PINTU MERAH (2019)

13 komentar
REVIEW INI MENGANDUNG SPOILER!
Pintu Merah bukan tipikal horor yang langsung angkat tangan perihal eksplorasi ide lalu membiarkan ketiadaan plot plus jump scare murahan mengambil alih. Memiliki lima penulis naskah (termasuk sang sutradara, Noviandra Santosa), film ini jelas mencurahkan daya upaya dalam usahanya membangun misteri, walau akhirnya kelemahan eksekusi di banyak departemen berujung menghasilkan produk akhir yang belum sesuai harapan.

Protagonisnya bernama Aya (Aura Kasih), wartawan yang atas perintah atasan, harus menulis artikel mengenai penemuan mayat di hutan. Awalnya Aya terpaksa, sampai ia menyadari bahwa: 1) Kasus serupa telah berulang kali terjadi selama bertahun-tahun; dan 2) Ini merupakan pembunuhan berantai. Berambisi membuktikan diri, Aya nekat menginvestigasi kasus itu sendirian meski mendapat tentangan dari rekannya, Leo (Cornelio Sunny).

Penyelidikan Aya membawanya ke rumah sakit tua yang diyakini punya peranan penting dalam rangkaian pembantaian tersebut. Rumah sakit ini sudah ditelantarkan selama 10 tahun, tidak terawat, namun saat Aya memasuki sebuah pintu merah, ia menemukan pemandangan mencengangkan. Bangunan terbengkalai itu kini kembali baru. Kemudian, Aya pun bertemu Alex (Miller Khan), mantan karyawan rumah sakit yang tak bisa mengingat kenapa ia berada di situ.

Ada kejanggalan. Konon, Aya adalah jurnalis kritis jago analisis. Dia berteori bahwa si pelaku pembunuhan berantai sedang bersembunyi di rumah sakit. Jadi, kenapa Aya mau semudah itu mempercayai pria tak dikenal yang melontarkan banyak pengakuan ambigu? Saya rasa keengganan sang bos menaruh kepercayaan pada Aya merupakan keputusan tepat.

Berusaha mencari jalan keluar, Aya dan Alex justru terkejut kala menyadari keduanya terjebak di sebuah loop. Tidak peduli berapa kali menuruni anak tangga, mereka selalu kembali di lantai yang sama. Penceritaannya—walau kerap terasa jumpy dan mengalir tak semulus sebuah long take apik selaku penggambaran loop yang karakternya lalui—melahirkan misteri berdosis memadai guna menyulut keingintahuan.

Menyenangkan pula melihat bagaimana di debutnya, Noviandra Santosa berani menekan pemakaian jump scare, menyelipkannya hanya di momen yang benar-benar perlu (mayoritas dialokasikan bagi klimaks). Di luar sesosok bayangan hasil kreasi CGI, desain hantu Pintu Merah pun cukup solid, dari wajah-wajah menyeramkan di dinding, hingga figur bertopeng di paruh akhir. Sayang, bukan cuma jump scare klise saja yang dikesampingkan Noviandra bersama tim penulisnya, melainkan teror secara keseluruhan.

Proses penyelidikan Aya berlangsung datar akibat minimnya urgensi, sewaktu kedua protagonis kita amat jarang menemukan ancaman berarti. Keduanya sekadar berputar-putar, menemui keanehan-keanehan yang tak sampai mengancam keselamatan, menyulitkan timbulnya kekhawatiran akan nasib mereka. Diperparah lagi dengan akting buruk Miller Khan dan Aura Kasih, yang bicara layaknya dua orang baru melakukan meditasi. Kalem, tenang, dingin, datar. Tidak ada tanda-tanda kalau nyawa mereka dalam bahaya.

Menjelang akhir, Pintu Merah mulai menderita penyakit khas horor kita (atau horor medioker di seluruh dunia), yakni klimaks miskin intensitas yang ditutup terlalu cepat, dan menempuh jalur malas guna menjawab misterinya. “Semua ini peristiwa mistis” seolah jadi mantera ampuh sewaktu penulis naskah horor kehabisan ide tentang cara “membungkus” alur. Andai saja Noviandra bersedia menambah kadar penerangan, Pintu Merah mungkin bakal mempunyai beberapa adegan disturbing di babak ketiganya. Namun serupa elemen lain, potensi itu terkubur oleh lemahnya eksekusi.  

13 komentar :

Comment Page:
Mofan Rizaldi mengatakan...

Kirain bagus bang ... Soalnya come crib review-nya lumayan😁

Anonim mengatakan...

Ga review suwung bang?

Gre mengatakan...

Mas Rasyid, maaf spolier gak ya kalau nanya,disegi apa bedanya Evengers end game extented dengan versi sebelumnya ? Worth it? Matur Nuwun.

Rasyidharry mengatakan...

Emang nggak sampah kok. Kalau mereka udah terlanjur suudzon dulu sih. Terkejut jadinya pas tahu filmnya nggak busuk πŸ˜‚

Rasyidharry mengatakan...

Nggak ah, nanti ikut suwung beneran

Rasyidharry mengatakan...

Bukan extended sebenernya. Cuma ada tambahan fitur (sambutan sutradara, tribute stan lee, deleted scene yang belum kelar). Nggak terlalu kecuali die hard fans

Unknown mengatakan...

Trauma ya Mas nuntun film model beginian..

Sumpah gw trauma, soalnya dari posternya aja model² Wahana Rumah Hantu, ahahahhaha..

Jiaaaah, Wahana Rumah Hantu lagi aje.. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Gre mengatakan...

Oke Mas Rasyid. Makasih bocorannya

Umar mengatakan...

Bang, review Koboy Kampus gak?

jazzeldiyast mengatakan...

Ini nonton dmn mas kok di bioskop XXI g ada

Rasyidharry mengatakan...

Kan tayang 20 Juli kemaren. Paling lama juga seminggu di bioskop karena sepi

jazzeldiyast mengatakan...

Waduh sayang banget

Unknown mengatakan...

Mau download dimana?