THE BATTLESHIP ISLAND (2017)

38 komentar
Salah satu adegan The Battleship Island memperlihatkan Kang-ok (Hwang Jung-min) dan puterinya, So-hee (Kim Su-an) bernyanyi sambil menari di tengah gelap malam, hanya diterangi sorot lampu jalan. Ruang dan waktu seolah hanya milik berdua, ayah dan anak yang saling berbagi kasih sayang. Dalam letupan blockbuster, sensitivitas demikian yang menunjukkan kepekaan sutradara bermain rasa keberadaannya makin langka. Ryoo Seung-wan (Veteran, The Berlin File) jelas menyertakan segenap perasaan kala merangkai tiap keping film ini, entah kehangatan drama ayah-anak lewat momen manis dan jenaka, atau semangat membara bak didasari luka masa lalu sebuah bangsa yang belum seutuhnya sembuh.

Judulnya merujuk pada Pulau Hashima, pusat tambang batu bara Jepang yang terletak 15 kilometer dari Nagasaki, dan beroperasi dari 1887 sampai 1974. Bentuknya menyerupai kapal perang, dilengkapi tembok kokoh mengitari pulau. The Battleship Island mengambil masa saat pendudukan Jepang terhadap Korea memasuki babak akhir, tepatnya tahun 1945 jelang Perang Dunia II usai. Ratusan warga Korea dipaksa bekerja di Hashima, diperlakukan tak manusiawi. Tanpa prosedur keamanan, para lelaki hanya mengenakan helm serta kain ala kadarnya yang menutupi bagian bawah tubuh. Ancaman gas bocor dan tambang runtuh enggan dipedulikan. Sedangkan wanita jadi hiburan pemuas nafsu. Dan tidak sedikitpun upah diterima. 
Kang-ok, seorang musisi yang bersama rekan-rekan satu band dan sang puteri, So-hee, berharap mendapat hidup lebih baik di Jepang. Malang, mereka tertipu dan berakhir sebagai budak di Hashima. Ada pula Choi Chil-sung (So Ji-sub) si gangster, lalu Park Moo-young (Song Joong-ki), anggota gerakan kemerdakaan Korea yang mengemban misi menyelamatkan seorang pejuang veteran. Misi Park inilah yang nanti memicu pergolakan besar di Hashima. Walau terinspirasi kondisi nyata, konflik maupun tokoh dalam naskah buatan Ryoo Seung-wan sepenuhnya fiksi. Perlawanan rakyat, peperangan di tengah laut, elemen prison break, semua rekaan. Sebuah skenario "what if" selaku surat cinta bagi masa lalu yang bukan saja berisi empati, pun api perjuangan membara. 

Melalui The Battleship Island Ryoo membuktikan versatilitas sebagai sutradara, khususnya dalam ranah blockbuster paket lengkap yang mampu merasuki beragam ruang emosi penonton: drama menyentuh hati, humor penggelak tawa, aksi bombastis pemacu adrenalin yang juga kaya rasa. Kolaborasi Ryoo bersama sinematografer Lee Mo-gae menghasilkan gambar-gambar sempurna mewakili tiap perasaan dari kehangatan tarian Kang-ok dan So-hee seperti telah dideskripsikan paragraf pembuka, keseraman berbagai siksaan yang diterima rakyat Korea (wanita yang digelindingkan di ranjang paku jadi hal paling menyakitkan), sampai pemandangan menggetarkan saat bendera matahari terbit dibentangkan lalu dirobek. 
Jika Song Joong-ki sebagai Park adalah otak yang pandai berkalkulasi, So Ji-sub melalui machismo kelas satu miliknya merupakan otot, maka Hwang Jung-min dan Kim Su-an adalah hati film ini, perekat ikatan penonton dengan narasi. Bersama keduanya kita tertawa, bersama keduanya kita menangis. Kekuatan terbesar Hwang bersumber dari mata plus senyum yang di satu kesempatan mengekspresikan kekonyolan, lalu di kesempatan berikutnya menyiratkan kasih tulus luar biasa kuat. Begitu pula Kim. Kita akan tergelak menyaksikan bocah 11 tahun ini penuh kekesalan merespon tingkah ayahnya, tapi siapa tidak luluh melihat tangisnya jatuh? 

Tiada momen percuma sepanjang 132 menit durasi roller coaster aneka emosi ini. Ryoo Seung-wan pun piawai membangun atmosfer tak mengenakan hasil suasana kumuh setting hingga kekerasan menyakitkan. Semisal perkelahian di kamar mandi yang amat kasar, brutal, memancing ngilu tiap tubuh membentur lantai keramik. Puncaknya klimaks pertempuran 30 menit terakhir yang enggan berhenti menggedor jantung, menyesakkan dada dari detik ke detik. Kamera bergerak dinamis, bagai terbang bebas mencakup tiap sudut peperangan, musik menghentak gubahan Adam Klemens setia mengiringi, sedangkan naskah Ryoo kerap menyelipkan one liners bernada perjuangan yang sukses membakar hati. Pada titik ini kita telah terkoneksi dengan para tokohnya, alhasil mendapati usaha mati-matian mereka, bahu-membahu bertaruh nyawa demi keselamatan bersama memunculkan dampak emosional yang tak pernah putus sepanjang klimaks bergulir. One of the most epic action sequence in years. The Battleship Island sendiri adalah blockbuster modern sempurna. 

38 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Sebegitu luar biasakah jadi penasaran..

Unknown mengatakan...

waw waw..nilai sempurna...

Dading Limpang mengatakan...

Woow nilai smpurna, sempat ragu saat banyak yg membandingkan dengan Dunkirk, tp setelai liat trailer dan sudah menikmati karya si sutradara sebelum ini ditambah trio aktor yg jaminan mutu gak cuma modal tampang doang jadi yakin sama kualitasnya. Sepertinya Korea bakal jadi Holywoodnya Asia deh :)

Ditunggu review A Taxi Driver yg katanya mengalahkan The Battleship Island soal perolehan :)

feri alfredo mengatakan...

wah sebagus itu kah? kirain keberadaan song jong ki yg menaikkan hype film ini. trims review nya

Unknown mengatakan...

Jarang2 nih kasih bintang 5 terakhir kapan sih kang

jalabiya mengatakan...

Yupz, memang pantas dunkirk kalah telak di Korea... the battleship island memang film bagus dan lebih dari itu the battleship island adalah produk lokal... Tapi sayang secara score criticus di rt dan meta critic sangat rendah untuk film sebagus ini, berbanding terbalik dengan dunkirk...

Jalabiya mengatakan...

Yupz, memang pantas dunkirk kalah telak di Korea... the battleship island memang film bagus dan lebih dari itu the battleship island adalah produk lokal... Tapi sayang secara score criticus di rt dan meta critic sangat rendah untuk film sebagus ini, berbanding terbalik dengan dunkirk... Ouwh iya sepertinya a taxi driver bakal jadi film pertama di tahun 2017 yg di tonton 10jt orang dan hebatnya lagi rekor itu tercapai hanya kurang dari 3 Minggu...

Rasyidharry mengatakan...

Go see it :)

Rasyidharry mengatakan...

Preferensi war movie Amerika & Asia memang beda. Taegukgi yang sebegitu bagus aja direspon biasa sama kritikus sana. Kedekatan historis mereka ke Vietnam War & bagaimana perang itu berdampak ke psikis prajurit

Rasyidharry mengatakan...

Dan Joong-ki pun oke mainnya di sini :)

Rasyidharry mengatakan...

Terakhir bintang 5 Silence-nya Martin Scorsese.
Sudah jangan bawa Dunkirk nanti banyak yang ngamuk :D

Jalabiya mengatakan...

Iya2 bang :D
Sebenernya mau bales komen nya dading with lindung tp ko bisa nya bales komen nya san thohari... Akhirmya jadi double komen deh... Ouwh iya bang, midnight runners (film korea) bakal tayang di indonesia, jumlah penonton di korea nya pun positif, hampir 3.5 jt orang yg nonton dalam waktu 10 hari... Patut di tunggu juga kayanya, action-comedy gtuh bang...

Jalabiya mengatakan...

Yupz, bener bang... Yg lebih parah mah my way bang rating meta critic nya cuma dapet 30 aja dari 100 tp mendingnya di imdb para user imdb nya ngga apa kata kritikus jadi 7.8 deh rating user imdb nya... My way mungkin satu di antara sedikit atau mungkin juga satu-satunya film dengan rating di atas 7.5 yg punya nilai meta critic sangat rendah di imdb...

Steph mengatakan...

Hmm Battleship Island di Korea malah backlash. Sejarahnya yg kontroversial, ditambah screen monopoly. Sm netizen dan critics disana dianggap sekedar action movie dgn set yg keren. Eh liat review bang rasyid (dgn tag Luar Biasa) jadi galau mau nonton atau engga hahahahaha😂

Fyi. http://netizentown.blogspot.co.id/2017/07/article-translation-controversies.html?m=1

Rasyidharry mengatakan...

Nah iya, baru ingat itu juga tayang 23 Agustus kalau nggak salah. Menarik juga kelihatannya :)

Rasyidharry mengatakan...

Begitulah, nggak bisa nelan mentah-mentah angka di website itu. Perlu dibaca detail alasannya, diperhatikan latar si kritikus. Bukan cuma selera atau pengetahuan soal film yang pengaruh, latar budaya juga

fadhilllll mengatakan...

hwang jung min disini keren banget akting nya.
pas asura jadi jahat nyebelin banget disini jadi kocak dan kayaknya song jong ki disini cuman buat narik minat penonton doang

dim mukti mengatakan...

Wow sekeren itu ya? bertambah lagi daftar tonton minggu ini, sayangnya belum sempet juga ke bioskop haha


Btw mampir ya teman-teman.. http://pengumpultiket.blogspot.co.id/

Rasyidharry mengatakan...

Screen monopoly bukan kesalahan pembuat filmnya sih. Kontroveri soal akurasi sejarah apalagi di film berkonten sejarah yang banyak fiksinya memang selalu terjadi. Wajar. Bentuk political correctness.

Rasyidharry mengatakan...

Hwang Jung-min makin bagus akhir-akhir ini, Ode to My Father, Veteran, The Himalayas, The Wailling. Lihat nama dia di satu film, pasti langsung tonton :D

Rasyidharry mengatakan...

Tenang, The Battleship Island ini sering full house, jadi pasti tahan lama. Yang bakal cepat kebabat mungkin Atomic Blonde

Jalabiya mengatakan...

Yupz, memang bener bang rasyid. Mungkin karena kisah nya yg fiktif, malah di imdb ada label genre fantasy nya jd mungkin tida sesuai dengan ekpekstasi bagi yg tau betul sejarah nya atau mengharapkan detail sejarah yg akurat dalam hal ini orang korea dan kritikus film.. Namun di korea sih keliatan nya itu hanya sebagian kecil saja (netizen). Netizen disana memang terkenal kritis pisan tp kadang bener, kadang berlebihan. Yg jelas the battleship island sendiri di korea nya sampe sekarang masih di tonton walaupun per hari nya cuma di tonton ribuan orang saja (total 6.5 jt an penonton), itu pun karena banyak film baru yg rilis di bioskop. Annabelle creation ma war for the planet of the apes belum nyampe seminggu tayang di korea... Annabelle creation salah milih tanggal rilis di korea tuh,baru berapa hari tayang di korea udah dapet saingan film horror lokal yg bagus keliatan nya sih (the mimic)...

Dading Limpang mengatakan...

Benar, pengaruh budaya mempengaruhi penilaian dan sebagainya dan karena kita orang asia, film action dengan drama menohok menjadi hidangan lezat :D

Rasyidharry mengatakan...

Apalagi buat film ini, kita orang Asia tapi bukan subjek langsungnya. Jadi nggak sebegitu terpengaruh soal akurasi sejarah. Mungkin sama kasusnya macam King Arthur yang habis dibantai di Amerika tapi diterima saja di Asia :)

Rasyidharry mengatakan...

Itu poinnya, nggak usah kritikus, netizen umum sana memang kritis, dan as far as I know, kritisnya nggak sengawur netizen sini haha. Penurunan penonton di minggu kedua pasti ada pengaruh dari backlash itu juga, tapi toh dari angka keseluruhan sudah sukses. Satu dari 50 film Korea terlaris sepanjang masa.

Jalabiya mengatakan...

Yupz, kritis nya nyaris seperti kritikus film dan emang ngga ngawur kaya di sini sih bang. Mungkin itu yg membuat perfilman mereka maju bahkan serial nya pun di garap dengan serius dan maksimal sehingga kualitasnya di beberapa serial bahkan seperti menonton film bang... Namun kritis seperti Itu juga kadang terdengar berlebihan buat orang yg nyaris tida peduli dengan review kritikus seperti saya bang... Tonton lalu nilai sendiri tida terpengaruh oleh apa dan siapa pun, terus cari orang yg sependapat biar ngobrolnya enak,seru dan tidak ada perdebatan panas yg memusingkan kepala hanya karena sebuah film yg sejatinya untuk hiburan...

Steph mengatakan...

Mungkin salahnya cuman pas promo ga ditegasin film ini lebih byk fiksinya. Well, budget film ini lumayan besar, jadi skrg mereka fokus ke penonton internasional. Ga cukup klo cuman mengandalkan penonton lokal. Kebanting sm A Taxi Driver juga.. nah krn argumen netizen sana sgt meyakinkan jadi (wajarlah) saya ragu😂 baguslah saya baca review bang rasyid😆

Dading Limpang mengatakan...

Yup btul banget, King Arthur banyak yg protes krn gk sesuai dengan aslinya, tp tu film asyik bgt dan prolehan d Indonesia jg bagus ssuai summer blockbuster :D

Anonim mengatakan...

Kok kalo film korea kyk gini gak ada di cinema XXi yah??
Kalo g salah taun lalu train to busan gak ada jg

Rasyidharry mengatakan...

Buat orang Amerika yang dekat & hapal betul cerita Arthur & Knight of the Round Table wajar dihajar. Di sini mah hafal juga belum tentu siapa saja ksatrianya kan, jadi oke :D

Rasyidharry mengatakan...

Dua pilihan sulit sih. Kalau ditegasin fiksi, pendapatan minggu pertama nggak akan sekencang itu, interest ke "true story" lebih besar, resikonya ya backlash & minggu kedua anjlok. Nggak masalah, worldwide box office-nya sudah untuk 2x lipat.

Chan hadinata mengatakan...

Gw bingung Kok kalo film korea kyk gini gak ada di cinema XXi yah??
Kalo g salah taun lalu train to busan gak ada jg

Rasyidharry mengatakan...

Film Korea memang cenderung masuk ke CGV & Cinemaxx. Beda distributor

Ilham Ramadhan mengatakan...

wow bintang 5? wah nonton deh heheh

Steph mengatakan...

👏 saya baru aja nonton. Dan ya korea itu memang bisa diandalkan klo soal rasa. Banyak scene yg keren karena kameranya dinamis. tangisannya kim su an sgt bisa diandalkan ya😂 (poke train to busan). Walaupun agak ga suka krn endingnya yg bagi saya unbelievable, tapi utk blockbuster lumayan keren.. thank you reviewnya~~~

Rasyidharry mengatakan...

Memang gitu tujuannya, karena di masa lalu rakyat Korea yang dipekerjakan di Hashima nggak sempat/sanggup melawan, Ryoo bikin "alternate version" yang nggak peduli logika/akurasi sejarah, pokoknya berjuang haha

Sama-sama :)

Raid Mahdi mengatakan...

So, rating IMDB n RT nya jelek karena gak akurat ya?

Anonim mengatakan...

Waduh 15km dari nagasaki brati endingnya mereka mati dong kena bom