THE CLOVERFIELD PARADOX (2018)
Rasyidharry
Februari 06, 2018
Chris O’Dowd
,
Cukup
,
Daniel Brühl
,
David Oyelowo
,
Gugu Mbatha-Raw
,
horror
,
Julius Onah
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
Zhang Ziyi
8 komentar
Sejak awal penciptaannya, Cloverfield
adalah soal memancing ketertarikan penonton lewat misteri, baik terkait cerita
maupun strategi marketing. Plot film pertamanya ditutup rapat hingga hari
penayangan. 10 Cloverfield Lane baru
mengumumkan judulnya dua bulan sebelum perilisan. The Cloverfield Paradox berusaha melebihi kedua pendahulunya dengan
melakukan perilisan mendadak. Tatkala publik menanti kemunculan trailer film garapan Julius Onah ini di
sela-sela Super Bowl, kejutan muncul. Bukan cuma trailer, Netflix mengumumkan bahwa The Cloverfield Paradox akan tayang hari itu juga seusai Super
Bowl. Serba dadakan.
Bicara soal dadakan, alurnya juga bergerak demikian. Dibuka obrolan pasangan suami istri, Michael (Roger Davies) dan Ava (Gugu
Mbatha-Raw) mengenai penugasan Ava ke stasiun luar angkasa, tiba-tiba kita
langsung dilempar ke tengah eksekusi misi yang berjalan kacau. Dari malam
tenang di Bumi, seketika melompat ke keriuhan luar angkasa. Nihil gradasi dalam
transisi, seolah ada keping yang hilang. Hal tersebut terjadi berulang kali.
Entah karena Onah lalai mengambil footage
penghubung, penulisan naskah Oren Uziel yang melompat kasar, atau
ketidakmampuan trio editornya menjahit adegan dengan rapi.
Ada kemungkinan keempat, yaitu perombakan berujung rusaknya
pondasi cerita, yang terpaksa dilakukan demi menjadikan film ini bagian seri Cloverfield. Serupa 10 Cloverfield Lane yang awalnya merupakan kisah lain berjudul The Cellar, film berjudul asli God Particle ini tidak diniati
sebagai sekuel Cloverfield.
Penyesuaian baru dilakukan di tengah produksi. Premis dasarnya tetap sama,
tentang sekelompok astronot yang berusaha menciptakan sumber energi tanpa batas
di stasiun luar angkasa demi mengatasi krisis energi Bumi. Setelah
kegagalan berkali-kali, eksperimen akhirnya berhasil, sampai mereka
mendapati Bumi telah menghilang.
Misteri yang menarik, walau tanpa kaitan dengan Cloverfield sekalipun. Walau alurnya
terus bergerak secara berantakan, setumpukan anomali yang terjadi konsisten
menyulut rasa penasaran. Bagai tengah menyaksikan The Twilight Zone beserta balutan kisah yang makin aneh makin
menyenangkan, tidak peduli seberapa besar misterinya mengkhianati akal sehat.
Belum lagi kemampuan Julius Onah membangun intensitas. Sang sutradara bukan
pencerita handal, namun caranya menggambarkan situasi kacau efektif menyedot
atensi hingga enggan rasanya memalingkan fokus dari layar. Pun musik buatan Bear
McCreary acap kali menggema bak alarm darurat yang mencekam.
Tapi sulit dipungkiri, koneksi dengan Cloverfield, termasuk beberapa easter eggs yang akan memancing diskusi, mampu menjaga antusiasme terhadap filmnya bertahan, setidaknya tak
lenyap seutuhnya, khususnya begitu memasuki paruh akhir yang medioker. Inilah
resiko sebuah cerita dengan setumpuk misteri yang dapat dijawab melalui satu
kesimpulan. Begitu kesimpulan itu terungkap, keanehan-keanehan berikutnya tak
lagi berarti. Filmnya pun tinggal menyisakan konflik ala kadarnya soal usaha
para astronot yang tersisa untuk kembali pulang.
Mungkin kita takkan pernah tahu seperti apa versi asli God Particle. Bisa saja keputusan
mengaitkan dengan Cloverfield
menghancurkan potensi narasinya. Bisa pula sebaliknya, koneksi itu menambah
bumbu bagi suguhan fiksi ilmiah generik yang akan begitu mudah terlupakan.
Paling tidak, film ini jadi punya akses untuk memasukkan shot penutupnya yang keren. Penonton akan cenderung membicarakan shot tersebut ketimbang fakta bahwa
jajaran cast kelas wahid macam Daniel
Brühl, Chris O’Dowd, David Oyelowo, sampai Zhang Ziyi disia-siakan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
8 komentar :
Comment Page:Ini bukan film bergaya found footage kan min?
Soanya saya ga suka Cloverfield pertama yang bikin pusing itu
Bukan kok, dari 10 Cloverfield Lane juga udah bukan found footage kan
Padahal saya berharap film ini aka lebih bagus daripada 10 Cloverfield Lane, walaupun akhirnya cukup seru tapi tetep sedikit kecewa padahal premisenya benar" menarik.
gue baca kalo enggak salah cloverfield 4 rilis tahun ini juga bang?
@Reza Ya, judul sementara 'Overlord', setting di WW2, musuhnya hasil eksperimen Nazi
Baru tau ada film ini sedangkan 10 Cloverfield Lane aja masih segar diingatan saya, karena memang bagus dan membangun atmosfir kecemasan.
Bang, Cloverfield-nya belom mulai, Paradox cuma ilusi atau pengalihan saja.
@andi hah? Maksudnya?
Posting Komentar