REVIEW - PUISI CINTA YANG MEMBUNUH

16 komentar

JAFF 2022 menegaskan satu hal: jangan remehkan horor. Betapa genre yang kerap dipandang sebelah mata serta dianggap rendahan ini amat sulit dibuat. Hasil buruk menanti bila tak dibarengi cinta kepadanya. Apalagi saat si pembuat merasa perlu menaikkan kelas horor ke ranah yang lebih artsy (dari situlah muncul istilah "elevated horror"). Selepas Ismail Basbeth dalam Potret Mimpi Buruk, giliran sang mentor, Garin Nugroho, jatuh di lubang yang sama. 

Menulis naskah berdasarkan buku kumpulan puisi Adam, Hawa, dan Durian buatannya, sekaligus menyutradarai bersama Azhar Kinoi Lubis selaku co-director, Garin meleburkan Carrie dan Suspiria, kemudian menyuntikkan kekhasan estetikanya, yang alih-alih sebuah keliaran berkesenian, kali ini lebih nampak seperti parodi untuk karya-karya sang sineas. 

Ranum (Mawar de Jongh) mengambil sentral penceritaan. Seorang siswi sekolah busana yang terjebak di tengah rangkaian pembunuhan. Ranum juga mengikuti kelas memasak, di mana seorang chef (Morgan Oey) yang menjadi pengajar, terus merayu bahkan melecehkannya. Sang chef adalah korban pertama. Dia tewas pada acara perayaan ulang tahun kekasihnya (Fergie Brittany). Acara tersebut mengambil tema Halloween. Para tamu memakai kostum ikon-ikon horor dari Pinhead hingga Freddy Krueger, sedangkan lagu Happy Birthday dibawakan memakai aransemen metal. Garin bak berteriak, "Lihat! Saya membuat film horor lho!". 

Karya Garin tentu tak pernah lepas dari seksualitas. Layaknya penganut setia Freudian, perihal seks kerap dijadikan penggerak karakternya. Di sini seksualitas muncul, seolah hanya karena Garin merasa karyanya wajib menyertakan itu. Gazing-nya tentu saja "sangat laki-laki". Pada sebuah adegan, dosen Ranum yang diperankan Kelly Tandiono memakaikan gaun menerawang ciptaannya ke tubuh wanita yang bertelanjang dada. "Biarkan para pria mengintip tubuhmu dari celah kain ini", ucapnya. Saya merasa bukan karakter Kelly yang bicara di situ, melainkan Garin. Bukan hasrat si tokoh yang terpancar, melainkan si pembuat.

Ada banyak kematian di sini, yang melibatkan serangan beraroma supernatural layaknya Carrie. Harus diakui Garin cukup berani menebar sadisme. Metode pembunuhannya pun kreatif sekaligus serba berlebih. Garin membiarkan kebrutalan "murahan" mengambil alih, dan setiap pendekatan tersebut diterapkan, Puisi Cinta yang Membunuh selalu mencapai titik terbaiknya. Tapi jangan harap itu bertahan lama. 

Atas nama eksplorasi, Garin membuang banjir darah di babak pertama, lalu berulang kali mengubah arah filmnya. Memasuki babak kedua, timbul romansa antara Ranum dan seorang penulis puisi (Baskara Mahendra). Sisi psikis Ranum, terutama yang berkaitan dengan trauma, coba digali. Ayu Laksmi memerankan kerabat Ranum, yang menceritakan masa lalu si gadis kepada konselor (Raihaanun). Si konselor pun menyimpan trauma yang turut ia bagikan. Saya malah berharap menonton road movie yang dibintangi Ayu Laksmi dan Raihaanun. Keduanya amat cair berbagi rasa. 

Puisi Cinta yang Membunuh bicara soal dualisme manusia. Bagaimana sisi terang dan gelap eksis saling bergesekan dan kesulitan eksis secara bersamaan. Ketimbang eksplorasi mendalam, Garin lebih tertarik memakai pergulatan batin tersebut sebagai alat pencipta estetika, yang bahkan tidak cantik-cantik amat. Konklusinya penuh simplifikasi terhadap trauma, yang sekonyong-konyong dapat dilenyapkan bila si penderita berani melawan, atau disembuhkan oleh hadirnya romantika. 

Tuturannya sama sekali tidak baru. Sudah banyak film mengangkatnya, termasuk horor. Saya membicarakan horor arus utama, bahkan slasher, yang lebih berhasil menghantarkan pesan tanpa perlu memaksakan diri "naik kasta". Puisi Cinta yang Membunuh bukan eksplorasi, melainkan sebatas satu lagi bentuk pandangan rendah akan horor. Jika ada yang terbunuh, itu adalah kepercayaan penonton pada karya Garin Nugroho.

(JAFF 2022)

16 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Kenapa sih skrg pd ikut2an bikin film horror yg berdarah-darah??? Bikin kek horror yg gak ada darahnya, tp mencekam gitu ah elaaah...

Anonim mengatakan...

garin nugroho ikut ikutan buat film horror...wow, ini membuktikan film horror Indonesia tetap sebagai jaminan mutu di Indonesia alias balik modal

mass_umam mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
mass_umam mengatakan...

Hahaha....mas kalimat terakhirnya itu loh. Td malam kan dia cerita kalo sedang ada project dgn nikolas saputra yg tayang bulan juni. Di film tsb niko nyanyi.
Tapi aku skeptis dong, beneran bisa gak. Hahahah

Anonim mengatakan...

Lagi2 horor

Miskin banget genre film di Indonesia

lakinyaminami mengatakan...

Horornya garin yang berhasil ya Film Setan Jawa itu

Anonim mengatakan...

Selama pasarnya masih rame mau sesampah apapun film horor ttp bakal balik modal

Anonim mengatakan...

film horror indonesia semakin beragam genre nya, dari horror absurd sampai horror komedi

Anonim mengatakan...

Giliran di kasoh genre laen pada kga di tonton aneh dan penonton Indonesia

Anonim mengatakan...

Giliran di kasih genre laen pada kga di tonton aneh dan penonton Indonesia

Anonim mengatakan...

Gw nonton donk film2 Indonesia yg genrenya unik, kek SEPERTI DENDAM, BEFORE NOW & THEN, AUTOBIOGRAPHY

Anonim mengatakan...

ngantuk banget ini film

Anonim mengatakan...

ini film psikologi, bukan horror

Anonim mengatakan...

kata cinta dapat terwujud...ada hidup

Anonim mengatakan...

film puisi penuh romansa

adegan akhir menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.. persis awal di trailer nya

Anonim mengatakan...

Film nggak jelas, plot nya acak2an, hubungan antar tokoh utama dan peran pembantu jg gajelas kecuali anna dan laksmi. Dibilang horror psikologi jg nanggung krna minim detail. Yg ada terkesan terlalu memaksa untuk terlihat artistik dan penuh teka teki. Tidak ada pesan yg didapat selain menunjukan sekumpulan orang yg sama2 terganggu mentalnya.
Nggak nyangka mas garin bisa bikin film semaksa dan sejelek ini 😁