BUMI ITU BULAT (2019)

6 komentar
Pada masa di mana radikalisme tambah mengkhawatirkan, film seperti Bumi itu Bulat bisa menjadi tontonan penting. Dibuat dengan keterlibatan GP Ansor, tidak mengejutkan bila karya penyutradaraan layar lebar perdana Ron Widodo ini menjadi kampanye anti-radikalisme. Tapi ada satu masalah akibat kalimat “Kalau kita tidak bisa bersama, seenggaknya kita bisa saling menghargai”, yang merupakan salah satu jualan utama filmnya.

Mengapa kalimat di atas bermasalah? Bukankah itu pesan damai yang menyejukkan? Karena mengacu pada bagaimana kalimat itu disampaikan, filmya pun mestinya mampu mengajak penonton menghargai eksistensi jajaran Islam garis keras, selama tak menimbulkan bahaya secara nyata. Tapi kenapa? Apa perlunya menghargai radikalisme? Bumi itu Bulat gagal menjawab itu.

Karakter utamanya adalah Rahabi (Rayn Wijaya), anggota grup Rujak Acapella yang membangun kesuksesan via YouTube, dengan jumlah penonton dan subscribers mencapai ratusan ribu. Ciri khas mereka adalah menyanyikan lagu kebangsaan. Inilah cara filmnya mempromosikan nasionalisme pada penonton muda, dengan menyulap lagu yang mungkin dianggap kurang trendi menjadi nomor akapela keren. Walau dibekali aransemen apik, saya cukup terganggu oleh buruknya lip sync jajaran pemain, ditambah tata suara kurang natural, khususnya saat karakternya bernyanyi tanpa mikrofon. Film kita butuh belajar menciptakan adegan live performance supaya terdengar organik.

Nama “Rujak Acapella” sendiri datang dari variasi identitas anggota, yang terdiri atas beragam suku, agama, dan gender. Kini mereka mengincar kontrak rekaman, tapi sayangnya, sang produser, Aldi (Arie Kriting), merasa tampang personel Rujak Acapella kuranng menjual, meski mengakui musikalitasnya. Aldi pun mengajukan syarat: Demi mendapat kontrak, Rujak Acapella harus memasukkan penyanyi muda bernama Aisha (Febby Rastanty) sebagai anggota. Masalahnya, Aisha—walau kebetulan berkuliah di kampus yang sama—telah berhenti bernyanyi pasca berhijrah.

Di tengah penolakan rekan-rekannya, khususnya Tiara (Rania Putrisari), Rahabi bersikeras menerima syarat tersebut. Alasannya, ia membutuhkan uang untuk membiayai sekolah kedokteran adiknya, Rara (Tissa Biani). Rahabi sendiri telah beberapa lama pergi dari rumah akibat pertengkaran dengan ayahnya, Syaiful (Mathias Muchus), yang merupakan anggota Banser. Rahabi merasa sang ayah hanya mementingkan pekerjaan, menelantarkan keluarga, sehingga menyebabkan meninggalnya sang ibu.

Tapi jalan Rahabi membujuk Aisha jauh dari mulus. Selain kukuh meninggalkan dunia tarik usara, Aisha pun terganggu oleh keberadaan non-Islam di Rujak Acapella. Abi terus memaksakan diri, dan dampaknya, perpecahan mulai terjadi, apalagi setelah ia menyetujui persyaratan Aisyah, untuk mewawancarai Bu Farah (Ria Irawan), dosen garis keras yang dipecat karena menyuarakan ujaran kebencian. Melalui elemen inilah Bumi itu Bulat membawa kita menyusuri kenyataan mengerikan soal betapa mudahnya prosedur cuci otak radikalisme berlangsung di dunia kampus.

Bumi itu Bulat memposisikan para radikal sepenuhnya sebagai pihak buruk, yang mana saya setujui. Perspektif satu arah dalam film sah-sah saja dilakukan. Namun ketika filmnya membuat Abi berkata, “Kalau kita tidak bisa bersama, seenggaknya kita bisa saling menghargai” kepada Aisha, secara tidak langsung Bumi itu Bulat mengajak kita menghargai para radikal. Sekali lagi itu sah, selama naskah buatan Andre Supangat berhasil menyuguhkan alasan logis, yang mana gagal dilakukan.  Sampai akhir, saya urung menemukan alasan untuk menghargai tokoh-tokoh seperti Aisha atau Bu Farah.

Di luar itu, Bumi itu Bulat dituturkan dengan cukup baik. Kekhawatiran saya bahwa unsur cinta segitiga cheesy antara Rahabi-Tiara-Aisha bakal mendistraksi nyatanya tidak terbukti. Unsur itu disampaikan secara subtil, di mana Tiara terus bertahan sebagai individu tegas, yang mengajukan keberatan atas bergabungnya Aisha, murni karena alasan kelompok ketimbang perasaan pribadi. Walau di lubuk hati terdalam hal itu pastinya tetap berkontribusi, Tiara sanggup melontarkan opini objektif nan beralasan.

Dramanya turut ditunjang performa solid jajaran pemain. Di antara tim Rujak Acapella, Rania Putrisari paling menonjol berkat ekspresi serta bahasa tugas yang mendukung ketegasan karakternya. Mathias Muchus sekali lagi mampu menghembuskan hati biarpun memerankan sosok pria keras, Tissa Biani masih seorang pencuri perhatian yang jago memancing seyum penonton, sedangkan Christine Hakim tetaplah Christine Hakim yang bakal meninggalkan kesan meski hanya muncul sejenak.

Babak ketiganya dibuat berdasarkan insiden dunia nyata kental intoleransi antara umat beragama. Relevan, tapi sayang diakhiri lewat simplifikasi. Di realita, takkan semudah itu meredakan amukan warga yang mudah terprovokasi akibat mabuk agama. Beruntung, menyusul beriutnya adalah konklusi cheesy tapi menyentuh bagi konflik ayah-anak. Menyentuh, sebab biar bagaimanapun, mayoritas ayah memang pahlawan super untuk anaknya.

Saya turut mengagumi saat Bumi itu Bulat menyelipkan penampilan Rujak Acapella di tengah upacara pembukaan Asian Games 2018 secara cukup meyakinkan. Belum sempurna, tapi setidaknya tampak alamiah. Dan kali ini, karena konteksnya bernyanyi menggunakan mikrofon dan sound system, nyanyian mereka lebih bisa diterima pula terdengar nyaman di telinga.

6 komentar :

Comment Page:
wins mengatakan...

Mengapa yang hijrah itu selalu di identikan dengan radikal ya? Kasihan yang memang bener2 hijrah, dicurigai terus. Tapi ya sudahlah, itulah kehidupan...

Rasyidharry mengatakan...

Filmnya sudah menjelaskan kok, kalau hijrah nggak harus lewat jalan seperti itu

Fathiya Sefani Ghafira mengatakan...

Bang review homestay dong di imdb ratingnya lumayan bagus penasaran

Andri mengatakan...

Bang Rasyid, Sudah Pernah Nonton Film Jakarta Magrib(Salman Aristo, 2010)?. Tolong kalau berkenan beri pendapat bang, film seperti itu termasuk apa?, adakah yang mirip. Soalnya saya sangat suka dengan film tersebut, menurut saya cerita dan penyajiannya menarik tidak seperti film kebanyakan. terimakasih.

Rasyidharry mengatakan...

Omnibus maksudnya? Satu film banyak cerita? Kalau iya, ada Rectoverso, Perempuan Punya Cerita, 3Sum, Takut, dll

Unknown mengatakan...

Cinta Setaman, Aku Cinta Kamu (Indo), 4bia (Thailand), Valentines Day, Love Actually (Hollywood)