MAMMA MIA! HERE WE GO AGAIN (2018)
Rasyidharry
Juli 22, 2018
Amanda Seyfried
,
Cher
,
Christine Baranski
,
Colin Firth
,
Hugh Skinner
,
Jeremy Irvine
,
Julie Walters
,
Lily James
,
Meryl Streep
,
Musical
,
Ol Parker
,
Pierce Brosnan
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Stellan Skarsgard
11 komentar
Berbeda dengan apa yang disugestikan judulnya, Mamma Mia! Here We Go Again bukan cuma
undangan mengunjungi ulang kemeriahan di Pulau Kalokairi. Nuansanya masih sama,
dengan judul-judul seperti I Have a
Dream, Dancing Queen, dan (tentunya) Mamma
Mia kembali mengisi deretan lagu
dalam jukebox-nya ditambah beberapa
karya ABBA lain yang belum diperdengarkan di film pertama, tapi sekuel dari
raksasa Box Office 2008 (memperoleh $615 juta di seluruh dunia) ini bukan
repetisi. Alurnya memperkuat, memperkaya pondasi bagi kisah serta karakter yang
telah diletakkan pendahulunya sambil sesekali menyelipkan nostalgia.
Strukturnya bergerak maju-mundur secara rapi antara masa kini
(5 tahun pasca film pertama) ketika Sophie (Amanda Seyfried) membangun ulang
hotel Bella Donna demi mengenang mendiang ibunya, Donna (Meryl Streep), dan
masa lalu yang menyoroti kehidupan Donna muda (Lily James). Pada Mamma Mia!, kita hanya mendengar
bagaimana Donna dahulu merupakan gadis muda penuh semangat yang nekat tinggal
serta membangun hotelnya sambil merawat puterinya seorang diri. Here We Go Again mengajak kita
menyaksikan itu secara langsung, termasuk romansa kilatnya dengan tiga pria: Sam
(Pierce Brosnan), Bill (Stellan Skarsgard) dan Harry (Colin Firth).
Saya termasuk yang dulu bertanya-tanya, mengapa ketiga pria
yang telah mapan ini tak hanya bersedia, bahkan antusias menyambut undangan
Sophie untuk bertemu Donna lagi. Pertanyaan itu terjawab. Walau singkat,
romansa mereka amat berkesan kalau enggan disebut life changing. They had the
time of their life, so are we while
watching their precious togetherness. Mengambil tampuk penyutradaraan dari
Phyllida Lloyd, Ol Parker (Imagine Me
& You, Now Is Good) membungkus momen-momen tersebut lewat musikal yang
sama meriahnya tapi jauh lebih memikat dalam hal estetika. Simak Waterloo yang mempunyai variasi mise-en-scène juga koreografi luar biasa.
Saya ikut bernyanyi, tersenyum lebar, meneteskan air mata. Air mata bahagia.
Pendalaman mitologinya tidak berhenti di situ. Kenapa Donna
memilih menikahi Sam, sementara Rosie (Julie Walters) memilih menjalin asmara
dengan Bill misalnya, akan kita temui alasannya di sini. Selain meningkatkan
kualitas pengadeganan sebagai sutradara, Ol Parker yang merangkap penulis turut
memperbaiki kelamahan film sebelumnya terkait naskah. Parker cerdik membangun
alur berdasarkan dua hal, yakni lubang-lubang, atau tepatnya unsur yang belum
dijelaskan oleh Mamma Mia! dan
lirik-lirik lagu yang dipilih. Beberapa nomor macam I’ve Been Waiting for You hingga My Love, My Life yang sejatinya membicarakan cinta romantis disulap
jadi cinta ibu-anak, menghasilkan kadar emosi berlipat ganda termasuk konklusi
penguras tangis tatkala cukup bermodalkan satu sekuen musikal, Streep dan
senyum hangat penuh kasihnya sanggup memberi impresi yang tidak main-main.
Streep memang harus menyerahkan screen time-nya kepada Lily James yang menghadirkan salah satu
performa paling lovable, berenergi,
dan berkarisma dalam film musikal. Setiap sekuen dilakoninya bak seorang mega
bintang/ratu dansa penguasa tiap sudut panggung yang menghipnotis tak saja trio
Sam-Bill-Harry agar seketika jatuh hati, juga penonton. Apabila serial Downton Abbey (2012-2015) membawa James
meraih beberapa penghargaan sementara Cinderella
(2015) membuat namanya dikenal luas di skena film layar lebar, Mamma Mia! Here We Go Again bakal
melambungkan statusnya menjadi aktris utama kelas A.
Sedangkan jajaran cast
lain yang bertugas memerankan versi muda karakter film pertamanya berjasa
memuluskan transisi dua latar waktu alurnya. Saya percaya jika Sam versi Jeremy
Irvine akan tumbuh jadi pria berwibawa seperti Brosnan dan Hugh Skinner memiliki
kecanggungan dan kekakuan menarik layaknya Firth. Pun acap kali saya sekilas
mengira sedang menyaksikan latar sekarang karena kesesuaian fisik juga perilaku
Jessica Keenan dan Wynn Alexa Davies dengan kedua senior mereka, Julie Walters
dan Christine Baranski.
Di permukaan, Mamma
Mia! Here We Go Again bicara perihal kenangan, dan Ol Parker berbaik hati memberi
bonus kepada penggemar film pertamanya dengan beberapa momen nostalgia (“stair-sliding” and “lady with the woods” scene are my favorites). Nostalgia pun
dialami tokoh-tokohnya, di mana banyak dari mereka bereuni dengan sosok spesial
dari masa lalu masing-masing. Cheesy,
sarat kebetulan, namun alangkah sulit rasanya menyangkal kebahagiaan yang
dipancarkan olehnya. Sama seperti kemunculan singkat Ruby, ibunda Donna, nenek Sophie, yang sejatinya kurang esensial terkait plot, tapi siapa menolak melihat Cher mengambil alih panggung? Lebih dari itu, proses saling singgung antar dua latar
waktu turut menghasilkan refleksi seputar ikatan batin ibu dan anak yang
merupakan penopang rasa utama film ini, salah satu film dengan kandungan rasa
paling kaya sepanjang tahun.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
11 komentar :
Comment Page:Menurut saya ini penutup yang baik dari kelanjutan movie pertamanya
Bikin review dan prediksi soal Aquaman, Shazam, dan kelanjutan DCEU bang, lagi hype banget nih di YouTube. Jangan Marvel doang yang dibikin artikel khususnya :p
pernah ko terakhir kali movfreak bikin artikel khusus DC itu waktu trailer suicide squad klo ga salah
@Jason Yoi, DC pernah pas Suicide Squad, soalnya keren banget trailernya. Aquaman & Shazam looks fun tapi belum selevel itu. Nanti, tunggu cinematic universe-nya DC waras dulu 😁
Sy blm nonton yg pertama. Perlu nonton yg pertama sebelum nonton ini nggak?
@aryo Mending nonton dulu, emosinya bakal kurang kalau belum
Bjorn Ulvaeus bilang lagu ABBA yang dinyanyikan Cher seolah-olah itu lagunya dia....and yes...she stole the show...
dan memang seru kalau satu studio nyanyi rame-rame lagu-lagu kuartet Swedia di film ini...cerita simpel tapi mengena dan sangat menghibur...
Bagaimana dengan lagunya? Enak dan porsinya sesuai?
Yg pertama sih enak tapi kebanyakan jadi ada beberapa yg gue skip pas nyanyi.
Saya kok agak beda nih, berasa lamaa banget ini film jadi agak bosen ditengah. Padahal suka banget sama yang pertama.
Tapi gapapa ya mas namanya beda pendapat, beda selera✌️
@nasrullah Ya seperti yang dibahas di atas. Kalau kebanyakan, well, namanya jukebox musical sih ya, kuantitasnya lebih banyak dari musikal biasa.
@cynthia Haha ya nggak masalah dong beda. Mungkin karena beberapa lagu di film kedua ini emang nggak setenar film pertam ya.
Nonton film ini sungguh bikin bahagia (jauh lbh bahagia drpd film pertama), walaupun pas lagu my love, my life langsung mengharu biru mellow. Adegan paling favorit pas lagu dancing queen diiringi kapal2 yg berdatangan dr laut, wow banget ngeliatnya 😊
Posting Komentar