REVIEW - ADIT SOPO JARWO: THE MOVIE

5 komentar

Mengingat serial televisinya semacam "jawaban" untuk Upin & Ipin, sebagaimana animasi negeri tetangga itu pula, sudah sepantasnya Adit Sopo Jarwo dibuatkan versi film panjang. Dibesut oleh Eki N. F selaku salah satu kreator serialnya bersama Hanung Bramantyo, Adit Sopo Jarwo: The Movie merupakan salah satu film animasi terbaik Indonesia, meski berkaca pada progres genrenya sejauh ini, sebutan "terbaik" sebenarnya tidak berarti banyak. 

Jika Upin & Ipin memakai pendekatan ala Doraemon terkait adaptasi layar lebar (cerita dengan skala lebih besar dibanding versi televisi, ditambah sentuhan fantasi), maka Adit Sopo Jarwo: The Movie memilih tetap menuturkan kisah sehari-hari. Karena ditayangkan di Disney+, dampaknya tidak begitu besar. Lain cerita bila di bioskop. Biarpun bukan harga mati, petualangan imajinatif berskala besar dapat memaksimalkan pengalaman menonton di layar lebar, khsususnya bagi anak-anak.

Mengambil latar cerita sebelum serialnya, film ini mengisahkan perjalanan Adit (Muzakki Ramdhan), yang berlibur ke Yogyakarta bersama kedua orang tuanya. Sesungguhnya Adit ingin liburan ke luar negeri (tepatnya Jepang) seperti teman-temannya, namun karena sang ayah (Hanung Bramantyo) baru mengalami PHK, rencana itu batal. Substansi naskah buatan Anto Malaya dan Beni Susanto memasukkan masalah PHK ayah sebenarnya patut dipertanyakan. 

Singkat cerita, berangkatlah Adit sekeluarga menaiki kereta. Sesampainya di stasiun Cirebon, Bunda (Musripah) yang tengah hamil tujuh bulan, mendadak sakit perut. Berniat membelikan biskuit untuk bundanya, Adit malah ketinggalan kereta, sebelum bertemu Sapo (Dharmawan Susanto) dan Jarwo (Ery Makmur), yang menolong Adit dengan harapan mendapat imbalan uang dari ayahnya. 

Tentu semua takkan berlangsung mulus. Perjalanan Cirebon-Yogyakarta yang mestinya bisa ditempuh kurang lebih lima jam dengan kereta api pun molor. Mayoritas masalah terjadi akibat Jarwo yang sering sok tahu, tidak sabar, dan melakukan hal-hal buruk seperti mencuri sepeda. Keburukan Jarwo itulah yang dijadikan pembelajaran film ini bagi penonton anak. Jauhi keburukan, harus sabar, jangan enggan menolong orang lain. Nilai-nilai kehidupan mendasar yang memang penting untuk diajarkan. 

Pun melihat dua pria dewasa berpenampilan bak preman menunjukkan kepedulian pada seorang bocah, jadi pemandangan menarik, sekaligus memberi pesan agar tidak menilai seseorang dari penampilan saja. Tapi ada masalah. Di serialnya, Sapo dan Jarwo adalah tetangga Adit. Biarpun bak preman, merupakan kewajaran saat bocah-bocah berinteraksi dengan mereka. Aman, apalagi karena kisahnya berlatar area perkampungan. Sedangkan di filmnya, menyaksikan anak sekecil Adit dengan nyaman, tanpa sedikitpun kecurigaan, menerima tawaran bantuan dari dua pria dewasa asing, meninggalkan kesan kurang baik. Bagaimana jika mereka ternyata penculik? Bagaimana jika ada anak mengalami nasib seperti Adit, kemudian datang orang asing menawarkan pertolongan, dan si anak berpikir, "Mungkin orang ini baik, kayak Bang Sapo dan Bang Jarwo"? 

Di luar itu, dalam bercerita, naskahnya juga sering memaksakan hadirnya konflik. Tengok sebuah "insiden" di Dieng, yang mungkin bakal memusingkan penonton dewasa, tatkala anak/adik/keponakan mereka bertanya, "Kok Adit kabur?". Sewaktu alur memasuki babak akhir pun, naskahnya merasa harus memperpanjang permasalahan, yang sejatinya tidak diperlukan, karena tidak memberi dampak apa pun, baik terkait emosi, maupun pesan.

Penuturan film ini memang tak semulus visualnya. Ya, satu-satunya elemen yang sepenuhnya memuaskan adalah kualitas animasinya. Terdapat beberapa rendering kurang halus, terutama ketika menerapkan gerak lambat, namun saya sering dibuat terpukau oleh presentasi visualnya, terlebih saat menampilkan pemandangan alam, dengan detail-detail yang tergarap apik. Ditambah performa maksimal jajaran pengisi suara, walau sedikit unggul dibanding kompatriotnya, Adit Sopo Jarwo: The Movie masih memiliki plus minus khas film animasi kita: naskah lemah dengan visual memuaskan.


Available on DISNEY+ HOTSTAR

5 komentar :

Comment Page:
Mukhlis mengatakan...



Kesalahan paling nggak nyaman di film ini, di 15 menit akhir filmnya, banyak banget yang kebetulan.
Mulai dari mereka Ternyata satu rumah sakit, sampai tugas pertamanya Ayah yang ke Jepang.

Saya tahu sih adegan-adegan tersebut dimasukkan fungsinya buat apa, cuma kayak berasa Maksa banget.
Coba endingnya lebih natural gitu, ketemu di lorong rumah sakit atau gimana, pasti lebih bagus.

Anonim mengatakan...

Review The Mitchells vs. The Machines bang. Saya udah nonton dan ternyata ((menurut saya)) bagus bgt hehe.

Salsabilla Zulfikar mengatakan...

Halo, nama saya SALSABILLA ZULFKAR memangsa hukuman di tangan kreditor palsu. Saya rugi sekitar Rp. 30.000.000 karena saya butuh modal besar Rp. 300.000.000 ,. Saya hampir mati, saya tidak punya tempat untuk pergi. Perdagangan saya hancur, dan dalam prosesnya saya kehilangan anak dan ibu saya. Saya tidak tahan dengan kejadian ini lagi. Minggu lalu saya bertemu dengan seorang teman lama yang mengundang saya kepada seorang ibu yang baik, Ms. KARINA ELENA ROLAND LOAN COMPANY, yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman sebesar Rp.500.000.000,00
Baik ibu, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih atas kerja keras Tuhan yang baik dalam hidup saya, dan semoga Tuhan terus memberkati ibu yang baik KARINA ROLAND dan teman saya. Saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberikan nasehat kepada orang Indonesia lainnya, bahwa mereka banyak penipu di luar sana, jadi jika Anda membutuhkan pinjaman dan keamanan dan siapa pun yang membutuhkan pinjaman harus cepat, hubungi KARINA ROLAND melalui email karinarolandloancompany @ gmail. com
Anda masih dapat menghubungi ibu nomor WhatsApp +1 (585) 708- 3478
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email: (salsabillazulfikar4@gmail.com). untuk informasi lebih lanjut.

OKTA MIRA mengatakan...

Saya memiliki skor kredit yang sangat rendah sehingga upaya saya untuk meminjam dari Bank ditolak. Saya bangkrut sampai-sampai saya tidak mampu makan tiga kali sehari dan juga saya benar-benar bangkrut karena nama saya identik dengan kemiskinan. saya berhutang baik dari teman-teman saya dan juga dari rentenir hidup saya di bawah ancaman saya harus melarikan diri dari rumah dan saya membawa anak-anak saya untuk bertemu ibu mertua saya karena sifat ancaman yang saya terima dari orang-orang yang meminjamkan saya uang Jadi saya harus mencari cara cepat dan mendesak untuk membayar kembali uang itu dan juga memulai bisnis baru usaha pertama saya sangat mengerikan karena saya ditipu sebesar Rp5.390.020.00 saya harus pindah juga dua minggu kemudian saya kehilangan Rp350.000,00 kepada pemberi pinjaman yang curang jadi saya turun secara finansial dan emosional karena ini adalah yang paling tidak saya harapkan sehingga seorang teman saya memberi tahu saya untuk menghubungi email ini: :( iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com) bahwa saya harus meminta jumlah berapa pun berharap agar Bunda Iskandar selalu menjadi kembali untuk memberikan bantuan keuangan kepada siapa pun yang membutuhkan sehingga saya meminta untuk jumlah Rp850.000.000,00 dalam waktu 24 jam cerita saya berubah untuk selamanya saya membayar semua hutang saya dan saya juga memiliki cukup uang untuk membiayai sendiri bisnis semua terima kasih kepada teman saya yang memperkenalkan saya kepada ibu khususnya dan juga kepada Ibu Iskandar pada umumnya untuk mengubah rasa malu saya menjadi terkenal
Atas perkenan: ISKANDAR LESTARI LOAN COMPANY
Email: (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)

Friska Natasia mengatakan...

Izin untuk bertanya kepada penonton yang sudah menonton film animasi Adit Sopo Jarwo: The Movie ya, apakah di film ini terdapat nilai nilai pendidikan karakter bagi anak?
Terimakasih