KOKI-KOKI CILIK 2 (2019)
Rasyidharry
Juni 28, 2019
Adhiyat Abdulkhadir
,
Christian Sugiono
,
Comedy
,
Drama
,
Farras Fatik
,
Indonesian Film
,
Kimberly Ryder
,
Lumayan
,
REVIEW
,
Ringgo Agus Rahman
,
Vera Varidia
,
Viva Westi
2 komentar
Dua minggu terakhir merupakan waktu
yang mengasyikkan bagi film anak. Setelah Doremi
& You menebar kebahagiaan lewat musikal, kini giliran Koki-Koki Cilik 2 menyuguhkan sekuel sedap.
Walau kali ini aktivitas memasak bagai hanya hidangan pendamping, drama
keluarga yang melibatkan jajaran penampil serta karakter baru, bertindak selaku
menu utama yang berhasil meluluhkan hati.
Bima (Farras Fatik) dan
teman-temannya kembali berkumpul, berencana mengadakan reuni di Cooking Camp
dua tahun selepas peristiwa film pertama, hanya untuk menemukan bahwa tempat
itu sudah ditutup setelah komentar miring dari Evan (Christian Sugiono), seorang
mantan chef sekaligus pemilik restoran ternama, mengakibatkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap Cooking Camp yang sekarang dikelola Chef Grant
(Ringgo Agus Rahman).
Cukup aneh ketika anak-anak tidak
tahu perihal penutupan lokasi seterkenal Cooking Camp, yang juga mempunyai
tempat di hati mereka. Setidaknya para orang tua pasti mendengar kabar itu.
Alhasil, berangkat dengan penuh suka cita, mereka disambut kamp kosong dan Chef
Grant—dengan jenggot palsu jelek—yang kehilangan semangatnya.
Di tengah situasi tersebut,
datanglah Adit (M Adhiyat) bersama tantenya, Adel (Kimberly Ryder). Adit boleh
berusia paling muda, tapi kemampuan memasaknya luar biasa. Sayang, kesan
pertamanya di mata anak-anak Cooking Camp kurang baik. Bima dan teman-teman
menganggap Adit arogan.....sampai masakan si bocah menyentuh lidah.
Terpukau oleh masakannya, Adit pun
diajak turut bergabung dalam usaha food
truck yang dirintis guna membangkitkan Cooking Camp. Dari situlah
pelan-pelan Adit merasa dicintai, suatu hal yang jarang ia temukan, mengingat
ia senantiasa jadi korban perundungan di sekolah, pun kurang dekat dengan sang
ayah.
Paruh awal Koki-Koki Cilik 2 sebenarnya tidak berjalan mulus. Perubahan hati
dan sikap Adit terjadi begitu cepat, plus naskah buatan Vera Varidia (Me vs Mami, Surat Cinta untuk Kartini,
Koki-Koki Cilik) terlalu banyak menebar konflik. Tentu di saat anak-anak
membuat bisnis makanan bersama, masalah bakal kerap terjadi, namun bukan
berarti film ini mesti menyediakan gesekan dan/atau pertengkaran baru tiap
beberapa menit.
Tapi setelah drama utamanya
mengambil alih, Koki-Koki Cilik 2
mulai menemukan pijakan, bahkan membuat saya terenyuh oleh tuturannya. Ada satu
titik balik khusus yang amat berkesan, yakni tatkala Adit kehilangan kontrol
emosi akibat sikap salah satu pengunjung food
truck, dan Adel berusaha menenangkan sang keponakan dengan berkata, “Adit
anak baik”.
Terasa emosional berkat aura keibuan hangat dari Kimberly
ditambah bagaimana adegan tersebut memotret kasih sayang melalui kata-kata
sederhana. Makin bermakna setelah latar belakang Adit digali lebih jauh, yang
juga diikuti dua kejutan. Kejutan pertama mudah diprediksi, sementara yang kedua,
biarpun mengejutkan, agak bermasalah karena melibatkan insiden masa lalu, yang
secara logika, mustahil dilupakan karakternya. Di luar masalah itu, keberadaannya
efekif menambah bobot rasa. Salah satunya berkat penampilan paling solid
sepanjang karir Christian Sugiono, juga M. Adhiyat yang sekali lagi membuktikan
diri berpotensi menjadi aktor dengan sensibilitas tinggi di masa depan.
Mengedepankan Adit, porsi Bima pun
berkurang jauh, yang mana patut disayangkan setelah kita melalui banyak hal
bersamanya di film pertama. Tapi paling tidak, Koki-Koki Cilik 2 mampu membayarnya lunas dengan menciptakan ikatan
kuat di antara para bocah. Teramat kuat, air mata bisa saja menetes sewaktu
melihat mereka bicara hati ke hati, berpelukan, kemudian melakukan “ritual
transfer energi”.
Terselip pula pesan anti-bullying selaku bumbu penyedap, yang
walau takarannya minim, tetap meninggalkan dampak besar. Orang tua akan
memperoleh materi penting untuk diajarkan, yaitu tentang efek perundungan yang
masih bisa, atau bahkan baru dirasakan jauh di masa depan.
Mengambil alih tugas penyutradaraan,
Viva Westi (Rayya, Cahaya di Atas Cahaya,
Jenderal Soedirman) mungkin belum sejago Ifa Isfansyah dalam
mempresentasikan makanan guna membuatnya nampak sedap dengan mengeksplorasi
detail tekstur. Tapi kekurangan itu juga dipengaruhi variasi masakan yang
dipilih, juga fakta bahwa naskahnya tidak menyelipkan adegan memasak sebanyak
film pertama. Lain cerita jika membahas penghantaran rasa, di mana sang
sutradara menerapkan dramatisasi secukupnya sehingga sukses menjadikan Koki-Koki Cilik 2 sebuah film keluarga
yang demikian hangat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Jangan lupakan alifa lubis mas. Sakit itu bocah 😂 tiap dia mulai ngomong pengen ketawa terus. Saya nonton ini karena suka banget sama serunya persahabatan bima dan kawan2. Chemistrynya kuat banget,kayak udah sahabatan lama. Gak keberatan kalau misalnya ada film ketiga asal masih tetep seseru dan seceria film pertama dan kedua,dan alumini cooking camp 2017 masih jadi pemain.
Alifa.....bersinar selalu
Posting Komentar