THE SECRET LIFE OF PETS 2 (2019)
Rasyidharry
Juni 15, 2019
Animated
,
Brian Lynch
,
Chris Renaud
,
Harrison Ford
,
Jenny Slate
,
Kevin Hart
,
Kurang
,
Lake Bell
,
Nick Kroll
,
Patton Oswalt
,
REVIEW
,
Tiffany Haddish
9 komentar
Meraup pendapatan lebih dari $875
juta, kedatangan sekuel The Secret Life
of Pets jelas bukan kejutan. Demikian pula fakta bahwa The Secret Life of Pets 2 tak menawarkan jalinan alur solid,
mengingat animasi ini dibuat oleh Illumination yang berani membuat film panjang
soal eksploitasi kekonyolan Minions belaka. Dan layaknya mayoritas judul studio
tersebut, karya penyutradaraan Chris Renaud (Despicable Me, The Lorax, The Secret Life of Pets) ini mampu
memproduksi tawa, biarpun penulisannya begitu malas, bahkan untuk standar
Illumination.
Saya pun ragu menyebut film ini
mempunyai cerita, ketika naskah buatan Brian Lynch (Puss in Boots, Minions, The Secret Life of Pets) cuma menyajikan
tiga sketsa terpisah yang dijahit sekenanya, sebelum dipaksa bersinggungan arah
pada babak ketiga. Rasanya seperti menonton episode spesial kartun televisi
Minggu pagi.
Pertama, ada Max (Patton Oswalt)
yang merasa resah setelah pemiliknya memiliki bayi. Liam namanya. Selayaknya
bayi, tentu ia kerap membawa kekacauan di rumah. Tapi seiring pertumbuhan Liam,
tumbuh pula kepedulian di hati Max. Terlalu peduli malah, sebab Max menjadi
paranoid, berlebihan mengkhawatiran kesalamatan si bayi. Sampai suatu hari
mereka berlibur ke sebuah peternakan, di mana Max bertemu Rooster (Harrison
Ford), anjing gembala tangguh yang mengajarinya soal keberanian menatap
kerasnya dunia.
Sepanjang liburan, Max menitipkan
Busy Bee, mainan favoritnya, kepada Gidget (Jenny Slate). Malang, Gidget
menjatuhkan Busy Bee ke rumah wanita tua yang dipenuhi puluhan kucing beringas.
Sementara itu, anjing shih tzu bernama Daisy (Tiffany Haddish) meminta bantuan
Snowball (Kevin Hart) untuk menyelamatkan Hu, seekor harimau putih yang disiksa
oleh Sergei (Nick Kroll), pemilik sirkus kejam.
Begitulah. The Secret Life of Pets 2 mengisi durasi pendeknya (86 menit)
dengan mempertontonkan tiga cerita pendek yang bahkan kalah memorable dibanding lagu Panda yang dinyanyikan Kevin Hart
sebelum kredit akhir bergulir. Tanpa modifikasi, tanpa hati, penonton sejatinya
tak perlu menyisihkan uang serta waktu mengunjungi biokop guna mencari hiburan
semacam ini.
Mengingat statusnya sebagai tokoh
utama, petualangan Max pun jadi penceritaan yang palingn mendekati “layak”.
Saya bisa membayangkan kisah serupa diangkat oleh animasi lain dengan kualitas
lebih baik, sehingga menjadi tontonan yang lebih bermakna dan berperasaan. Tapi
akibat pendekatan bak sketsa, tahapan pengembangan pun dipangkas habis (Max
berubah setelah mengalami satu insiden saja) demi memberi waktu pada deretan
situasi komikal ringan.
Beruntung, kehampaan ceritannya
urung menyiksa berkat humor yang bekerja cukup baik, setidaknya jika anda
termasuk golongan seperti saya, yang menikmati cara konyol film ini menjelaskan
absurditas perilaku hewan-hewan khususnya kucing. Lynch mungkin malas berusaha
mengkreasi jalinan alur yang memadai, namun ia bersedia memeras otak memikirkan
ide segar untuk memancing tawa.
Tapi sekali lagi, The Secret Life of Pets 2 adalah
kumpulan sketsa. Walau terdiri dari tiga buah sekalipun, daya bunuhnya tak
mampu bertahan itu. Mendekati satu jam, pesonanya nyaris terkikis habis. Bahkan
ketika para pengisi suara seperti Tiffany Haddish, Kevin Hart, hingga Lake Bell
sebagai Chloe si kucing gemuk pemalas telah unjuk gigi, The Secret Life of Pets 2 tetap kekurangan energi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
9 komentar :
Comment Page:Setuju, biasa aja juga. Tp cukup menghibur dan bikin ketawa sih, apalagi liat kucing yg nyamar jd anjing itu atau kelinci yg berimajinasi jd pahlawan super. Tp inti ceritanya biasa aja ya, anjing yg terobsesi lebih ke protektif dlm melindungi anak majikan nya?? Hmm..
Film yg biasa aja tapi secara pundi2 ngalahin dark phoenix,,
Nonton Booksmart ga mas Rasyid? Kece loh, ngakak banget, akting pemainnya juga keren, dan Billie Lourd bener-bener scene stealer
Keren sinopsisnya, semoga filmnya lebih keren dari sinopsisnya. Terimakasih banyak!
Ya inti ceritanya itu. Dikemas kayak sketch biasa
Domestik iya. Tapi worldwide jelas menang Dark Phoenix. Penonton internasionalnya termasuk di sini jauh lebih rame
Nonton dong. Biar kelihatan si Wilde masih perlu tambah pengalaman soal directing, tapi skripnya emang pinter ngebolak-balik formula
👍👍 Bener" ga nyangka ama sifat" asli karakternya, matahin stereotype tipe" anak sma, ga nyangka mereka bener" terbuka. Menurut mas Rasyid Booksmart ama Superbad bagusan mana? Kalo saya Booksmart, simply karena ada karakter Gigi 😁
Kurang demen Seth Rogen sih (as writer and/or actor), jadi kurang suka Superbad
Posting Komentar