SAY I LOVE YOU (2019)
Rasyidharry
Juli 01, 2019
Aldy Maldini
,
Alim Sudio
,
Butet Kartaredjasa
,
Dinda Hauw
,
Drama
,
Endik Koeswoyo
,
Faozan Rizal
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Rachel Amanda
,
REVIEW
,
Teuku Rifnu Wikana
,
Verdi Solaiman
6 komentar
Tabiat buruk film yang coba
menginspirasi adalah pengaplikasian gaya bicara motivator, berupa kegemaran
melemparkan kalimat-kalimat mutiara, sekalipun dalam situasi santai macam obrolan
kasual. Dan di Say I Love You, karakternya
bahkan mengenakan pakaian bertuliskan kalimat motivasi seperti “Achieve your dream”, “Fight like a lion”, dan sebagainya.
Merupakan karya penyutradaraan
pertama sinematografer Faozan Rizal selama tujuh tahun setelah kesuksesan Habibie & Ainun, film ini
terinspirasi dari cerita nyata soal SMA Selamat Pagi Indonesia di Batu, Malang.
Sebuah sekolah gratis bagi anak yatim piatu dan tidak mampu yang didirikan oleh
Julianto Eka Putra alias Koh Jul (Verdi Solaiman), pengusaha sukses yang doyan
meneriakkan jargon motivasional di hadapan murid-murid. Kalau adegan filmnya
sering tampak bak forum MLM, wajar saja, sebab ia pun pendiri bisnis MLM
Harmoni Dinamik Indonesia (HDI).
Tapi saya takkan membahas MLM. Ada
banyak masalah mendasar dengan urgensi lebih besar terjadi di sini. Ketidakmulusan
laju penceritaan misalnya. Gerakan alurnya kasar, melompat-lompat, pun sesekali
bagai disusun dalam urutan yang keliru sehingga menciptakan lubang. Contohnya
saat kedua tokoh utama, Sayydah (Rachel Amanda) dan Sheren (Dinda Hauw)
mendaftar di lomba karya ilmiah, di mana murid-murid sekolah lain bertanya
(dengan nada menyindir) mengapa murid SMA SPI belajar di luar kelas.
Masalahnya, metode pembelajaran unik tersebut baru diutarakan Koh Jul beberapa
saat selepas adegan di atas.
Elemen mengesalkan lain yaitu
penggunaan voice over berlebihan di
beberapa menit awal. Kita mendengar suara Sheren mendeskripsikan hal-hal
non-substansial, seolah filmnya kurang percaya diri pada kemampuannya
bercerita, atau lebih parah lagi, meremehkan inteligensi penonton.
Sejatinya, Say I Love You menyimpan potensi memadai untuk menggerakkan hati
tanpa perlu menyelipkan kalimat motivasional. Kisahnya merangkum bagaimana
siswa-siswi SMA SPI bertransformasi menjadi individu kreatif nan berprestasi
dari pembuat masalah yang kerap mabuk dan teler di jam pelajaran. Begitu nakal
mereka, salah satu guru, Pak Didik (Butet Kartaredjasa) memutuskan berhenti
mengajar.
Bukan Pak Didik saja yang pergi, sebab
Pak Ahiat (Teuku Rifnu Wikana) si guru galak pun menghilang di pertengahan
durasi sebelum muncul kembali jelang akhir tanpa penjelasan pasti. Bedanya, “kasus”
Pak Ahiat ini bukan salah satu bentuk konflik, melainkan kebingungan duo
penulis naskah, Alim Sudio (99 Cahaya di
Langit Eropa, Kuntilanak) dan Endik Koeswoyo (Kesurupan Setan, MeloDylan) memberinya peran seiring masuknya Koh
Jul. Alhasil, mereka memilih sepenuhnya membuang Pak Ahiat yang malang.
Tapi tidak semua murid bermasalah. Sheren
dan Sayydah merupakan contoh positif. Mereka sopan, berprestasi, rajin, dan
menggantungkan mimpi besar yang akhirnya memotori semangat murid lain. Awalnya
dua siswi ini menderita akibat ketidakpedulian teman-temannya. Beruntung,
semenjak Koh Jul turun tangan dan menerapkan pendekatan bersahabat, mereka
mulai menurut, meski perubahan sikap itu terjadi luar biasa tiba-tiba. Hanya lewat beberapa aktivitas singkat seperti memasak bersama, deretan super anak nakal yang dipimpin Robet (Aldy Maldini) bukan cuma luluh, bahkan kompak menirukan jargon motivasi Koh Jul. Seolah mereka dicuci otak layaknya para pelaku bisnis......ah sudahlah.
Beberapa pemainnya tampil baik
hingga kerap menolong filmya. Rachel berakting solid, pula Dinda, walau aksen
Jawanya terdengar seperti hasil menimba ilmu dari FTV. Tapi Verdi Solaiman
adalah MVP film ini. Biarpun karakter Koh Jul tak ubahnya vending machine kalimat motivasional, sang aktor menyuntikkan emosi
kuat, menghembuskan hati, menjadikan Koh Jul jiwa dari Say I Love You, sekaligus membuat saya bersimpati, juga mempercayai
niat baiknya.
Segala perjalanan terjal
orang-orang SMA Selamat Pagi Indonesia berpuncak di klimaks ketika para murid
menyelenggarakan pertunjukan berjudul Blaze
of Glory, yang mencampurkan musikal, aksi sulap, dan banyak penampilan seni
lain. Terdengar menarik nan meriah, namun sayangnya sekuen puncak tersebut
ditangkap oleh penataan kamera seadanya (ironis, sebab sang sutradara adalah
sinematografer kelas satu) yang tidak lebih baik dibanding iklan Dufan.
Alhasil, ketika hasil kerja keras karakternya semestinya menyentuh, saya justru
dibuat bosan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Demen chinese movie ga gan? Da film judulnya An Elephant Sitting Still... Penasaran. RT ngasih 95% Metacritic ngasih 86 IMDB 7,9
"Kalau adegan filmnya sering tampak bak forum MLM, wajar saja, sebab ia pun pendiri bisnis MLM Harmoni Dinamik Indonesia (HDI). Tapi saya takkan membahas MLM."
wkwkwk
Apakah film ini marketing MLM terselubung ? Awokawokawok !
Bentar
... Film 5 cewek jagoan bikin anggy umbara batal atau apa ? Kok dari tahun lalu gk muncul. Padahal 5 cowok jagoan lumayan menghibur
Soalnya 5 Cowok nggak laku. Mungkin juga ada pengaruh salah satu cast yang sekarang berjilbab
bingung nonton ini atau anak muda palsu . ada saran nggak mas?
Nggk nonton Anak Muda Palsu, tapi tergantung, selama ini cocok/nggak sama guyonan macam di Uang Panai
Posting Komentar