REVIEW - MOONFALL

7 komentar

Banyak yang menyebut bahwa karya terbaru Roland Emmerich ini terlalu bodoh, terutama akibat sebuah twist di pertengahan film. Saya menaruh anggapan berbeda. Tengok judulnya. Moonfall. Bukan asteroid yang jatuh menghantam Bumi, melainkan bulan. Kebodohan berlebih bukanlah sebab filmnya buruk. Justru sebaliknya, Emmerich seolah malu-malu mengakui kebodohannya, sehingga Moonfall jadi tontonan dengan krisis identitas.

Sebagai "master of disaster", tentu Emmerich paham betul formula film bencana. Sayangnya pemahaman itu tak berujung upaya penyegaran, tetapi pengulangan. Menulis naskahnya bersama sang kolaborator, Harald Kloser, dan Spenser Cohen (The Expendables 4), Emmerich memaksa kita melewati elemen paling klise sekaligus paling melelahkan di film bencana: prolog.

Sebelum tsunami menenggelamkan seisi kota, sebelum beragam landmark luluh lantah, kita kembali harus menemui seorang pria dengan kehidupan kacau, diceraikan sang istri yang kini memiliki suami baru yang jauh lebih mapan, sementara hubungannya dan sang anak merenggang. Pria itu adalah Brian Harper (Patrick Wilson), mantan astronot NASA yang karirnya hancur pasca kecelakaan maut di suatu misi. Brian dianggap bersalah, sedangkan rekannya di misi tersebut, Jocinda "Jo" Fowler (Halle Berry), sekarang menjabat sebagai wakil direktur NASA. 

Baik Brian maupun Jo tidak mengemban peran "pembawa pesan yang tak dipercaya" di sini. Peran itu jadi milik K.C. Houseman (John Bradley). Tapi K.C. bukan ilmuwan (atau mantan ilmuwan, atau ilmuwan gila). Dia adalah penganut teori konspirasi, yang meyakini kalau bulan merupakan benda buatan (megastruktur). Dialah yang pertama kali menyadari bulan telah bergeser dari orbitnya. Saya bisa membayangkan para penganut teori Bumi datar merasa Moonfall memahami perasaan mereka.

Intinya, bulan keluar dari orbit, siap menabrak Bumi, dan harapan umat manusia terletak di pundak Brian, K.C., dan Jo. Dari situlah Moonfall mulai tancap gas. Tapi biarpun pedal gas sudah diinjak, Emmerich cuma berkutat di gigi satu. Selepas penantian cukup lama, kehancuran tidak kunjung memuncak, pun eksekusinya medioker. Berbeda dari biasanya, Emmerich bagai setengah hati mengarahkan kiamat. 

Tentu momen-momen yang bakal memancing respon "Namanya juga film" masih dapat ditemui, misalnya mobil yang secara ajaib berhasil lolos dari setumpuk ancaman. Tapi semua itu lebih seperti pemenuhan obligasi, alih-alih perwujudan passion seorang pembuat karya (sesuatu yang senantiasa dimiliki Michael Bay, sejelek apa pun filmnya).

Seolah Emmerich membuat Moonfall hanya karena ingin melempar twist ekstrimnya, yang bak diambil dari novel Empire from the Ashes. Kejutan konyol yang sejatinya sah-sah saja digunakan, bahkan bisa jadi pembeda guna membawa Moonfall keluar dari keklisean film bencana, andai warna serupa konsisten ditampilkan. Moonfall could be a fun-to-watch gonzo sci-fi b-movie thanks to that twist.

Tapi di luar penokohan komedik K.C. (Bradley tampil maksimal, meski kualitas humor naskah cenderung lemah) Moonfall cenderung memandang dirinya terlampau serius, layaknya orang yang sesungguhnya sadar telah melakukan hal bodoh, namun menolak mengakuinya atas nama gengsi. Tone semakin inkonsisten, begitu ending-nya mengambil pendekatan komedi yang bahkan jauh lebih konyol dibanding twist di atas.

Selain Bradley, jajaran cast-nya seperti bingung sedang berada dalam film seperti apa. Kapasitas Wilson menyeimbangkan drama dan komedi lenyap, pun ia kurang meyakinkan sebagai figur jagoan. Sama tak meyakinkannya dengan cara Halle Berry menyampaikan speech khas film bencana. 

7 komentar :

Comment Page:
Aksa mengatakan...

ku kira bakal dikasih label "jelek" Wkwkwkwk

Anonim mengatakan...

bukan film untuk serius��twist nya bikin kita bengong dan tepok jidat sebagai penikmat film karena pasti ada kaitannya dengan marvel cinematic universe (MCU)��filmnya keren sebagai hiburan pelepas penat dan tunggu sekuelnya����������rating : 8/10

Billy Loomis mengatakan...

Lupakan soal cerita.
Nonton film ini sudah bersiap diri mengabaikan cerita.
Yang penting kehancuran yang dahsyat.
Tapi harapan itu sia-sia.
"Kiamat" yang ditunggu-tunggu cuma segitu doang.
KECEWA

Indra mengatakan...

Ada post credit nya?

Anonim mengatakan...

Nunggu nominasi Oscar 2022 nih

Chan hadinata mengatakan...

Film kyk gini harusnya.. kalo mau fun.. total aja skalian.. malah pake twist nda penting lg.. yg paling parah 1 jam pertamanya..
Mau dpt hiburan malah ngantuk😪

Nukidos mengatakan...

Film favorit Mbah Emmerich nya Mas Rasyid apa?