REVIEW - THE CON-HEARTIST
Dibuat oleh duo penulis yang sama, Pattaranad Bhiboonsawade dan Thodsapon Thiptinnakorn (nama kedua juga menulis naskah SuckSeed, May Who?, dan Homestay), dalam The Con-Heartist mengalir DNA yang sama seperti Friend Zone (2019). Sebuah komedi romantis, di mana Pimchanok Luevisadpaibul alias Baifern, memerankan wanita cantik dengan tingkah yang (for lack of a better term) "kurang cantik". Tapi di situlah formula kunci merebut hati penonton.
Baifern memerankan Ina, yang melalui vlog bertajuk "Ina's Review", memberi tips bertahan hidup dengan kondisi finansial serba kekurangan. Dari mengambil tisu toilet kantor, cara menghemat bedak, sampai mengatur persediaan pisang berdasarkan warna, semua ditunjukkan oleh gadis yang 80% dari penghasilannya dipakai membayar cicilan dan hutang ini. Naskahnya menyediakan deretan skenario konyol, sutradara Mez Tharatorn (ATM: Er Rak Error, I Fine...Thank You Love You) piawai mengemas humor visual, namun tanpa totalitas Baifern "mempermalukan diri sendiri", opening-nya takkan seefektif itu menggaet perhatian penonton pada Ina.
Tidak hanya penonton, seorang penipu bernama Tower (Nadech Kugimiya) pun tertarik padanya. Bukan tertarik dalam konteks jatuh cinta (well, belum), melainkan tertarik melancarkan tipu daya, guna menguras isi tabungan Ina. Beruntung, berbekal pengalaman sebagai mantan pegawai bank, Ina mampu menggagalkan rencana Tower, bahkan memanfaatkannya untuk balas dendam. Target Ina tak lain adalah mantan pacarnya, Petch (Thiti Mahayotaruk).
Rupanya keuangan Ina yang kembang kempis diakibatkan perbuatan Petch, yang menipunya. Petch adalah tipe lintah, yang hidup dari hasil menguras tabungan wanita kaya yang berusia lebih tua. Bersama Tower, Ina berniat balas menipu Petch. Turut serta dalam rencana mereka adalah Nongnuch (Kathaleeya McIntosh), mantan guru Ina yang tengah kesulitan uang, dan Jone (Pongsatorn Jongwilak), kakak Tower yang juga seorang penipu ulung. Tentu pada akhirnya, benih asmara tumbuh di antara Ina dan Tower.
Sayangnya naskah The Con-Heartist kurang maksimal perihal membagi fokus tiga cabang penceritaan: aksi penipuan, romansa, pergolakan hati Ina. Elemen romansanya jadi korban. Kita hampir tidak disuguhi momen-momen intim nan manis, yang memperlihatkan bagaimana hubungan kedua tokoh utama berkembang secara bertahap. Kalau bukan berkat pesona individual Baifern dan Kugimiya, serta chemistry solid mereka, bakal sulit mempercayai percintaan karakternya.
Mengenai konflik batin Ina pun, di mana ia rendah diri akibat menganggap dirinya bodoh, tak mendapat eksplorasi memadai. Bedanya, kekurangan tersebut dibayar lunas oleh adegan "menusuk", yang dengan cerdik mengubah dampak Ina's Review, dari tempat bagi kita menertawakan kebodohan Ina, menjadi media penarik simpati. Andai dieksplorasi lebih lanjut, akan tampak bahwa The Con-Heartist sejatinya bukan sekadar cerita tentang "membalas perbuatan mantan", melainkan perjalanan seorang wanita menemukan nilai dirinya lagi, pasca mempertanyakan itu akibat kejahatan pria.
Terkait aksi tipu-menipunya, biarpun filmnya kurang cermat dalam menjabarkan rencana karakternya sehingga acap kali terdengar lebih rumit dari semestinya, mampu memberikan hiburan tingkat tinggi. Kemampuan humor-humornya memancing tawa, melalui gaya absurd khas komedi Thailand (khususnya GDH) tak perlu diragukan lagi. Terpenting, walau sarat kekonyolan, The Con-Heartist berhasil menjadikan tiap rintangan yang karakternya alami di tengah aksi, sekecil apa pun itu, sebagai sumber ketegangan.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar