YESTERDAY (2019)
Rasyidharry
Juni 29, 2019
Comedy
,
Danny Boyle
,
Fantasy
,
Himesh Patel
,
Kate McKinnon
,
Lily James
,
Lumayan
,
Musical
,
REVIEW
,
Richard Curtis
,
Romance
12 komentar
Terkadang saya duduk sendirian di
tengah malam dengan earphone terpasang
sambil mendengarkan Live Forever atau
Cigarettes and Alcohol, berkhayal, “Bagaimana
kalau saya adalah Liam Gallagher?”. Itulah kenapa, meski mengusung konsep
fantasi, karya teranyar Danny Boyle (Trainspotting,
Slumdog Millionaire, 127 Hourse) ini terasa dekat. It’s relatable, at least for my imagination, cause I long for yesterday.
Apa jadinya bila The Beatles hilang
dari eksistensi? Mungkin sebagian besar menganggapnya mengerikan, namun bagi
Jack Malik (Himesth Patel), itu justru anugerah. Jack menghabiskan 10 tahun
menulis serta menyanyikan lagunya sendiri dari panggung ke panggung, bar ke
bar, sayangnya kesuksesan tak kunjung datang.
Dia siap menyerah andai bukan
karena dukungan Ellie (Lily James), sahabat lama, manajer, sekaligus cintanya. Tapi
Jack enggan mengutarakan isi hatinya, tanpa tahu bahwa Ellie menyimpan perasaan
serupa. Sampai suatu malam, kegelapan total menimpa seluruh dunia selama 12
detik. Lalu dalam sebuah adegan bernuansa agak mistis yang dibangun berdasarkan
lagu A Day in the Life (juga
merupakan lagu The Beatles paling mistis), Jack tertabrak bus.
Dia terbangun, kehilangan dua gigi,
namun mendapatkan hal yang jauh lebih besar. Jack menjadi satu-satunya orang
yang mengetahui The Beatles. Bersama beberapa hal lain, kuartet legendaris itu
hilang dari sejarah. Jack pun mendapat ide untuk mengaku sebagai pencipta
lagu-lagu mereka. Alhasil, tidak butuh lama hingga ia ditasbihkan selaku musisi
jenius.
Tersimpan setumpuk opsi eksplorasi
dalam konsep “what if” yang diusung,
dan sejatinya naskah buatan Richard Curtis (Four
Weddings and a Funeral, Notting Hill, Love Actually) bekerja dengan baik
mempresentasikan situasi menghibur kala Jack menipu orang-orang, dari
keluarganya sampai para figur industri musik termasuk Ed Sheeran dan sang
manajer, Debra Hammer (diperankan Kate McKinnon yang piawai mencampurkan sisi kejam
dan menggelitik).
Biarpun menyenangkan disimak, sukar
menampik pemikiran jika Yesterday
termasuk gagal memenuhi potensinya. Mendengar premisnya saja, imajinasi saya
bergerak liar memikirkan bagaimana film ini memaparkan proses kreatif Jack.
Tapi selain sekuen sambil lalu ketika ia mengunjungi lokasi-lokasi di Liverpool
yang berperan akan terciptanya lagu The Beatles, tidak banyak yang Yesterday tawarkan.
Pun Curtis bagai enggan memberi
kesempatan lebih pada Jack guna menikmati kondisi misterius itu. Dia terus
menghadapi penderitaan, kesulitan, bahkan saat akhirnya sukses mendobrak dunia
industri, ia langsung tersandung masalah terkait kebebasan berkarya yang
dilucuti. Ketimbang artis yang bebas berekspresi, Jack adalah produk
perusahaan. Terkait persoalan ini, Yesterday
hadir terlampau mendekati realita.
Beruntung, sewaktu naskahnya sedikit
mengecewakan, penyutradaraan Danny Boyle bersinar, membuktikan kecintaan
sekaligus pemahaman tingginya perihal jiwa dalam karya-karya “The Fab Four”. Lagu pertama The Beatles yang
Jack lantunkan adalah Yesterday, dan
momen itu terjadi di tengah atmosfer magis, di mana semesta bagai tengah
menyambut turunnya messiah dunia
musik.
Demikian pula tatkala Ob-La-Di, Ob-La-Da diperdengarkan, yang
sempurna memotret kebahagiaan murni nan sederhana lagu gubahan Lennon-McCartney
tersebut. Penyutradaraan Boyle (ditambah beberapa referensi plus kejutan) menjadikan
Yesterday sebuah penghormatan layak,
walau sebenarnya film ini tidak banyak memberi penonton kesempatan berkaraoke,
karena mayoritas lagu cuma diputar sejenak.
Berkat performa kedua penampil
utama, Yesterday turut menyuguhkan
komedi-romantis manis khas British (baca: Richard Curtis). Himesh Patel
menghidupkan protagonis likeable dan relatable yang terjebak dalam gesekan
dilematis antara ambisi personal dan moral, antara cita-cita dan cinta.
Sementara Lily James seperti biasa mudah merebut hati melalui pesona
naturalnya. She’s so lovable, she’ll
makes you believe that all you need is love.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
12 komentar :
Comment Page:And the legend comes alive. Lu paham lah bang maksud gue apa wkwkwkwkw. Itu scene paling memorable dalam film ini.
film yg lahir dari teori konspirasi mandela effect
next, semoga ada film what if flat earth is true haha
Merinding bener di situ. Ngebayangin kalau beneran terjadi
Hahaha menarik ini. Biarpun ragu ada sineas yang cukup nakal ambil risiko "nyuapin" kepercayaan flat earther
Apa yang menjadikan "A Day in a Life" menjadi lagu paling mistis the Beatles, kalau boleh tahu Mas? Menurutku malah Revolution 9 lebih serem dan eerie. Aku belum dengerin semua Beatles sih.
Mistis di sini bukan berarti musiknya serem macam lingsir wengi bambank wkwkwk
Ha iya gue pernah denger juga tuh konspirasinya mandela effect katanya konspirasi CERN (lembaga nuklir di eropa) yg eksperimen coba memanipulasi realita
Kalo flat earth kayanya seru bgt tuh, gue juga pernah baca kalo flat earther sebenrnya ga menganggap bumi macam piring terbang, mereka menganggap bumi masih misterius, peta dunia yg kita punya itu cuma sebagian kecil bumi yg dikelilingi dinding es kutub selatan, di balik kutub selatan itu masih ada wilayah misterius yg mereka sendiri ga tau apa, katanya dihuni makhluk2 aneh, seru tapi kalo dibikin film nanti rawan disalahgunakan oleh para flat earther untuk menjaring lebih banyak pengikut wkwkwk
Gimana ya, sesuatu yang susah dijelasin. Pertama kali denger, langsung merinding dan matiin lagunya. Instrumennya, suara Lennon, liriknya yang to the point tapi misterius. Bukan eerie yang gamblang macam Revolution 9, bukan kengerian yang kasat mata. Ah bingung haha. That's what art does to us
Baru saja nonton ini semalam dan sata sgt stuju dgn bang rasyid, dgn premis sebagus ini harusnya mampu dieksekusi dgn lbh liar lagi.
Ketiadaan unsur2 psychedelic juga cukup membuat kecewa, belum lagi lagu favorit saya
,across the universe tdk dimunculkan
Super duper terharu saat jack bertemu dgn john. It was epic and memorable.
Btw bng gw msh bngung, yg menghilang dari dunia ini randomly, atau ada pola,kok banyak unsur2 britpop yg menghilang, beatles, oasis, sampai harry potter. Apakah pink floyd juga menghilang dalam universe yesterday ? Hehehhe
Personally pengen sih era psychedelic nongol, tapi paham juga kalau nggak bersahabat di telinga penonton umum (this is a commercial movie afterall)
Semua yang ilang itu karena inspired by Beatles. Oasis jelas lah ya. Harpot kacamata. Coke karena Come Together (kurang make sense sih karena itu lagu ada lirik Coca Cola, buka inspirasi pembuatannya). Belum paham kalau alasan rokok ikut ilang.
Is it just me, atau memang scene di james corden ada yg didelete ya?
Posting Komentar