LOVE REBORN: KOMIK, MUSIK & KISAH MASA LALU (2018)
Rasyidharry
Mei 30, 2018
Ardit Erwanda
,
Bagus Bramanti
,
Comedy
,
Cukup
,
Donny Damara
,
Gea Rexy
,
Indonesian Film
,
Indra Jegel
,
Ira Wibowo
,
Jay Sukmo
,
Jui Purwoto
,
Nadya Arina
,
Rani Ramadhany
,
REVIEW
,
Romance
7 komentar
Banyak film percintaan remaja kita menyamakan romantisme
dengan kalimat puitis, momen cantik nan dramatis, maupun gabungan keduanya.
Sebagaimana celetukan tokoh utama film ini, “kayak film-film Michelle Ziudith”.
Semua soal momen dan buaian verbal maha dahsyat, tapi jarang yang mempedulikan
satu unsur penting, yakni “kebersamaan”. Dalam Love Reborn: Komik, Musik & Kisah Masa Lalu, dua tokoh utama
kerap, bahkan nyaris selalu menghabiskan waktu bersama, di mana tercipta
interaksi yang awalnya terjadi di tatanan pikir (adu ideologi, pertukaran
pendapat), baru kemudian lanjut ke hati. Pun agar peduli akan percintaannya,
penonton mesti sering dibawa menyaksikan dinamika tersebut. Love Reborn, meski penuh kelemahan, memiliki
elemen vital itu.
Mengingat menghidupkan lagi film (dan sinetron) lawas dengan
embel-embel “Reborn” di judul sedang
tren, wajar kalau anda sempat mengira film ini merupakan lanjutan atau remake dari Love (2008), yang juga remake
film berjudul sama asal Malaysia. Tapi bukan. Kata “Reborn” di sini mewakili proses karakternya menemukan lagi rasa
cinta, yang seperti tampak pada sub-judul, erait kaitannya dengan kisah masa
lalu. Namanya Kirei (Nadya Arina), komikus muda bertalenta yang apatis terhadap
cinta setelah mendapati ayahnya meninggalkan sang ibu (Ira Wibowo). Bagi Kirei,
cinta sebatas soal “siapa yang meninggalkan dan ditinggalkan”. Bahkan saat pria
misterius bernama Wijaya (Donny Damara) mulai rutin datang, Kirei merasa takut
andai sang ibu jatuh cinta lagi. Sebegitu buruk rupa cinta di matanya.
Wijaya rupanya adalah ayah Bagus (Ardit Erwanda), vokalis “Keras
Kepala Band” yang memusuhi Kirei serta komunitas komiknya (atau cosplay?) di kampus. Selain Bagus, band
ini terdiri dari Rindu (Rani Ramadhany), Jefry (Indra jegel), dan Sobirin (Jui
Purwoto). Mereka membawakan lagu rock
asyik berjudul “Freak” yang menyindir
kegemaran Kira dan kawan-kawan kepada kultur populer Jepang dan mengesampingkan
budaya lokal. Aneh sebenarnya, mengingat rock
‘n roll yang mereka anut pun bukan asli Indonesia, namun setidaknya personel
“Keras Kepala Band” berjasa menghadirkan tawa. Jefry si playboy bertampang pas-pasan, Sobirin si anak mama, dan Rindu yang
bak preman. Jika biasanya laki-laki berebut untuk berduaan dengan wanita
cantik, di sini sebaliknya, karena mereka semua takut pada Rindu. Situasi yang
lucu.
Kirei dan Bagus sepakat
mengesampingkan perbedaan mereka, lalu bersama-sama menyelidiki ada hubungan
apa antara orang tua keduanya. Berbagai tempat, bahkan sampai daerah pinggiran
Bogor didatangi berdua, kemudian seperti bisa diduga, perlahan timbul asmara.
Cinta itu terlahir kembali. Walau segala aral melintang dapat dihindari apabila
mereka langsung menemui Wijaya di hotel yang selalu ia kunjungi, saya menikmati
cara naskah garapan Bagus Bramanti (Mencari
Hilal, Kartini) dan Gea Rexy (Dear
Nathan, Yowis Ben) menyusun perjalanan berbasis napak tilas romansa masa
lalu yang diisi oleh beragam landmark. Ya, semua romansa indah memang harus
memiliki berbagai landmark.
Dari elemen estetika, sayangnya komik tak dipakai mempercantik tata visual sebagaimana musik kurang dimanfaatkan guna membangun emosi. Akad milik Payung Teduh membuat konklusinya manis, tapi itu lebih karena kekuatannya sebagai lagu yang berdiri sendiri ketimbang kejelian sutradara Jay Sukmo (Catatan Akhir Kuliah, The Chocolate Chance) mengawinkan bahasa visual dengan audio. Tambahan kreativitas—yang lebih dari sekedar mengumpulkan para cosplayer dalam pengadeganan canggung—bakal amat berguna bagi Love Reborn. Komik, musik, dan kisah masa lalu. Ada usaha menjadikan ketiganya terikat, walau akhirnya ikatan itu cuma berakhir di permukaan, alih-alih satu kesatuan yang saling mengisi tanpa bisa dipisahkan.
Dari elemen estetika, sayangnya komik tak dipakai mempercantik tata visual sebagaimana musik kurang dimanfaatkan guna membangun emosi. Akad milik Payung Teduh membuat konklusinya manis, tapi itu lebih karena kekuatannya sebagai lagu yang berdiri sendiri ketimbang kejelian sutradara Jay Sukmo (Catatan Akhir Kuliah, The Chocolate Chance) mengawinkan bahasa visual dengan audio. Tambahan kreativitas—yang lebih dari sekedar mengumpulkan para cosplayer dalam pengadeganan canggung—bakal amat berguna bagi Love Reborn. Komik, musik, dan kisah masa lalu. Ada usaha menjadikan ketiganya terikat, walau akhirnya ikatan itu cuma berakhir di permukaan, alih-alih satu kesatuan yang saling mengisi tanpa bisa dipisahkan.
Setidaknya alasan Kirei dan Bagus
jatuh cinta bisa diterima nalar dan hati. Kita menghabiskan cukup waktu bersama
mereka, biarpun (lagi-lagi) pengadeganan canggung Jay Sukmo kerap melucuti
romantisme. Ardit Erwanda masih kewalahan saat melakoni momen emosional. Belum
lagi gabungan artikulasi berantakan plus sound
mixing buruk membuat kalimat-kalimat dari mulutnya sulit didengar.
Ditunjang penokohan yang juga lemah, karakter Bagus yang sering meletup-letup
jadi kurang menarik simpati. Lain cerita dengan Nadya Arina pertengahan tahun
nanti juga bakal tampil di Kafir.
Cantik, jago mengolah emosi di takaran yang tepat, juga tak mati gaya ketika
dituntut bicara tanpa kata, pemilihan arah karir yang sesuai berpotensi
menjadikan gadis 20 tahun ini bintang di industri perfilman kita kelak.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:Meskipun demikian saya tetap bkalan nonton. Pasang ekspetasi rendah, dan menikmati filmnya sebagai pop corn movie. Kadang butuh film seperti ini sebagai pelepas penat plus melihat kecantikan Nadya Arina, hehe. Btw film Gonjiam sama Parmanu bkln nonton dan review Mas?
Oh iya, masih asyik kok, dan Nadya emang cakep banget di sini.
Gonjiam paling ntar malem, tapi Parmanu lewat deh. Nunggu Bhavesh Joshi aja Jumat.
Ditunggu review-nya Mas...
Sebenernya dialognya belum selesai. "Cinta ngga seindah yang selama ini didedinisikan filmmya Michele Ziudith dimana gue pernah main bareng tapi cuma jadi peran sampingan"..
Ck, padahal juga cakepan Nadya jauh, bagusan dia juga aktingnya.
btw, nadya arina yang maen di film magic hour bukan, yang jadi sepupunya michelle ziudith?
Iya itu maksud saya
Posting Komentar