REVIEW - DETECTIVE CHINATOWN 3

1 komentar

"Such a grand opening!", seru Tang Ren (Wang Baoqiang), merujuk pada perkelahian di bandara, yang membuka Detective Chinatown 3 dengan kerusuhan menyenangkan berlatar lagu Welcome to Tokyo milik J Soul Brothers. Tapi mendengarnya sekarang, tepatnya hampir dua minggu selepas filmnya tayang perdana di Cina, kalimat tersebut turut mengingatkan pada keberhasilan film ini memecahkan rekor Avengers: Endgame, untuk "The biggest opening weekends in a single territory". Jaraknya tidak main-main. Sekitar $67 juta. Such a grand opening indeed. 

Setelah Bangkok dan New York di dua film pertama, kini giliran Tokyo yang disambangi oleh Qin Feng (Liu Haoran) dan Tang Ren (rencananya film keempat bakal bertempat di London). Mereka datang atas undangan Hiroshi Noda (Satoshi Tsumabuki), rival sekaligus rekan Qin Feng. Tentunya bukan undangan berwisata, melainkan memecahkan sebuah kasus pembunuhan. Watanabe (Tomokazu Miura) telah dituduh membunuh sesama bos mafia, Su Chaiwit (Hirayama Motokazu), kala keduanya bertemu untuk merundingkan kerja sama sekaligus gencatan senjata. 

Ketika para saksi memasuki TKP karena mendengar suara teriakan, selain mayat korban, hanya ada Watanabe yang memegang senjata pembunuhan. Pun cuma terdapat satu jalan untuk keluar dan masuk, yang mana dijaga ketat. Artinya, jika Watanabe bukan pelaku sesungguhnya, maka telah terjadi pembunuhan di ruang tertutup. Ketiga detektif kita pun melintasi berbagai area di Tokyo guna mencari petunjuk. Jelas tidak mudah. Kerap mengganggu jalannya penyelidikan adalah Tanaka Noki (Tadanobu Asano) si polisi ternama, juga Jack Jaa (Tony Jaa), anak buah Su Chaiwit sekaligus sesama detektif papan atas di aplikasi Crimaster, serupa Qin Feng dan Noda. 

Seperti biasa, jangan mengharapkan investigasi cerdas dalam seri Detective Chinatown. Naskahnya memperlakukan penyelidikan para detektif sebagai alat untuk terus menggerakkan petualangannya. Tidak ada petunjuk yang disebar agar penonton bisa turut serta memutar otak. Semua muncul secara acak dan mendadak, yang bahkan membuat installment pertamanya bak "film detektif sungguhan". Cukup duduk manis, ikuti arus, pasrah saja ke mana pun petualangan berskala besar penuh kerusuhan ini bakal membawa kita.

Kalau bisa melakukan itu, Detective Chinatown 3 bakal jadi hiburan menyenangkan. Sutradara Chen Sicheng yang menggerakkan filmnya dengan tenaga tinggi pun cukup berhasil memanfaatkan kehadiran Tony Jaa, baik selaku aktor laga seperti bisa melalui beberapa baku hantam solid, maupun selaku aktor komedi, yang merupakan pengalaman perdananya. Kapan lagi anda melihat seorang Tony Jaa ber-cosplay sebagai Maruko dari Chibi Maruko-chan

Chen masih mempertahankan kombinasi slapstick dan humor situasi absurd sebagai senjata mengocok perut penonton. Puncak kelucuannya tentu sekuen "kamar mayat", yang merupakan pengembangan dari sekuen "petak umpet" dari film pertama. Sementara Wang Baoqiang tampil tidak semenyebalkan sebelumnya (bagi beberapa penonton, mungkin malah perangai itulah elemen paling menghibur dari seri Detective Chinatown). Masih kerap melontarkan selorohan bodoh, namun dalam kadar normal. 

Selama 136 menit, terasa betul ambisi Chen untuk membuat karyanya ini sebesar mungkin. Skala produksinya tidak jauh dari blockbuster Hollywood, pun kemunculan tokoh-tokoh dari serialnya (bisa ditonton di iQiyi) merupakan perwujudan mimpi Chen membangun dunia layaknya MCU. Sayangnya, karena ambisi itu pula Chen merasa perlu menambah kuantitas elemen melodrama yang membuat babak ketiganya berlangsung berlarut-larut, sehingga kehilangan intensitas. Belum lagi momen cringey tatkala lagu Heal the World mengiringi festival kembang api di penghujung durasi. Chen perlu memperbaiki metode dramatisasinya. Setidaknya cameo seorang bintang besar di ending sebagai "the real big bad guy", membangkitkan ketertarikan saya menanti kelanjutan ambisi sang sineas.

1 komentar :

Comment Page:
Anon mengatakan...

Ditunggu review "Boss level" hehehee