REVIEW - THE UNBEARABLE WEIGHT OF MASSIVE TALENT

6 komentar

Nicolas Cage bukan aktor pertama yang memerankan diri sendiri (maupun versi parodinya) dalam film. Daftarnya sudah amat panjang. Tapi persona unik hasil metode akting Nouveau Shamanic miliknya, serta lika-liku karir yang tiada duanya, membuat Nicolas Fuckiiiiiiiiiiiiiiing Cage" jadi salah satu figur paling menarik di daftar tersebut. 

Kehidupan pribadi berantakan, terlilit utang, penurunan karir, terjebak di kejayaan masa lalu. Cage di The Unbearable Weight of Massive Talent punya citra sebagaimana publik dunia nyata memandang sosoknya. Tentu beberapa elemen bersifat fiktif. Misalnya, Cage di sini baru menikah sekali (sebenarnya lima kali). Mantan istrinya bernama Olivia (Sharon Horgan), sedangkan sang puteri yang memasuki usia remaja, Addy (Lily Sheen), tak sebegitu akrab dengannya. 

Perbedaan lain? Cage asli tidak melihat wujud imajiner dari masa mudanya yang ia panggil Nicky (Cage dari era Wild at Heart).....well, mungkin. Tapi semakin mengenal Cage, semakin anda akan menyadari, versinya di film ini tidak terlalu melenceng. Misal obsesinya terhadap The Cabinet of Dr. Caligari (tepatnya segala bentuk film ekspresionisme Jerman), yang jadi salah satu pemicu konflik dengan Addy. Ayah mana yang memaksa puteri remajanya menonton film ekspresionisme berusia seabad? Nic Cage tentu saja. 

Poinnya, meski tetap menghibur bagi penonton awam, The Unbearable Weight of Massive Talent menghadirkan kepuasan lebih di hati penggemar, yang niscaya memahami antusiasme Javi Gutierrez (Pedro Pascal), kala Cage menerima undangan ("seharga"1 juta dollar) ke pesta ulang tahun sang miliarder. 

Javi memuja Cage. Face/Off (1997) termasuk dalam tiga film favoritnya sepanjang masa (nomor satunya mengejutkan). Di mata Javi, kehadiran Cage bak realisasi fantasi. Pahlawan fiktif idolanya jadi nyata. Itu pula tujuan The Unbearable Weight of Massive Talent. Ditulis naskahnya oleh Tom Gormican (juga selaku sutradara) dan Kevin Etten, film ini merupakan surat cinta hangat untuk "Lord Cage", yang membawa persona fiktifnya ke "dunia nyata". 

Cage si aktor dipaksa berubah jadi jagoan laga sungguhan, tatkala CIA mengungkap bahwa Javi adalah kriminal berbahaya. Tentu prosesnya tak semudah di depan kamera. Apalagi telah timbul koneksi antara keduanya, yang melebihi hubungan selebritas-penggemar, dan dari situ kehangatan berikutnya datang. Cage menemukan sahabat. Orang yang dapat diajak berbagi, mengobrol santai mengenai kegemarannya, terutama film. 

Percayalah itu melegakan. Apalagi jika telah melalui penantian lama (been there done that). Cage senantiasa total dalam berakting. Di depan kamera ia mengeluarkan seluruhnya. Tapi di belakang kamera, rupanya banyak hal masih terkubur, menunggu medium yang tepat untuk dicurahkan. 

Cage kembali menampilkan akting over-the-top selaku ciri khasnya, yang kali ini menghasilkan bobot berbeda. Bukan sekadar kegilaan menghibur, juga cerminan artis yang tersiksa. Pedro Pascal mampu mengimbangi. Walau memakai gaya berbeda, Pascal tidak kalah berwarna. Kadang intimidatif dan misterius, kadang menggelitik, bahkan bisa menyentuh hati ketika memancarkan kebahagiaan karena bertemu idola. 

Menurut Cage, ia menolak tawaran bermain di film ini tiga sampai empat kali, sebelum surat personal dari Tom Gormican mengubah keputusannya. Entah apa isi surat tersebut, tapi saya bisa membayangkan bahwa tokoh Javi merupakan representasi dirinya. Gormican memuja Cage, dan itu nampak betul dari caranya membuat film ini, baik selaku penulis naskah maupun sutradara.

Naskahnya, terlebih perihal membungkus komedi. Memakai humor meta, beberapa referensi dilempar secara kreatif. Contohnya saat menyelipkan momen tersohor "Not the bees" dari The Wicker Man (2006) yang kerap dijadikan meme. Begitu pun dalam mengarahkan aksi. Gormican paham bagaimana semestinya mengemas aksi yang melibatkan seorang Nicolas Cage. Mulai dari melibatkan LSD, hingga menambahkan efek dramatisasi berlebih jadi beberapa opsi. Banyak film berstatus surat cinta bagi aktor, tapi tidak semuanya sekreatif dan semenghibur The Unbearable Weight of Massive Talent. 

6 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Nouveau Shamanic itu apa mas? dan kenapa dinamai demikian?

Firman mengatakan...

Ikut penasaran juga

Anonim mengatakan...

Itu style akting Nicholas Cage sendiri dan dia sendiri yang menamainya dengan Nouveau Shamanic

Anonim mengatakan...

Itu style akting Nicholas Cage sendiri dan dia sendiri yang menamainya dengan Nouveau Shamanic

Anonim mengatakan...

Film seperti ini kini mulai tersisih, bang. Hari ini setelah baca review abang saya tertarik untuk menonton. Ketika order via online di XXI kota saya. Ternyata kursi penonton full hijau (available all seat).

Mau order, tp takut sendirian di teater. Akhirnya memutuskan batal menonton. Padahal genre menarik, dan review dari abang pun menarik. Sedih sedih sedih

Anonim mengatakan...

Keren banget ini film...full drama thriller action lucu...wajib nonton...skor 98/100