REVIEW - MANK

2 komentar

Citizen Kane (1941) punya reputasi sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. Menempati posisi kedua dalam dua daftar (versi kritikus dan sutradara) film terbaik sepanjang masa pada pemungutan suara yang diadakan majalah Sight & Sound tiap dekade, pun mengangkangi The Godfather (1972) saat memuncaki daftar AFI's 100 Years...100 Movies (10th Anniversary Edition), merupakan beberapa contoh pengakuan yang didapat debut penyutradaraan Orson Welles tersebut. Reputasi itu diketahui, bahkan oleh mereka yang belum menontonnya.

Tapi di luar kalangan pecinta film garis keras, mungkin sangat sedikit yang pernah mendengar polemik terkait pemberian kredit penulis naskah, yang sempat diangkat di esai kontroversial berjudul Raising Kane buatan kritikus Pauline Kael, yang dipublikasikan pada 1971. Disebutkan, bahwa meski memperoleh kredit, sejatinya Orson Welles sama sekali tak terlibat dalam proses penulisan naskah. Kasus itu jadi landasan Mank, yang naskahnya dibuat oleh mendiang Jack Fincher, ayah David Fincher, yang bertindak selaku sutradara film ini. Walau mendominasi paruh akhir kisah, bukan kasus itu yang mendominasi alur, melainkan elemen yang lebih mendasar lagi, yakni tentang kebusukan sistem studio Hollywood di era Golden Age, khususnya terkait unsur politis dan represi terhadap jajaran non-eksekutif.

Mank merupakan salah satu karya paling stylish dari Fincher. Sinematografi hitam putih garapan Erik Messerschmidt (Gone Girl) yang terasa autentik lengkap dengan efek glitch di beberapa bagian; orkestra garapan duet langganan Fincher, Trent Reznor dan Atticus Ross, yang menjadikan tiap sudut kisah bak peristiwa paling dramatis nan luar biasa yang pernah umat manusia saksikan; tata suara yang seolah mengajak penonton menghadiri pesta mewah penuh benda-benda antik dan sosok-sosok cantik. Mank terasa seperti sesuatu yang dibuat oleh sang penulis tituler di masa 1930an sampai 1940an. Bahkan teks yang menjelaskan lokasi dan waktu suatu peristiwa, dikemas layaknya scene heading sebuah naskah.

Herman “Mank” Mankiewicz (Gary Oldman) adalah sosok yang akan disebut orang-orang sebagai “loose cannon”. Dia berbuat semaunya, gemar berjudi, seorang alkoholik, dan tak pernah menyaring kata-kata dari mulutnya. Mank lebih mirip rockstar ketimbang penulis naskah film. Oldman memainkannya dengan kepercayaan diri, yang menguatkan nuansa tragedi seiring meredupnya karir Mank. Dia menjadi pemabuk tanpa pekerjaan, namun tetap mempertahankan attitude tersebut. Performa yang menggaransi nominasi Oscar ketiga bagi Oldman.

Serupa Citizen Kane, Mank menerapkan gaya bertutur non-linear, bergerak maju-mundur antar masa (mayoritas tahun 1930 dan 1940), menjabarkan bagaimana seorang penulis top berujung dialineasi. Pertama kali kita bertemu Mank, ia baru saja mengalami kecelakaan mobil, membuatnya harus berbaring di ranjang, di sebuah rumah di lokasi terpencil. Fräulein Frieda (Monika Gossmann) dan Rita Alexander (Lily Collins) bertugas merawat sekaligus membantu Mank, yang harus menyelesaikan naskah Citizen Kane dalam 60 hari.

Naskah Mank terinspirasi dari penerbit surat kabar ternama, William Randolph Hearst (Charles Dance dalam penampilan intimidatif). Metode non-linear yang film ini pakai nyatanya efektif menjelaskan, kenapa Mank, yang awalnya berteman baik, berujung menuangkan keburukan Hearst. Apalagi, sebagai pelaku industri yang berpengalaman, Mank tahu betul risiko yang menanti apabila melawan para pemegang kekuasaan.

Semakin dua linimasanya bersinggungan, semakin jelas pula isi hati dan pikiran protagonisnya, seiring kita menyaksikannya menghadapi jajaran eksekutif studio MGM, hingga menyadari betapa sistem yang ada berlawanan dengan prinsipnya. Mengambil latar di mana propaganda secara gamblang kerap diselipkan dalam film, Mank juga tak ragu menyentuh elemen politik. Saat itu pemilihan Gubernur California makin dekat. Alhasil saling serang antara kandidat jadi pemandangan sehari-hari. Mank mendukung perwakilan Partai Demokrat, sedangkan pihak studio berada di belakang kampanye calon Partai Republik. Sebagai strategi kampanye negatif, MGM membuat dokumenter palsu guna menjatuhkan pihak Demokrat. “Writer is more of a menace to an unsuspecting public than a party hack”, ucap Mank kala mengetahui rencana tersebut.

Itulah yang hendak Mank gambarkan. Sifat film sebagai medium manipulasi, sebagaimana Charles Foster Kane melalui surat kabarnya. Didasari naskah sang ayah, David Fincher (masih seorang ahli perihal merangkai film berdinamika tinggi) mampu menuturkan hal di atas secara menghibur. Beberapa momen witty, yang kebanyakan lahir dari tuturan verbal, dihadirkan. Salah satu yang akan terus saya ingat, adalah sewaktu Mank dan tim penulisnya menghadap ke David O. Selznick (Toby Leonard Moore) selaku eksekutif di Paramount guna melaporkan progres naskah terbaru. Tapi mereka, yang lebih gemar memasang taruhan konyol daripada menulis, belum menyelesaikannya. Jadilah para penulis itu, saling bersahutan, mengimprovisasi sebuah horor monster kelas B khas Universal.

Biarpun demikian, Mank tetap bukan tontonan semua kalangan. Agar mendapatkan pemahaman menyeluruh, penonton harus mengetahui beberapa fakta terkait sejarah Golden Age Hollywood. Minimal menonton Citizen Kane, walau sejatinya, itu saja belum cukup.

Oldman memang bintang paling terang di film ini, namun nama-nama lain pun turut bersinar. Tuppence Middleton memberikan interpretasi kaya saat memerankan istri Mank, Sara, yang dipanggil “Poor Sara” oleh sang suami, karena Mank tahu betapa adiksi-adiksi dan tendensinya terlibat dalam platonic affair kerap membuat istrinya sakit kepala. Sara tetap menjadi figur penyayang, tapi tidak submisif. Sorot mata maupun gesturnya lembut tapi pasti, karena Sara tahu betul apa yang ia mau. “I have to stick around to see how it turns out”, ucapnya di depan Mank yang terpuruk.

Bicara soal platonic affair, salah satu “gadis Mank” adalah Marion Davies (Amanda Seyfried), aktris sekaligus kekasih Hearst. Seyfried, dalam salah satu penampilan terbaik sepanjang karirnya, memiliki pesona khas bintang Golden Age. Berkilau di layar, selalu tampak anggun nan elegan, namun sejatinya menyembunyikan luka dan kerapuhan. Mungkin itulah harga yang harus dibayar pelaku industri. Memalsukan diri. Mank menolak melakukan itu.


Available on NETFLIX

2 komentar :

Comment Page:
drstrangemdphd mengatakan...

Mantap reviewnya,
Kapan review tenet bang?

Satria wibawa mengatakan...

Fix oldman sama seyfried duduk manis di nominasi Oscar 2021 😌