PIALA MAYA 10 - NOMINASI FILM CERITA, ANIMASI, DOKUMENTER PENDEK

1 komentar

Setelah cuma menjadi komite pemilih di dua gelaran Piala Maya terakhir (dikatakan "cuma" karena tugas saya memang sebatas memilih pemenang dari nominasi yang ada), tahun ini saya diberi tanggung jawab mengkurasi judul-judul yang mendaftar di medium film pendek. Total ada 144 film, yang kemudian dibagi ke dalam tiga kategori. Dokumenter dan animasi pendek masing-masing ada lima nominasi, sedangkan untuk film cerita pendek, karena jumlah pesertanya terbanyak, terdapat delapan nominasi. Tulisan ini dibuat sebagai wujud apresasi personal kepada tiap nominee dengan keunggulan mereka masing-masing. 

FILM ANIMASI PENDEK

Cipak Cipuk - Tidak hanya berisi visual cantik, pula gagasan kreatif mengenai dunia yang seluruhnya berupa lautan. Bayangkan kombinasi Waterworld dan Avatar: the Last Airbender dengan sentuhan budaya lokal.

Dio - Mengangkat tema yang masih kurang dijamah sineas Indonesia, yakni disleksia pada anak, dengan gaya bertutur hopeful (bisa ditonton di sini)

Diponegoro 1830 - Mengisahkan pengasingan Pangeran Diponegoro lewat gaya tutur kontemplatif, sembari ditopang oleh gaya visual unik yang bak mereplikasi lukisan Raden Saleh.

My Clouded Mind - Mengaduk-aduk emosi lewat isu dengan urgensi tinggi soal revenge porn, sembari tidak lupa menawarkan solusi informatif.

Garuda Naga and the Curse of Kadru - memberi twist unik dengan menyulap cerita dari legenda jadi suguhan aksi bak Saint Seiya. Sangat potensial diangkat ke medium film panjang (bisa ditonton di sini).

FILM DOKUMENTER PENDEK

Different Touch in Batik - Mengajak penonton melihat "sentuhan" yang perlu lebih diketahui publik mengenai para difabel pengrajin batik.

Ketika Tunas itu Tumbuh - Menyuarakan keresahan melalui penuturan informatif mengenai lenyapnya nilai-nilai budaya, yang kini kerap dilihat dari kacamata komersil belaka.

Lingkar Rombengan - Sekilas cerita mengenai thrifting-nya nampak sepele, tapi pemakaian kaca mata akademis dalam memandang fenomena itu menghadirkan dimensi yang lebih luas.

Maramba - Menampilkan ritual pemakaman raja terakhir Sumba secara estetis sekaligus berhasil penonton turut membaur ke dalamnya.

The Age of Remembrance - Sebuah penyatuan antara penelusuran sejarah Indonesia yang terlupakan dengan usaha sang sineas mengenali leluhurnya, dalam kemasan investigasi menarik.

FILM CERITA PENDEK

Angpao - Membawa nilai penting mengenai kejujuran bagi anak lewat presentasi hangat, menggelitik, pula segar berkat aspek kultural yang tidak Jawa-sentris (bisa ditonton di sini).

Culas - Membicarakan bahaya pinjol secara khusus, dan secara lebih general, jadi gambaran heartbreaking soal hilangnya kemanusiaan akibat masalah finansial.

Dear to Me - Memancing kejengahan terkait persepsi keliru terhadap LGBT tanpa perlu dibungkus amarah, namun lewat tuturan lembut nan cantik. 

Ibu Ora Sare - Cerita soal perjuangan sosok ibu yang dikemas hangat, penuh harap, dan terpenting, mampu menghindari keklisean poverty porn.

Membicarakan Kejujuran Diana - Kritik lantang soal isu di lingkup sekolah dan keluarga. Korban diberi ruang bicara, dibela, sedangkan kekeliruan orang tua tak dijustifikasi. Bentuknya agak mengingatkan pada Carnage (2011). 

Please Be Quiet - Mengangkat permasalahan penting tentang pelecehan seksual di dunia kerja, yang berujung pada pembungkaman suara wanita, melalui gagasan artistik kreatif (bisa ditonton di sini).

Ringroad - Gambaran menyakitkan perihal lingkaran setan tanpa ujung bernama "kesenjangan sosial" yang terus berputar dan dilestarikan.

Udin's Inferno - Sentilan menggelitik yang membahas bahaya mencekoki ketakutan atas nama agama kepada anak. Menghibur tanpa kehilangan ketajamannya. 

1 komentar :

Comment Page:
Fradita Wanda Sari mengatakan...

Salah satu film pendek Indo yang baru-baru ini ditonton dan apik adalah Demi Nama Baik Kampus yang tayang di salah satu channel Pemerintah. Temanya serupa dengan Please Be Quiet.