REVIEW - RUMAH KALIURANG

25 komentar

Sore tadi saya mendadak teringat video klip yang 10 tahun lalu membuat nafsu makan lenyap. Judulnya Forced Gender Reassignment dari band metal Cattle Decapitation. That's the most disturbing music video I've ever seen even until now. Bodohnya, saya tonton lagi video itu. Penyesalan pun datang belakangan. Tapi sekitar dua jam berselang, muncul penyesalan lebih besar selepas menonton Rumah Kaliurang. 

Ditangani oleh Dwi Sasono (ya, Dwi Sasono si aktor) dan Dondy Adrian yang sama-sama melakoni debut penyutradaraan mereka, ini seperti produk latihan yang mestinya dievaluasi secara internal ketimbang dirilis sebagai produk berbayar. 

Judulnya merujuk pada villa angker yang terletak di Kaliurang. Keangeran vila itu begitu dikenal, sampai pernah disambangi beberapa pembuat konten mistis. Wisatawan pun banyak yang berfoto-foto karena lokasinya dianggap "Instagrammable". Jadi sebelah mananya yang angker? 

Pokoknya, film ini menampilkan lima sahabat: Rani (Shareefa Daanish), Brama (Randy Pangalila), Kinan (Erika Carlina), Aji (Wafda Saifan Lubis), dan Anom (Khiva Iskak). Bagaimana mereka bisa bersahabat? Apakah teman sekolah? Teman kuliah? Teman sejak kecil? Entahlah. Pokoknya sahabat kental! 

Komposisi karakternya mencerminkan formula standar horor. Rani si gadis baik-baik, Brama dan Kinan adalah pasangan maksiat, Anom merupakan sosok penakut di kelompoknya, sedangkan Aji.....well, pokoknya sahabat mereka!

Sebagaimana formula standar horor pula, saat mobil mogok, kelimanya berjalan menelusuri hutan sebelum tiba di sebuah rumah kosong. Di rumah itulah terjadi banyak hal aneh. Beberapa hal aneh tersebut di antaranya: suara yang bak direkam langsung memakai mikrofon kamera, mixing timbul tenggelam ala film buatan anak SMA, penyuntingan jumpy, CGI yang gagal menyatu, sampai twist bodoh tatkala Husein M. Atmodjo (Midnight Show, Sekte, Mencuri Raden Saleh) selaku penulis naskah menganggap selipan elemen time loop di penghujung film adalah wujud kepintaran. 

Padahal banyak cara lain untuk membuat film ini pintar. Misal membenahi lubang logika. Saya selalu berprinsip bahwa kebodohan dalam horor perlu dimaklumi, selama tidak bersifat kontradiktif. Mengecek sumber suara mengerikan, lari ke jalan buntu, semua itu bisa dimaafkan. Tapi tidak dengan dukun yang menginjak sajen, ilmuwan terpandang namun berotak udang, atau dalam konteks Rumah Kaliurang, barisan orang dewasa yang tanpa ragu menyantap makanan yang (secara misterius) tersaji lengkap di atas meja makan dalam sebuah rumah kosong. 

Percayalah masih banyak lubang logika lain, namun menuliskannya di sini cuma membuang waktu. Tapi biarkan saya bertanya, kenapa film ini memakai kata "Kaliurang" di judulnya? Betul, latarnya adalah rumah angker sungguhan di Kaliurang, dan pengambilan gambar dilakukan di sana, tapi dalam semesta filmnya sendiri, Kaliurang luput dibahas. Jangankan soal mitologi atau sejarah, kata "Kaliurang" saja tidak disebut. Andai diubah jadi Rumah Bantul atau Rumah Gejayan pun sama saja. 

Memasuki 20 menit terakhir, Rumah Kaliurang tiba-tiba melempar suatu flashback, menjabarkan peristiwa tragis yang dahulu kala (entah pastinya kapan, pokoknya DAHULU KALA!) menimpa. Flashback yang membuat Shareefa Daanish menarikan tarian Jawa diiringi lagu Sepasang Mata Bola. Tidak nyambung? Jelas. 

Satu momen ketika secara samar muncul sesosok bayangan di belakang karakternya, tanpa musik atau cue suara apa pun, jadi satu-satunya momen creepy milik Rumah Kaliurang, sementara Shareefa Daanish berusaha sekuat tenaga memberi nyawa, sayangnya film ini tetap gagal terhindar dari status "bencana perfilman" di tengah gencarnya perbaikan kualitas horor tanah air. Mungkin para pembuatnya memang ingin tampil beda. Mantap!

(Bioskop Online)

25 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Anjir 1/2 dong hhh

vian mengatakan...

Liat posternya ngingetin sama poster2 film horor ala2 KK Dheeraj sama Nayato di awal 2010an. Ternyata bener, biasa main film belum tentu bisa bikin film :'(

Anonim mengatakan...

Untung gak langsung beli harga promo ini film, bagusan buat Qodrat atau Perempuan Bergaun Merah

Roya A'yuni mengatakan...

Hahaha emosinya dapet bgt😭

Anonim mengatakan...

Nunggu film tentang KALIURANG lainnya yang (pasti jauh lebih) keren, tapi kali ini drama tentang kehidupan di Panti Asih Pakem, bukan horor!

barjokondo mengatakan...

wah mas rasyid tau cattle decapitation ternyata, emang vidio klip lejen itu

Anonim mengatakan...

jelas ini film nanti jadi film cult klasik...

Anonim mengatakan...

“Semua yang ada di rumah ini terasa aneh”

Anonim mengatakan...

65 menit saja

Rasyidharry mengatakan...

Zaman masih tersesat di grindcore dkk 😂

Anonim mengatakan...

Kost Kaliurang yang serem tuh ... Yang punya kost annya

T500 mengatakan...

Hamdalah ada ripiew setengah bintang lagi hehehe

SUNSHINE mengatakan...

Lebih bagus reviewnya dripada felm nya wkwk

Anonim mengatakan...

duh mba errrrrr kok diambil sih hahaha

Anonim mengatakan...

filmnya keren banget ini so natural....

Anonim mengatakan...

tiba-tiba merasa hendak buang air kecil....

dududu mengatakan...

aink nyari pideo forced gender..di yutup kok kagak nongol ya. cm ada reaction aja. hehehe..
eh sama pilemnya aldi taher parahan mana yee?

Andi Suhendar mengatakan...

Kayaknya mending ini. Bang Rasyid gak review bisikan jenazah soalnya. CMIIW

Anonim mengatakan...

Gara-gara ini review, jadi penasaran nonton video klipnya 11-12 sama grotesque cuma bedanya grotesque lebih parah karena durasinya lebih panjang.

Oktabor mengatakan...

Dwi Sasono pasca kena kasus langsung gaspol main sana sini dan well.. jadi sutradara debutan juga. Habis banyak kayanya pas ketangkep kemarin

Anonim mengatakan...

alur cerita yang menarik ternyata tokoh para pemainnya dalam film nggak tahu kaliurang karena nggak dijelaskan dalam cerita sebagai pondasi film

Anonim mengatakan...

serem banget ini film.....

Anonim mengatakan...

film terbaik horror yang cult banget dijamin puas secara natural

Anonim mengatakan...

para karakter diperkenalkan satu per satu secara detail dan menarik dalam film rumah kaliurang

Anonim mengatakan...

berasa banget ini film berasa di rumah