DARKEST HOUR (2017)
Rasyidharry
Januari 21, 2018
Anthony McCarten
,
Ben Mendelsohn
,
Biography
,
Burno Debonnel
,
Dario Marianelli
,
Gary Oldman
,
Joe Wright
,
Kristin Scott Thomas
,
Lily James
,
REVIEW
,
Ronald Pickup
,
Sangat Bagus
,
Stephen Dillane
18 komentar
Orasi dalam film sering dipakai selaku alat penyulut emosi, dan Darkest Hour adalah film di mana orasi mendominasi, menjadi pondasi alur. Masuk akal, mengingat karya teranyar Joe Wright (Pride & Prejudice, Atonement, Anna Karenina) ini mengisahkan sosok Winston Churchill (Gary Oldman) yang dikenal sebagai orator handal. Tidak ada yang bisa merangkai kata sebaik dirinya. Setidaknya menurut sang sekretaris, Elizabeth Layton (Lily James). Pernyataan itu sulit disangkal. Suatu ketika Lord Privy Seal menelepon kala Churchill sedang berada di toilet. Responnya menggelitik: “Please tell the Privy Seal that I’m sealed in the privy and I can only deal with one shit at a time”.
Anthony McCarten menyelipkan humor dalam naskahnya, entah permainan kata seperti di atas atau comedy of manners sebagaimana nampak di pertemuan canggung Churchill dan Raja George VI (Ben Mendelsohn) pasca ia ditunjuk selaku Perdana Menteri menggantikan Neville Chamberlain (Ronald Pickup) di masa Perang Dunia II . Neville mungkin Perdana Menteri yang baik kala damai, namun lain cerita di tengah peperangan. Churchill dengan kegigihan untuk maju menghadang Nazi pun dipilih, meski banyak pihak meragukan kapasitasnya, terlebih pasca Gallipoli yang memakan korban ratusan ribu pasukan Inggris.
Darkest Hour bersedia menyibak kelemahan Churchill. Ketika Viscount Halifax (Stephen Dillane) terang-terangan menyebut tragedi Gallipoli diakibatkan keputusan Churchill tepat di depan matanya, terbersit keraguan di respon sang Perdana Menteri, walau ia tetap berkelit menolak disalahkan. Mungkin jauh dalam hati kecilnya, Churchill menyadari telah berbuat salah. Dia bermental baja, pantang menyerah, keras kepala, tapi bukannya mustahil dirobohkan. Mencapai satu titik, Churchill sempat terjerembab ke lubang gelap, ketakutan, meragu, bahkan kehilangan kata-kata yang mana adalah keahliannya.
Churchill terbentur dilema. Terus melawan dengan resiko makin banyak nyawa prajurit melayang, atau setuju berdamai yang berarti membuka jalan Nazi makin berkuasa, dan kemungkinan besar melucuti kemerdekaan Inggris. Banyak film membawa kita ke tengah medan perang. Di sana, wajah politikus dan pemegang tampuk kekuasaan selalu sama: orang-orang tanpa hati yang mengirim prajurit untuk mati sedangkan mereka bersembunyi di balik benteng tebal di rumah sendiri. Darkest Hour menyuguhkan perspektif lain, menyoroti yang terjadi di ruang Parlemen, apa yang dilakukan pria-pria berjas selaku pemilik kekuasaan.
Persoalan di balik layar ini mampu mengaduk rasa lewat pidato Churchill yang seolah mampu menggerakkan api perjuangan rakyat. Wright, dalam salah satu penyutradaraan terbaiknya, menyulap orasi di rapat Parlemen yang remang-remang atau siaran radio di bawah siraman lampu merah jadi momen mencengkeram dada. Musik Dario Marianelli membantu mengangkat emosi sembari tetap menjadi keping estetika yang dapat dinikmati sendiri, sementara sinematografi Bruno Delbonnel menghadirkan sekuen luar biasa kuat yang kemunculannya tak terduga (petunjuk: melibatkan mata jenazah). Dramatisasi Wright efektif, keputusan menyelipkan adegan fiktif manipulatif sewaktu Churchill menemui rakyat di kereta bawah tanah pun bisa dimaklumi. Bahkan adegan itu adalah poros emosi yang memberi cukup latar belakang terkait keputusan Churchill.
Selain Wright, Gary Oldman turut melakukan dramatisasi. Bila anda mendengar rekamannya, orasi Churchill menggugah namun tak sedemikian berapi-api layaknya Oldman. Dampaknya sempurna. Tiap kali ia mulai bertutur, seketika itu pula hati ini seperti diremas-remas, terhanyut oleh kecerdikannya menyusun kata sekaligus tersulut berkat semangatnya. Bukan itu saja, Oldman sampai pada tingkat teratas seni peran, di mana ia merasuk begitu dalam, menyatu dengan tokoh yang dimainkan, hingga gestur-gestur kecil macam getaran bibir (beberapa kali ditonjolkan oleh Wright melalui close up) muncul secara alami selaku bagian dirinya. This is a performance so good it makes me cry. Wanita-wanita di sekitar Churchill pun memikat, dari Lily James si sekretaris sampai Kristin Scott Thomas sebagai istri Churchill, Clementine, yang meniupkan sepintas romantisme hangat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
18 komentar :
Comment Page:Jadi menurut mas gimana? setuju ga kalo Gary Oldman menang oscar?
kalimat Churchill yg kalo gak salah seperti ini "don't interupting me while I interupting you" berhasil membuat saya malu karena cuma saya yg ketawa lumayan gede pas ngeliat di trailer. semoga Oldman bisa menang kali ini
Ga nyangka aja sang penjahat pria dengan gaya rambut aneh bin ajaib di film The Fifth Element itu telah memberikan performa tiada tara yang bakal nganter dia ke Oscar pertama nya tahun ini wkwkwk
@Anonim Setuju banget :)
@Alvi Sama, di banyak adegan juga ketawa sendirian, apalagi pas "Lord Privy Seal"
@Syaiful Eits, di 5th Element jadi Skrillex dia :D
Jadi mas antara gary oldman atau timothee chalemet kira2 yang mana bakalan berjaya maret nanti?
Fix.. oldman & mcdorman aroma oscar ini mah
@mukekho Oldman, selain bagus banget, Oscar nggak akan ngelewatin kesempatan kasih piala pertama ke dia. Nggak akan dibiarin seumur hidup nggak dapet
@Chan sepertinya gitu :)
Gary oldman dan Frances baru menang SAG awards dan seakan mengisyaratkan Oscar kepadanya udah fix ini kayanya ya bang? Wkwkw bye Saoirse Ronan:(
90% fix lah, tinggal tunggu waktu :)
Sebetulnya susah untuk meninggalkan kesan "Gary Oldman sang penjahat" karena peran Oldman yang selalu jahat & muram selama ini. Beruntung di film ini Make Up Dept. melakukan tugasnya dengan baik, sehingga kesan yang muncul adalah tokoh lain. Yg sangat membantunya sukses mejalani karakter yang dimainkannya.
Batman (Bale) udah dapat Oscar, Alfred (Caine) udah dapat Oscar, Joker (Ledger) udah dapat Oscar, Catwomen (Hathaway) udah dapat Oscar, Lucius Fox (Freeman) udah dapat Oscar. Keterlaluan banget panitia Oscar kalau James Gordon gak dapat. :-)
Jangan lupakan penampilan terakhir(?) DDL di karya terbaru PTA, Phantom Thread. Saingan terberat juga selain Chalameet dan Oldman.
@Nanda Dan James Gordon yang baru, JK Simmons juga udah dapat Oscar :D
@Zulfikar Nggak DDL nggak akan menang. Udah terlalu sering dan kemenangan terakhirnya belum lama. Oldman yang koleksi piala masih nol bakal "dipeningkan". Apalagi dia menang SAG, tinggal formalitas aja.
Iya, bosen kalo yg menang itu-itu aja.
Penginlah yg belom pernah menang biar ada kejutannya.
Nominasi academy award baru aja keluar, dan film ini dapet nominasi best picture dan best lead actor (kemungkinan besar menang sih si oldman wkwk). Nominasi tahun ini menurut gue cukup baik karena 9 film semuanya beneran film yg cukup berkesan di masing-masing aspek, tahun ini lebih baik dari tahun kemaren menurut gue pribadi. Tapi sayang banget blade runner 2049, film paling cantik dan mesmerizing di tahun 2017 ga masuk nominasi:(
Yap, filmnya beragam. Kalau Blade Runner 2049 sih emang dari awal cuma bakal masuk kategori teknis. Sinematografi wajib menang
Ayow bung dtunggu prediksi pemenang oscarny versi blog ini
Nanti nunggu pengumuman WGA biar lebih akurat. Rilis list film terbaik 2017 dulu :)
Posting Komentar