KOMEDI GOKIL 2 (2016)

11 komentar
Keberhasilan Komedi Modern Gokil mendapat lebih dari 200 ribu penonton tahun 2015 lalu membuat MD Pictures tak butuh waktu lama memproduksi Komedi Gokil 2 yang tetap disutradarai Cuk FK serta masih ditulis naskahnya oleh Eric Satyo dan Dhamoo Punjabi. Banyak pihak menilai franchise ini membangkitkan nostalgia terhadap guyonan khas Warkop DKI, di mana keterlibatan Indro Warkop secara tidak langsung mengkonfirmasi perbandingan tersebut. Saya sendiri belum menonton film pertamanya sehingga bisa dibilang buta akan bentuk pula kualitas filmnya. Namun seusai menyaksikan Komedi Gokil 2 saya tegaskan jika muncul komparasi dengan film-film Warkop DKI, itu ibarat merendahkan karya-karya legendaris mereka. 

Kisahnya ber-setting di rumah kost milik pasangan suami istri Indro (Indro Warkop) dan Tante Maya (Maya Wulan) yang baru saja kedatangan dua penghuni baru, Acho (Muhadkly Acho) dan Lolox (Lolox), adik Boris (Boris Bokir). Berbagai konflik menimpa satu per satu karakter di atas, seperti perselingkuhan Indro dengan Gina (Tengku Dewi), repotnya Boris mengurus tingkah polah adiknya, kembalinya mantan pacar Tante Maya, Tommy (Sas Widjanarko) sampai mimpi Acho merebut hati Mia (Senk Lotta), keponakan Indro yang baru pulang dari luar negeri. Semuanya dirangkum dalam bentuk kepingan sketsa tanpa plot utama sebagai gagasan besar cerita.
Pemakaian teknik sketsa sebenarnya bukan suatu keharaman khususnya pada komedi, namun setidaknya beri satu konflik selaku fokus utama. Kemudian, dari situlah sempilan lain misal sub-arc mengenai seorang karakter dapat dimasukkan, karena jika tidak, apa perbedaan film dengan beberapa acara komedi televisi atau YouTube (bahkan beberapa di antaranya memiliki paparan kisah jelas). Awalnya, perselingkuhan Indro seperti akan diberi fokus terbesar, terlebih ketika ia meminta bantuan Acho, Boris dan Lolox mencuri barang bukti milik Gina. Tapi ternyata konflik berakhir saat film masih menyisakan waktu setengah jam lebih lalu berpindah menuju cerita berikutnya. Eric Satyo dan Dhamoo Punjabi bagai malas menuliskan materi utuh feature film, dan akibat lompatan sketsa acak itu saya pun malas mencurahkan fokus pada film.

Ketiadaan main plot sejatinya bisa dimaafkan dan atensi penonton dapat direnggut andai deretan sketsa tadi konsisten menghadirkan kelucuan, sayangnya, Komedi Gokil 2 gagal memberikan itu, bahkan baru kali ini saya tidak sekalipun tertawa kala menonton film komedi. Tentu faktor selera berpengaruh kuat akan kesuksesan lelucon, namun ada alasan lain terkait kegagalan Komedi Gokil 2 mengundang tawa. Pertama akibat materi yang tingkat kekonyolannya absurd tapi murahan, seperti beberapa scene di trailer  handphone di pantat, meditasi sambil terbang. In real life those unlikely and absurd situations (maybe) are pretty funny, but in a movie are painfully embarassing to watchDi tengah momen-momen tersebut, usaha menyuntikkan unsur meta secara asal melalui ending selaku kelanjutan adegan pembuka daripada terasa pintar justru menegaskan kebodohan film. 
Faktor kedua adalah eksploitasi berlebihan adegan mesum. Apabila Warkop DKI memposisikan sensualitas sebagai bumbu penyedap belaka plus tambahan situasi kocak lain  slapstick, selorohan dialog segar, parodi lagu ikonik  maka Komedi Gokil 2 berkali-kali menampilkan tokoh-tokohnya memasang ekspresi mesum, bodoh, sekaligus menjijikkan ketika memelototi lekuk tubuh para wanita  khususnya Duo Serigala  nihil iringan lelucon lain. Saya tidak munafik. Terkadang keseksian/kecantikan bisa menjadi eye candy memikat, tapi jika itu (saja) diharapkan mampu memancing tawa, terbuktilah ketumpulan kreatifitas para pembuatnya. 

Para aktor juga tak banyak membantu ketika Boris Bokir dan Lolox tampil sangat menyebalkan alih-alih lucu. Acho sedikit lebih likeable meski sayang paparan romansanya dengan Senk Lotta sekedar asal dimunculkan lalu mendadak berakhir bahagia tanpa keberadaan usaha mengambil simpati penonton, membuktikan ambisi Eric Satyo dan Dhamoo Punjabi memasukkan hal sebanyak mungkin ke dalam naskah tanpa memperhatikan kualitasnya. Sebenarnya Indro Warkop sudah berusaha sekuat mungkin membawakan karakternya, plus logat ngapak yang tak dibuat-buat. But he clearly needs a better material to be funny, to be Indro Warkop that we all love. Kenapa pula Brianna Simorangkir ikut terseret? Please, don't waste your great talent, love

Sampai di sini, Komedi Gokil 2 tentu bukan komedi berkualitas, tapi lagi-lagi asumsi mengenai perbedaan selara dapat memberi alasan untuk memaafkan (banyak penonton lain tertawa). Namun alasan itu runtuh tatkala filmnya menjadikan kasus "keracunan kopi sianida" sebagai bahan olok-olok. Semestinya komedi justru sebuah alat kritisi cerdas bagi isu-isu penting, bukan seenaknya sendiri tanpa perasaan membuatnya sebagai bahan bercandaan tak lucu. Sah-sah saja komedi dikemas selaku hiburan semata mengesampingkan seberapa cerdas leluconnya, tapi harus pula ada sensitifitas. Sulit untuk saya memaafkan hal ini. Di awal film, Komedi Gokil 2 memunculkan quote Charlie Chaplin yang berbunyi "Hari tanpa tertawa adalah hari yang terbuang." Hari saya mungkin tidak terbuang, tapi 90 menit yang dihabiskan guna menonton film ini jelas terbuang. 


Ticket Powered by: Bookmyshow ID

11 komentar :

Comment Page:
Vic mengatakan...

Kategori baru : Trash
Star 0/5
Semoga ga ada lg yg ky gini....

Rasyidharry mengatakan...

Sebelumnya udah ada 1 film yang dapet kok.
Amin :)

Andikdik mengatakan...

Wah ada yang dapet trash lagi
Huhuhuhu sayangnya film indo lagi yang dapet :((

Rasyidharry mengatakan...

Semoga terakhir kali

Alvi mengatakan...

sependapat gan. joke sianida harus dihentikan

Rasyidharry mengatakan...

Yap, kalau mau olok-olok isu masih banyak lainnya yang pantas ditanggapi secara sarkas

halumma mengatakan...

Mas ga pake indikator kolor aja pho?kayak situs legend..haha

Rasyidharry mengatakan...

Haha kancut rating system udah "diadaptasi" sama Raditherapy

Unknown mengatakan...

Wow!!!!!

lani yahya mengatakan...

0__o!

Unknown mengatakan...

bagi link download filmnya dong