REVIEW - DEAR COMRADES!

Tidak ada komentar

Film sebagai kritik atas represi keji pemerintah terhadap rakyat sudah banyak berseliweran, namun perwakilan Rusia di ajang Academy Awards 2021 ini, menghadirkan pendekatan berbeda dibanding sesamanya. Sudut pandang bukan berasal dari korban (baca: rakyat jelata), melainkan bagian dari penguasa, yang awalnya turut serta membungkam, sebelum hal menjadi terlalu personal sehingga membuka matanya akan realita.

Dear Comrades! mengangkat kisah nyata pembantaian di Novocherkassk pada 2 Juni 1962, yang terjadi di tengah demonstrasi buruh pabrik lokomotif, akibat melonjaknya harga pangan sekaligus perintah meningkatkan kuota produksi tanpa penambahan upah. Tragedi ini ditutupi selama 30 tahun, sebelum akhirnya diungkap pasca keruntuhan Uni Soviet. Andrei Konchalovsky, yang menyutradarai sekaligus menulis naskah (bersama Elena Kiseleva), menuturkan peristiwa tersebut dari kacamata Lyuda (Julia Vysotskaya), anggota dewan kota, sekaligus loyalis Stalin.

"Apakah Uni Soviet bisa kelaparan?!", tegasnya kepada salah satu teman, yang mengkhawatirkan kesejahteraan masyarakat setelah harga makanan melambung. Lyuda begitu meyakini kedigdayaan Soviet. Sebagaimana pilihan visual filmnya, kekolotan sang protagonis diperlihatkan lewat sudut pandangnya kepada dunia, yang cenderung hitam putih. "It all made sense then. Who is an enemy and who is one of ours", kata Lyuda kala menanggapi perilaku puterinya, Svetka (Yuliya Burova).  

Berlawanan dengan Lyuda, Svetka yang bekerja di pabrik lokomotif meyakini pentingnya demokrasi dan kebebasan berbicara. Ketika Svetka turut serta dalam aksi mogok kerja kemudian demokrasi, Lyuda kebingungan. Bukankah penentang keputusan negara adalah musuh? Bukankah musuh berasal dari pihak luar? Bagaimana mungkin puterinya adalah musuh, padahal Lyuda merupakan pelayan negara yang setia? Semua itu tidak mampu ia proses. 

Sewaktu demonstrasi memuncak, tanpa Lyuda ketahui, pemerintah pusat memerintahkan tentara dan penembak jitu KGB, menumpahkan timah panas ke arah para demonstran. Sekitar 80 orang tewas, namun Lyuda tak bisa menemukan keberadaan puterinya. Di antara kekacauan dan kondisi kota yang diblokade, Lyuda berusaha mencari Svetka, tapi ia malah menemukan hal lain, yaitu fakta bahwa negara serta pemerintah yang selama ini kukuh ia bela, nyatanya begitu sewenang-wenang. 

Salah satu momen paling mencengangkan (meski sebenarnya tidak mengagetkan) adalah saat beberapa anggota KGB berdiskusi mengenai identitas provokator demonstrasi. Tidak melalui penyelidikan mendetail. Mereka hanya melihat-lihat foto yang diambil oleh mata-mata, lalu menyilang wajah yang dianggap provokator. Atas dasar apa seseorang disebut provokator? Rupanya cuma dari hal-hal sepele, misal "Wajahnya terlihat keras". 

Dear Comrades! adalah proses karakter utama menyadari kesalahannya dalam melihat dunia. Di tangan Julia Vysotskaya, perubahan Lyuda tersaji memuaskan.  Secara meyakinkan, Vysotskaya menampilkan transformasi seorang wanita keras berpendirian teguh, menjadi sosok rapuh kala menyadari apa yang ia percaya mulai runtuh. Wajahnya yang dingin mulai dipenuhi teror, seperti bocah polos yang baru mempelajari kelamnya dunia nyata.

Konchalovsky menerapkan kombinasi warna hitam-putih ditambah rasio aspek 1.33 : 1, bukan semata demi keindahan visual (walau memang hasilnya demikian), juga untuk memperkuat intensitas. Penonton seolah dibuat merasakan sesak yang dialami para korban represi. Rasa sesak yang diakibatkan ketiadaan kebebasan, seolah ada mata yang terus mengawasi, dan jika seseorang ketahuan salah bicara sedikit saja, nyawa bisa melayang. 

Pemerintah berusaha menghapus pembantaian tersebut dari catatan sejarah, seperti darah di lokasi demonstrasi yang coba dihilangkan. Tatkala darah tersebut terus membekas, maka di atasnya, ditambahkanlah aspal baru. Kelam, tragis, tetapi Dear Comrades! menolak mengakhiri kisah dengan kepahitan total. Sebaliknya, kita malah diberikan harapan, berupa kesadaran manusianya, bahwa karena kondisi negeri sedang begitu buruk, maka mereka harus berusaha menjadi lebih baik.


Available on HULU

Tidak ada komentar :

Comment Page: