TOMB RAIDER (2018)
Rasyidharry
Maret 09, 2018
Action
,
Adventure
,
Alicia Vikander
,
Cukup
,
Dominic West
,
REVIEW
,
Roar Uthaug
,
Walton Goggins
10 komentar
Jika Angelina Jolie membuka aksinya sebagai Lara Croft 17
tahun lalu dengan mengalahkan robot-robot canggih sebagai menu latihan, Alicia
Vikander justru babak belur dihajar lawannya dalam latih tanding mixed martial arts. Lara bukan—tepatnya belum
menjadi—“puteri” tangguh yang menembaki lawan-lawannya sambil mengenakan
mantel bulu glamor. Ini terjadi jauh sebelumnya, ketika Lara hanya seorang
kurir, dan satu-satunya barang yang ia jarah adalah apel kepunyaan si pemilik
tempat latihan. Tapi terdapat satu plot
device yang bertahan, yakni duka serta kerinduannya terhadap sang ayah,
yang (lagi-lagi) mengganggu ambisi sebuah organisasi “bawah tanah” berskala global.
Walau amat membutuhkan uang, Lara menolak menandatangani
surat wasiat yang akan memberinya seluruh harta sekaligus perusahaan ayahnya,
Richard Croft (Dominic West), karena itu berarti dia mengakui ayahnya telah
tiada. Menghilangnya Richard 7 tahun lalu menyisakan misteri. Misteri yang
perlahan mulai Lara pecahkan ketika dia mendapati sang ayah meninggalkan
beberapa petunjuk mengenai proyek rahasianya: mencari makam Himiko, Ratu dari
legenda Yamatai yang konon dapat menebar kematian hanya melalui sentuhan.
Alih-alih menuruti perintah Richard untuk membakar seluruh arsipnya, Lara,
dibantu Lu Ren (Daniel Wu), nekat menyeberangi laut iblis guna melakukan
pencarian.
Di sini Lara telah tumbuh sebagai gadis cerdas, berani, juga
kuat. Namun keyakinan dan kematangannya belum terbentuk. Hampir di semua
kesempatan, ia selalu berlari. Entah dalam taruhan bersama teman-teman kurirnya,
kala bertemu jambret di pelabuhan, atau saat lari dari kejaran Trinity yang
dipimpin Mathias Vogel (Walton Goggins), pria yang membunuh Richard. Di tengah
hutan dengan beragam rintangan, Lara mulai tertempa. Deretan aksi Tomb Raider sejatinya merupakan proses
guna membentuk Lara menjadi jagoan yang kita kenal baik. Lara yang tegak
berdiri, siap melawan, tak lagi kabur dari halangan yang membentang.
Hasilnya dibanding dua film terdahulu, reboot ini tampil lebih kelam, gritty,
condong ke ranah survival movie
ketimbang petualangan menyenangkan. Pilihan yang memberi Vikander jalan
memamerkan aktingnya menampilkan kerapuhan seorang Lara Croft. Dia tidak lemah,
hanya belum berpengalaman, kerap dikuasai rasa takut, mengingat peristiwa ini
merupakan kali pertama nyawanya terancam dan mencabut nyawa orang lain. Sayang,
walau beberapa set piece aksi—bergelantungan
di kapal, meniti sayap pesawat berkarat, bersembunyi di balik rak sebelum
menghabisi musuh—bagai diangkat dari video game, sutradara Roar Uthaug kurang
piawai memilih shot yang
memaksimalkan aksi. Saya tidak sampai dibuat menahan nafas oleh rintangan maut
yang Lara hadapi, atau meringis melihat luka-lukanya.
Mencapai paruh akhir, Lara beserta para anggota Trinity mulai
menerobos masuk ke makam Himiko. Setumpuk perangkap dan teka-teki pun telah
menanti. Saya selalu penasaran dengan elemen satu ini. Jika sebuah makam dibangun demi
mencegah orang luar masuk (atau yang dikurung keluar), apa perlunya menebar
petunjuk untuk mengakali sistem keamanannya? Apa pun alasannya, film ini punya
cukup teka-teki, yang meski tak seberapa mengikat, mampu mengisi kekosongan. Sewaktu sosok Himiko
akhirnya diungkap, fakta yang filmnya tawarkan pun memuaskan berkat kecerdikan
duo penulis naskah, Geneva Robertson-Dworet dan Alastair Siddons, mengusung
konsep soal “dongeng selalu didasari realita”.
Apakah Tomb Raider
bakal memiliki sekuel? Filmnya jelas memberi petunjuk (mudah ditebak adegan
mana dari trailer yang akhirnya
ditempatkan di penghujung film selaku tease
untuk sekuel ). Biar begitu, saya ragu akan terealisasi. Estimasi Box Office-nya sejauh ini meragukan
(cuma $28 juta di weekend perdana),
dan rasanya cinta takkan diberikan oleh para kritikus. Saya sendiri mengharapkan
sekuel, karena tersimpan banyak potensi petualangan menarik. Also, Alicia Vikander is definitely more
than welcome to return as the new Lara Croft.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:Dari trailer nya aja udah ga tertarik 😂 ditambah antisipasi masyarakat yg kurang 😂
pas nonton trailer ini sebelum black panther. Agak lupa kalau bakalan ada film Tomb Raider.
Secara otomatis, kita pasti membandingkan dengan versi angelina jolie. menurut mas Rasyid, ada potensi gak kalau seorang Lara Croft yg identik dengan Angelinan jolie bisa digantikan dengan Alicia Vikander? karena mau nonton, takut kecewa hehe
oh ya, 1 lagi. saya merasa trailernya mirip dengan suasana di video game Tomb Raider : Reborn. Bahkan mirip karena disana ceritanya Lara Croft belum menjadi Tomb Raider. Meskipun misinya bukan mencari ayahnya yg hilang. CMIIW tapi hhe
@Ilham Jelas, di review juga udah dibahas tuh, Vikander pas meranin Lara yang lebih "hijau". Yap, adaptasi reboot game yang tahun 2013, dari tone & ceritanya.
Sip. Masuk list tonton hhe
Oh pantes. Makasih infonya. Soalnya sempat ragu hhe
Iya tonenya mirip. Soalnya namatin gamenya jd merasa familiar
Tapi kalau saya lihat kan yang "khas" dari Lara Croft itu 'cup'-nya yang.. besar, sementara Vikander ini kan seperti yang kita lihat dalam beberapa film sebelumnya nampaknya kurang pas memerankan Lara Croft dalam... aspek tersebut, wkwkwkwk. Apakah ini ada hubungannya dengan isu feminisme yang sedang berkembang dan jadwal perilisan yang bertepatan dengan International Woman Day? :D
Ya karena boob size doesn't matters.Lara Croft (dan tokoh perempuan lain), didefinisikan lewat personality, karakterisasi. Bukan ukuran tetek.
Less boob,more action hahhaha. Saya suka banget sama lara croft kali ini,diceritakan from zero to hero (layaknya batman begins). Pendalaman karakternya lebih ok dibandingkan versi jolie.
Lagian saya sudah jatuh cinta sama Vikander pas film man from U. N. C. L. E 😍😍😍
Karisma boleh menang Jolie, tapi dramatic acting Vikander lebih oke. Dari Ex-Machina udah naksir :D
Bagus filmnya , jauh sama versi jolie, berasa james bond versi craig.
Bagus koq hanya tensinya naik turun... tp dibanding TR versi Jolie sy lebih suka yg TR yg ini, lebih realistis
Posting Komentar