DESPICABLE ME 3 (2017)
Rasyidharry
Juli 14, 2017
Animated
,
Cukup
,
Kristen Wiig
,
Kyle Balda
,
Pierre Coffin
,
REVIEW
,
Steve Carell
,
Trey Parker
14 komentar
Pada film ini, Gru (Steve Carell) terjebak dilema, bertahan sebagai diri barunya atau kembali menyandang status penjahat super. Kita pun melihat ekspresi licik serta mendengar tawa jahatnya lagi. Dan dalam suatu kesempatan, ia menipu saudara kembarnya, Dru (juga disuarakan Steve Carell) guna mencapai tujuan pribadi walau tujuan ini sejatinya berguna bagi dunia. Inilah Gru yang penonton kenal pula sukai. Lebih dari itu, juga penokohan yang sejak dulu berusaha dibentuk franchise-nya, yaitu sosok dengan ambiguitas moral, setidaknya untuk ukuran animasi semua umur. Filmnya sendiri adalah yang terbaik sejak installment perdana (termasuk Minions).
Kali ini Gru bersama sang istri, Lucy (Kristen Wiig) selaku agen Anti-Villain League (AVL) berurusan dengan Balthazar Bratt (Trey Parker) yang hendak mencuri berlian terbesar di dunia. Bratt adalah mantan bintang cilik ternama. Namun pasca serial televisinya dibatalkan akibat kehilangan penonton setelah menginjak masa puber (bayangkan Macaulay Culkin sekarang bermain di Home Alone), Bratt mulai percaya bahwa dia adalah tokoh peranannya di serial tersebut, memutuskan menjadi penjahat super sungguhan. Karakterisasi di atas bak parodi tentang aktor yang tenggelam terlampau jauh dalam karakter yang dimainkan dan/atau aktor cilik yang kehabisan masa jaya begitu beranjak dewasa.
Besar di 80-an, wajar tatkala Bratt dihiasi gabungan pernak-pernik era tersebut dan benda khas anak. Kostum dengan shoulder pad, gaya rambut mullet, senjata berbentuk yoyo dan permen karet, markas berwujud rubik, sampai yang paling berpengaruh untuk filmnya, kegemaran menyetel musik 80-an. Deretan nomor seperti Bad-nya Michael Jackson hingga Take on Me milik a-ha sesekali menambah keasyikan petualangan yang sayangnya, walau oleh duet sutradara Pierre Coffin dan Kyle Balda konsisten digerakkan secepat kilat, gagal menyamai kreativitas memikat first act-nya. Gru dan Lucy dengan kendaraan canggih bak versi futuristik James Bond melawan bermacam senjata unik berbentuk mainan kepunyaan Bratt jadi keseruan yang gagal terulang, bahkan oleh klimaks yang menampilkan robot raksasa.
Dasar ceritanya masih mempertahankan usungan tema keluarga, meski kini persaudaraan Gru dan Dru mengurangi porsi ayah-anak. Ada usaha Lucy belajar menjadi sosok ibu bagi trio Margo-Edith-Agnes, namun sekedar selipan dangkal ketimbang proses utuh sebagaimana Gru belajar menjadi ayah di film pertama. Tapi Coffin dan Balda selalu menggarap tiap momen kekeluargaan dengan sensitivitas tinggi, menyertakan cukup kasih sayang demi menghasilkan kehangatan. Adegan kala Mel Minions yang memprovokasi rekan-rekannya agar mendorong Gru kembali berbuat jahat mengingat masa-masa bersama Gru tersaji manis layaknya memori indah ayah dan anak.
Lain halnya dengan porsi komedi. Despicable Me 3 berusaha keras melucu di tiap kesempatan. Hampir lima menit sekali humor digelontorkan. Ada adegan ketika Gru dan Dru terpingkal-pingkal menertawakan lelucon mereka sendiri sementara Lucy serta tiga puterinya terdiam, entah bingung harus merespon bagaimana atau sepenuhnya tak peduli. Situasi yang cocok menggambarkan usaha komedi filmnya. Turut digandakan adalah sisi cuteness. Seolah keberadaan Minions dan Agnes belum cukup, hewan-hewan seperti kambing pula babi jadi target, didesain semenggemaskan mungkin. Setidaknya poin ini lebih mencuri hati daripada humornya.
Despicable Me 3 mengembalikan peran Minions sebagai pendukung yang bahkan tak berbuat satu pun hal signifikan. Keputusan tepat, sebab sejak dulu, tiap kemunculan makhluk kuning ini memakan beberapa menit durasi demi kehadiran situasi komikal random yang sejatinya dapat diluangkan guna menguatkan alur. Begitu juga di sini, walau harus diakui Minions menguasai penjara adalah salah satu momen paling menarik pun terlucu dalam film ini. Ditutup oleh ending yang membuka peluang sekuel, Despicable Me 3 paling tidak membawa lagi sang tokoh utama ke posisi semestinya. This movie makes Gru cool and interesting again.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
14 komentar :
Comment Page:Kirain gak bakalan ngereview Despicable Me 3, Bang. Kan film barat yang paling ditunggu sama Abang Dunkirk sama War for The Planet of the Apes ya ?
Btw denger-denger Minions ngomong "terbang" ya, Bang ? Emang ada ya ? Di scene yang naek balon udara itu bukan ?
Masih percaya bisa terhibur makanya nonton, lagian nanti pada "rame" kalau ini nggak di-review :D
Yap, adegan itu
stuju bang , DM3 bisa d bilang yng terbaik dripda 2 installment sblumnya, wlopun msh jauh sma yng prtma..
minions mnurut gw tampil dngn porsi yang pass . gk overscene kya DM2 ..
dan tiap kmunculan nya selalu buat ngakak .. khususnya adegan pencarian bakat yg gk d sngaja..haha
Ya 3 bintang pas untuk film ini, minions tidak terlalu mendominasi disini,tp porsinya pas. Dan saya setuju soal kambing dan babi yang lebih lucu daripada komedi yg sangat try to be funny.
Sampai sekarang kalau ingat kambing unicorn saya pasti ketawa sendirian haha.
Ditunggu dunkirk dan spooksnya mas :)
Hahaha, makin banyak fanboy Minions soalnya ya, Bang ? Apalagi nanti tahun 2020 ada Minions 2, kan ?
Wah, sayangnya saya tau itu dari OA grup film gitu, gak denger langsung. Soalnya kadang Minions tuh suka agak gak jelas pronounciation-nya.
Kangen kata2 mutiara bang admin kalo review film2 jelek 😂
Kangen kata2 mutiara bang admin kalo review film2 jelek 😂
Yap, Juli 2020. DM3 juga masih lumayan sukses di Box Office, jadi pasti lampu hijau
Kecuali ambil jalur berbeda, nggak mungkin sebagus film pertama. Karakter Gru, Agnes, Minions, semua berasa fresh waktu itu
Illumination jenius emang soal desain karakter. Itu kambing tanduk satu kalau mereka mau bisa jadi sumber duit dari merchandise selain Minions :D
Haha demi kesehatan jiwa dan raga mulai mengurangi
belum nonton ini pilem.. tapi oce lah reviewnya..
setuju! lebih menghibur klo baca review film2 jelek hehehe
Yang baca terhibur, yang nulis ancur :D
Posting Komentar