THE CLOVERFIELD PARADOX (2018)

8 komentar

Sejak awal penciptaannya, Cloverfield adalah soal memancing ketertarikan penonton lewat misteri, baik terkait cerita maupun strategi marketing. Plot film pertamanya ditutup rapat hingga hari penayangan. 10 Cloverfield Lane baru mengumumkan judulnya dua bulan sebelum perilisan. The Cloverfield Paradox berusaha melebihi kedua pendahulunya dengan melakukan perilisan mendadak. Tatkala publik menanti kemunculan trailer film garapan Julius Onah ini di sela-sela Super Bowl, kejutan muncul. Bukan cuma trailer, Netflix mengumumkan bahwa The Cloverfield Paradox akan tayang hari itu juga seusai Super Bowl. Serba dadakan.

Bicara soal dadakan, alurnya juga bergerak demikian. Dibuka obrolan pasangan suami istri, Michael (Roger Davies) dan Ava (Gugu Mbatha-Raw) mengenai penugasan Ava ke stasiun luar angkasa, tiba-tiba kita langsung dilempar ke tengah eksekusi misi yang berjalan kacau. Dari malam tenang di Bumi, seketika melompat ke keriuhan luar angkasa. Nihil gradasi dalam transisi, seolah ada keping yang hilang. Hal tersebut terjadi berulang kali. Entah karena Onah lalai mengambil footage penghubung, penulisan naskah Oren Uziel yang melompat kasar, atau ketidakmampuan trio editornya menjahit adegan dengan rapi.
Ada kemungkinan keempat, yaitu perombakan berujung rusaknya pondasi cerita, yang terpaksa dilakukan demi menjadikan film ini bagian seri Cloverfield. Serupa 10 Cloverfield Lane yang awalnya merupakan kisah lain berjudul The Cellar, film berjudul asli God Particle ini tidak diniati sebagai sekuel Cloverfield. Penyesuaian baru dilakukan di tengah produksi. Premis dasarnya tetap sama, tentang sekelompok astronot yang berusaha menciptakan sumber energi tanpa batas di stasiun luar angkasa demi mengatasi krisis energi Bumi. Setelah kegagalan berkali-kali, eksperimen akhirnya berhasil, sampai mereka mendapati Bumi telah menghilang.

Misteri yang menarik, walau tanpa kaitan dengan Cloverfield sekalipun. Walau alurnya terus bergerak secara berantakan, setumpukan anomali yang terjadi konsisten menyulut rasa penasaran. Bagai tengah menyaksikan The Twilight Zone beserta balutan kisah yang makin aneh makin menyenangkan, tidak peduli seberapa besar misterinya mengkhianati akal sehat. Belum lagi kemampuan Julius Onah membangun intensitas. Sang sutradara bukan pencerita handal, namun caranya menggambarkan situasi kacau efektif menyedot atensi hingga enggan rasanya memalingkan fokus dari layar. Pun musik buatan Bear McCreary acap kali menggema bak alarm darurat yang mencekam.
Tapi sulit dipungkiri, koneksi dengan Cloverfield, termasuk beberapa easter eggs yang akan memancing diskusi, mampu menjaga antusiasme terhadap filmnya bertahan, setidaknya tak lenyap seutuhnya, khususnya begitu memasuki paruh akhir yang medioker. Inilah resiko sebuah cerita dengan setumpuk misteri yang dapat dijawab melalui satu kesimpulan. Begitu kesimpulan itu terungkap, keanehan-keanehan berikutnya tak lagi berarti. Filmnya pun tinggal menyisakan konflik ala kadarnya soal usaha para astronot yang tersisa untuk kembali pulang.

Mungkin kita takkan pernah tahu seperti apa versi asli God Particle. Bisa saja keputusan mengaitkan dengan Cloverfield menghancurkan potensi narasinya. Bisa pula sebaliknya, koneksi itu menambah bumbu bagi suguhan fiksi ilmiah generik yang akan begitu mudah terlupakan. Paling tidak, film ini jadi punya akses untuk memasukkan shot penutupnya yang keren. Penonton akan cenderung membicarakan shot tersebut ketimbang fakta bahwa jajaran cast kelas wahid macam Daniel Brühl, Chris O’Dowd, David Oyelowo, sampai Zhang Ziyi disia-siakan.

8 komentar :

Comment Page:
Jackman mengatakan...

Ini bukan film bergaya found footage kan min?
Soanya saya ga suka Cloverfield pertama yang bikin pusing itu

Rasyidharry mengatakan...

Bukan kok, dari 10 Cloverfield Lane juga udah bukan found footage kan

Anna B mengatakan...

Padahal saya berharap film ini aka lebih bagus daripada 10 Cloverfield Lane, walaupun akhirnya cukup seru tapi tetep sedikit kecewa padahal premisenya benar" menarik.

Reza mengatakan...

gue baca kalo enggak salah cloverfield 4 rilis tahun ini juga bang?

Rasyidharry mengatakan...

@Reza Ya, judul sementara 'Overlord', setting di WW2, musuhnya hasil eksperimen Nazi

Panca mengatakan...

Baru tau ada film ini sedangkan 10 Cloverfield Lane aja masih segar diingatan saya, karena memang bagus dan membangun atmosfir kecemasan.

Andi Suhendar mengatakan...

Bang, Cloverfield-nya belom mulai, Paradox cuma ilusi atau pengalihan saja.

Rasyidharry mengatakan...

@andi hah? Maksudnya?