lebih banyak tawa berhasil dihadirkan.

Is it a good movie? Sebenarnya tidak. Masih terdapat beberapa kekurangan yang lagi-lagi berada di seputaran terlalu banyaknya konflik serta karakter coba dilebur menjadi satu. Apabila anda menantikan aksi Barry Prima, Willy Dozan atau Yayan Ruhian mungkin bakal kecewa karena begitu minimnya porsi mereka. Konklusi yang ditawarkan juga masih terasa dipaksakan supaya cepat usai (sekaligus mengejutkan). Tapi sungguh hiburan memuaskan di tengah minimnya blockbuster dalam industri perfilman Indonesia. Saya masih tetap beranggapan gaya dari Anggy Umbara lebih efektif bila diterapkan dalam film pure action macam '3', namun melihat bagaimana ending film ini, tidak bisa dipungkiri saya akan tetap dengan senang hati menantikan sekuel demi sekuel dari Comic 8


Ticket Powered by: ID Film Critics

Tidak ada komentar :

Comment Page: