SAY I LOVE YOU (2019)

6 komentar
Tabiat buruk film yang coba menginspirasi adalah pengaplikasian gaya bicara motivator, berupa kegemaran melemparkan kalimat-kalimat mutiara, sekalipun dalam situasi santai macam obrolan kasual. Dan di Say I Love You, karakternya bahkan mengenakan pakaian bertuliskan kalimat motivasi seperti “Achieve your dream”, “Fight like a lion”, dan sebagainya.

Merupakan karya penyutradaraan pertama sinematografer Faozan Rizal selama tujuh tahun setelah kesuksesan Habibie & Ainun, film ini terinspirasi dari cerita nyata soal SMA Selamat Pagi Indonesia di Batu, Malang. Sebuah sekolah gratis bagi anak yatim piatu dan tidak mampu yang didirikan oleh Julianto Eka Putra alias Koh Jul (Verdi Solaiman), pengusaha sukses yang doyan meneriakkan jargon motivasional di hadapan murid-murid. Kalau adegan filmnya sering tampak bak forum MLM, wajar saja, sebab ia pun pendiri bisnis MLM Harmoni Dinamik Indonesia (HDI).

Tapi saya takkan membahas MLM. Ada banyak masalah mendasar dengan urgensi lebih besar terjadi di sini. Ketidakmulusan laju penceritaan misalnya. Gerakan alurnya kasar, melompat-lompat, pun sesekali bagai disusun dalam urutan yang keliru sehingga menciptakan lubang. Contohnya saat kedua tokoh utama, Sayydah (Rachel Amanda) dan Sheren (Dinda Hauw) mendaftar di lomba karya ilmiah, di mana murid-murid sekolah lain bertanya (dengan nada menyindir) mengapa murid SMA SPI belajar di luar kelas. Masalahnya, metode pembelajaran unik tersebut baru diutarakan Koh Jul beberapa saat selepas adegan di atas.

Elemen mengesalkan lain yaitu penggunaan voice over berlebihan di beberapa menit awal. Kita mendengar suara Sheren mendeskripsikan hal-hal non-substansial, seolah filmnya kurang percaya diri pada kemampuannya bercerita, atau lebih parah lagi, meremehkan inteligensi penonton.

Sejatinya, Say I Love You menyimpan potensi memadai untuk menggerakkan hati tanpa perlu menyelipkan kalimat motivasional. Kisahnya merangkum bagaimana siswa-siswi SMA SPI bertransformasi menjadi individu kreatif nan berprestasi dari pembuat masalah yang kerap mabuk dan teler di jam pelajaran. Begitu nakal mereka, salah satu guru, Pak Didik (Butet Kartaredjasa) memutuskan berhenti mengajar.

Bukan Pak Didik saja yang pergi, sebab Pak Ahiat (Teuku Rifnu Wikana) si guru galak pun menghilang di pertengahan durasi sebelum muncul kembali jelang akhir tanpa penjelasan pasti. Bedanya, “kasus” Pak Ahiat ini bukan salah satu bentuk konflik, melainkan kebingungan duo penulis naskah, Alim Sudio (99 Cahaya di Langit Eropa, Kuntilanak) dan Endik Koeswoyo (Kesurupan Setan, MeloDylan) memberinya peran seiring masuknya Koh Jul. Alhasil, mereka memilih sepenuhnya membuang Pak Ahiat yang malang.

Tapi tidak semua murid bermasalah. Sheren dan Sayydah merupakan contoh positif. Mereka sopan, berprestasi, rajin, dan menggantungkan mimpi besar yang akhirnya memotori semangat murid lain. Awalnya dua siswi ini menderita akibat ketidakpedulian teman-temannya. Beruntung, semenjak Koh Jul turun tangan dan menerapkan pendekatan bersahabat, mereka mulai menurut, meski perubahan sikap itu terjadi luar biasa tiba-tiba. Hanya lewat beberapa aktivitas  singkat seperti memasak bersama, deretan super anak nakal yang dipimpin Robet (Aldy Maldini) bukan cuma luluh, bahkan kompak menirukan jargon motivasi Koh Jul. Seolah mereka dicuci otak layaknya para pelaku bisnis......ah sudahlah. 

Beberapa pemainnya tampil baik hingga kerap menolong filmya. Rachel berakting solid, pula Dinda, walau aksen Jawanya terdengar seperti hasil menimba ilmu dari FTV. Tapi Verdi Solaiman adalah MVP film ini. Biarpun karakter Koh Jul tak ubahnya vending machine kalimat motivasional, sang aktor menyuntikkan emosi kuat, menghembuskan hati, menjadikan Koh Jul jiwa dari Say I Love You, sekaligus membuat saya bersimpati, juga mempercayai niat baiknya.

Segala perjalanan terjal orang-orang SMA Selamat Pagi Indonesia berpuncak di klimaks ketika para murid menyelenggarakan pertunjukan berjudul Blaze of Glory, yang mencampurkan musikal, aksi sulap, dan banyak penampilan seni lain. Terdengar menarik nan meriah, namun sayangnya sekuen puncak tersebut ditangkap oleh penataan kamera seadanya (ironis, sebab sang sutradara adalah sinematografer kelas satu) yang tidak lebih baik dibanding iklan Dufan. Alhasil, ketika hasil kerja keras karakternya semestinya menyentuh, saya justru dibuat bosan.

6 komentar :

Comment Page:
sammuhtad mengatakan...

Demen chinese movie ga gan? Da film judulnya An Elephant Sitting Still... Penasaran. RT ngasih 95% Metacritic ngasih 86 IMDB 7,9

Dera mengatakan...

"Kalau adegan filmnya sering tampak bak forum MLM, wajar saja, sebab ia pun pendiri bisnis MLM Harmoni Dinamik Indonesia (HDI). Tapi saya takkan membahas MLM."

wkwkwk

Anonim mengatakan...

Apakah film ini marketing MLM terselubung ? Awokawokawok !

Bentar
... Film 5 cewek jagoan bikin anggy umbara batal atau apa ? Kok dari tahun lalu gk muncul. Padahal 5 cowok jagoan lumayan menghibur

Rasyidharry mengatakan...

Soalnya 5 Cowok nggak laku. Mungkin juga ada pengaruh salah satu cast yang sekarang berjilbab

Yuyun mengatakan...

bingung nonton ini atau anak muda palsu . ada saran nggak mas?

Rasyidharry mengatakan...

Nggk nonton Anak Muda Palsu, tapi tergantung, selama ini cocok/nggak sama guyonan macam di Uang Panai