CREED II (2018)
Rasyidharry
November 29, 2018
Dolph Lundgren
,
Juel Taylor
,
Michael B. Jordan
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Sports
,
Steven Caple Jr.
,
Sylvester Stallone
,
Tessa Thompson
,
Vlorian Munteanu
7 komentar
Biarpun ikonik dan menghibur, harus
diakui bahwa Ivan Drago (Dolph Lundgren) adalah antagonis satu dimensi, “karakter
kartun”, yang sebagaimana Rocky IV
(1985), merupakan produk politis pada masa Perang Dingin. Kini, sewaktu masa
itu tinggal sejarah, Creed II menjadikan
Ivan salah satu tokoh paling menarik sepanjang eksistensi franchise-nya, ketika ia bersama sang putera, Viktor Drago (Vlorian
Munteanu) berusaha menulis ulang sejarah.
Sekuen pembukanya, walau singkat,
namun efektif memaparkan inti hubungan dua generasi Drago. Hubungan yang
dingin. Dahulu, Ivan bak robot yang diciptakan Rusia guna menegaskan kejayaan
negara. Sedangkan Viktor diciptakan oleh Ivan sebagai mesin pembalas dendam
demi mengembalikan kejayaan. Bukan perihal negara, melainkan kejayaan personal.
Sempat dianggap pahlawan, jangankan dielu-elukan, sekarang Ivan hidup terasing
di Ukraina, pun dicampakkan sang istri. Poin ini nantinya menghasilkan momen
memilukan yang seketika menjadikan Ivan Drago sesosok manusia biasa dengan
kerapuhan.
Ya, drama klan Drago memang
memikat, tapi ini tetap film milik Adonis Creed (Michael B. Jordan), dan
perhatian lebih yang diberikan bagi antagonis tak sampai membuat protagonis
terpinggirkan. Kita bertemu Adonis lagi ketika ia akhirnya mengalahkan Danny “Stuntman”
Wheeler (Andre Ward) dan mengklaim gelar tinju dunia kelas berat, dalam suatu
momen emosional yang memperlihatkan kapasitas Tessa Thompson membuat kalimat
sederhana (“Did you know what just
happened?”) terdengar menyentuh hati. Sebagai Bianca, ia tak ubahnya versi
lebih aktif dari Adrian. Berkat para wanita ini, perjuangan dua tokoh utama
seri Rocky lebih bermakna.
Berhasil mengikuti jejak mendiang
ayahnya ternyata belum cukup bagi Adonis. Dia ingin meninggalkan jejaknya
sendiri, sehingga saat ayah-anak Drago menantangnya, Adonis tak gentar. Seperti
mereka, Adonis pun ingin menulis ulang sejarah, kala 33 tahun lalu, Apollo
Creed tewas di tangan si petarung Rusia. Tapi Rocky (Sylvester Stallone)
berbeda pemikiran. Menurutnya, pertarungan tersebut bukan saja berbahaya, juga
tidak perlu. Rocky pun menolak permintaan Adonis melatihnya, sebab, sebagaimana
pernyataannya kepada Ivan, dia bukan “hari
kemarin yang ingin jadi hari ini”.
Bicara soal reuni Rocky Balboa-Ivan
Drago, pertemuan kembali keduanya turut menyediakan panggung bagi Stallone dan
Lundgren untuk membuktikan kualitas akting. Kedua aktor veteran ini bagai wine
yang semakin tua semakin nikmat. Pertambahan usia memberi mereka pengalaman,
kompleksitas, dan kelelahan yang dipupuk penderitaan bertahun-tahun baik
sebagai karakter yang diperankan maupun diri sendiri. Andai Creed II dirilis satu atau dua dekade
lalu, saya bisa membayangkan Dolph Lungren menyabet nominasi Oscar perdananya.
Di luar arena tinju, Creed II menampilkan drama keluarga
mengenai rekonsiliasi, sedangkan pertarungan dalam arena merupakan manifestasi narasi
tersebut. Serupa film-film terbaik Rocky,
pertarungannya didasari cinta. Kali ini pun, kita melihat rekonsiliasi
keluarga, tatkala kekuatan terbesar Adonis bukan dipicu amarah atau hasrat
balas dendam, tetapi layaknya Rocky dahulu, cinta. Dan serupa suguhan terbaik
seri Rocky pula, sutradara Steven
Caple Jr. (The Land) menyuguhkan
montase latihan keras nan membara yang turut memamerkan kelayakan Michael B.
Jordan meneruskan tongkat estafet dari Sly sebagai jagoan tangguh.
Bagi saya, sekuen latihan terbaik dimiliki
Rocky III (1982) berkat dampak nyata kepada
pertarungan puncaknya. Gaya serta taktik bertinju Rocky kala mengungguli
Clubber Lang dibangun dari situ. Begitu pula di film ini. Adonis merupakan
tubuh yang melancarkan serangan bertubi-tubi, sementara otaknya ialah Rocky,
selaku satu-satunya orang yang mengetahui cara mengalahkan Drago. Elemen itu
adalah pencapaian tersendiri bagi naskah tulisan Stallone bersama Juel Taylor,
sewaktu proses “passing the torch”
dilakukan sembari tetap menghormati karakter lama. Rocky mungkin bukan lagi
jagoan utama, tapi kontribusinya luar biasa.
Banyak mempresentasikan drama tak
membuat Caple Jr. melupakan esensi sebagai film tinju. Adegan tinjunya
menghibur sekaligus intens, dengan hantaman demi hantaman keras, juga Victor
Drago sebagai lawan intimidatif yang bakal membuat tubuh bergetar tiap kali ia
merangsek, hendak melancarkan serangan. Tambahkan lagu tema Rocky, maka kita memperoleh klimaks yang
memancing sorak sorai, teriakan, bahkan mungkin air mata dikarenakan euforia. Creed II adalah suguhan terbaik seri Rocky sejak film pertamanya 42 tahun
lalu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:sayang film bagus begini jam tayangnya di hari ke 2 sudah berkurang drastis...
Saya planning mau nonton hari ini. Eh taunya di Garut sudah turun layar kesalip sama Nyai...
Yah gitulah, di sini brand Rocky jelas kalah tenar dibanding Ayu Ting Ting 😅
Mas rasyid, maksud karakter kartun itu apa mas?
"Karakter kartun" atau "cartoonish character" biasanya identik dengan karakter yang dangkal/over-the-top
Bang. Kenapa fb2 dah turun layar . Padahal baru 2 minggu. Sementara bohemian malah ganti posisi dia di imax. Bohemian dah 1 setengah bulanan. Faktor apa aja sih yg bikin kek gitu? Cepet turun layar.
Sederhana aja, berarti filmnya nggak jalan, sedangkan Bohemian emang laris banget. Menyesuaikan demand.
Posting Komentar