THE KID WHO WOULD BE KING (2019)
Rasyidharry
Januari 24, 2019
Angus Imrie
,
Dean Chaumoo
,
Denise Gough
,
Fantasy
,
Joe Cornish
,
Louis Ashbourne
,
Lumayan
,
Patrick Stewart
,
Rebecca Ferguson
,
REVIEW
,
Rhianna Doris
,
Tom Taylor
6 komentar
Entah dengan bocah zaman sekarang,
tapi jika menontonnya semasa SD, saya akan terobsesi dengan The Kid Who Would Be King, khususnya di
bagian klimaks, saat si tokoh utama memimpin teman-temannya berperang melawan
pasukan berkuda dengan tubuh membara dan penyihir berusia ribuan tahun yang
tampak bagai naga berwajah Gollum, dengan menyulap seisi sekolah menjadi
benteng pertahanan. Sejujurnya saya kerap melamunkan fantasi semacam itu
sewaktu kecil dulu.
Melalui The Kid Who Would Be King, Joe Cornish (Attack the Block) mengubah kisah Arthurian menjadi film keluarga bernuansa Amblin, yang bahkan
mengandung cue musik serupa, serta
pesan tentang kekuatan dalam diri dan cinta, sebagaimana banyak mahakarya
Steven Spielberg pada era 80-an.
Filmnya berlatar di dunia serupa
dunia kita, di mana kekacauan terjadi akibat penyalahgunaan kekuasaan serta
lenyapnya kemuliaan. Kondisi tersebut turut mempengaruhi proses tumbuh kembang
protagonis kita, Alex Elliot (Louis Ashbourne), yang hidup berdua bersama sang
ibu (Denise Gough) sembari terus merindukan sosok ayah yang telah lama hilang.
The Kid Who Would Be King membuka perjalanan Alex saat ia
menolong sahabatnya, Bedders (Dean Chaumoo), dari gangguan Lance (Tom Taylor)
dan Kaye (Rhianna Doris). Tapi kebaikan Alex justru mendatangkan masalah baru,
dan seperti banyak individu zaman sekarang, ia mulai meragukan esensi kebaikan.
Tapi jangan khawatir, sebab film ini mampu menyentuh permasalahan serius tanpa
harus membenamkan karakter anaknya dalam area yang terlampau gelap.
Tidak perlu juga bagi The Kid Who Would Be King berlama-lama
di fase perenungan. Kita dengan cepat diajak menyaksikan keberhasilan Alex
mencabut pedang Excalibur milik Raja Arthur, tanpa menyadari, bahwa secara
bersamaan, Morgana (Rebecca Ferguson), saudari tiri Arthur, mulai bangkit dan
bersiap membawa kegelapan bagi dunia sekaligus merebut Excalibur. Tentu Merlin
(Angus Imrie) pun terlibat. Sang penyihir hadir dengan samaran sebagai remaja
aneh bernama Mertin. Sesekali ia menunjukkan sosok tuanya, yang diperankan
Patrick Stewart lewat kharisma “pria tua bijak” yang jamak kita jumpai di
film-film setipe.
Merlin membimbing Alex memahami
takdirnya sebagai pewaris Excalibur yang mesti menghentikan rencana Morgana.
Untuk itu, selain Bedders, direkrut pula Lance dan Kaye. Sebab serupa Raja
Arthur, Alex pun bisa mengubah lawan menjadi kawan. Bermodalkan kecerdikan
berlatar semangat bersenang-senang, naskah buatan Cornish menyerap beberapa
elemen legenda Arthurian, tanpa perlu
mengekang kebebasan mengeksplorasi kisah ke arah berbeda.
Karena sejatinya salah satu pesan
utama film ini adalah soal “memilih arahmu sendiri”. Walau presentasinya
sedikit inkonsisten (tepat setelah pesan itu disampaikan, Cornish membuat
karakternya kembali bergantung pada buku guna memecahkan masalah), elemen
tersebut memang diperlukan oleh blockbuster
masa kini. Masih segar di ingatan bagaimana Star Wars: The Last Jedi menerima setumpuk kebencian akibat enggan
menjadikan Rey keturunan sosok penting. The
Kid Who Would Be King melontarkan pernyataan tegas jika golongan biasa pun
sanggup (dan berhak) menjadi figur luar biasa.
Absen menyutradarai selama
bertahun-tahun tak membuat Cornish kehilangan sentuhan. Berpijak pada naskah
penuh aksi di mana deretan laga muncul tepat waktu demi menjaga momentum,
Cornish berhasil melahirkan beberapa sekuen seru lengkap dengan napas fantasi.
Namun kemenangan terbesarnya adalah kesuksesan memberi hati. Cornish memanfaatkan
kalimat “Honor those you love” untuk
membangun momen ibu-anak menyentuh, yang dibungkus menggunakan sensitivitas
dalam pengadeganan, akting kuat Denise Gough, serta timing sempurna.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Bagus sebagai film anak2 aja atau bagus juga ditonton orang dewasa mas?
aryo: bagus filmnya untuk semua umur bang, tapi kalau untuk orang dewasa jangan berekspetasi tinggi soalnya ini king arthur versi bocil ga lebih keren dari percy jackson jadi bayangin haha
CGV kok ga ada ya, bang?
@aryo It works for adult too. Apalagi kalau suka film-film Amblin 80an. Punya hati yang sama.
@mofan Ada kok. Mungkin di kotanya aja.
Itu si Louis Ashbourne anaknya Caesar/Gollum yah??
Yap, anak bungsu Andy Serkis.
Posting Komentar