REVIEW - UNLOCKED

3 komentar

Subgenre home invasion thriller dibangun berdasarkan ketakutan kita akan serangan terhadap rumah. Ketika zona aman tempat berlindung disusupi, apakah kita masih punya daya upaya? Tapi zaman sudah berubah. Ruang personal tak lagi cuma berbentuk dinding-dinding kamar, melainkan selalu kita bawa dalam bentuk smartphone. Segala rahasia tersimpan di sana. Bagi beberapa orang kehilangan segepok uang tak seberapa mengerikan ketimbang "ditelanjangi" di dunia maya.

Unlocked, selaku adaptasi layar lebar kedua bagi novel Jepang berjudul sama karya Akira Teshigawara (lima tahun versi Jepang pernah dibuat dengan judul Stolen Identity), mengetengahkan fenomena di atas. Lee Na-mi (Chun Woo-hee) tanpa sadar kehilangan smartphone miliknya saat mabuk. Malangnya, dari sekian banyak kemungkinan, yang memungutnya adalah Oh Jun-yeong (Im Si-wan). 

Naskah buatan sang sutradara, Kim Tae-joon, tidak menunggu lama untuk menyuguhkan menu utama kepada penonton. Jun-yeong rupanya kerap melakukan tindak kejahatan memakai informasi yang dia curi dari smartphone para korban. Setelah mengacaukan hidup si korban, Jun-yeong membunuh mereka. Kita langsung diperlihatkan modus operandi si antagonis. Bagaimana ia bisa mengunduh data, membuka kode pengaman, dan lain-lain. Modusnya cerdik, pula mengerikan karena dapat diterapkan di realita oleh mereka yang telah berpengalaman. 

Menyoroti proses berpikir Jun-yeong memberi dinamika bagi jalannya alur Unlocked. Apalagi ditambah pengarahan sang sutradara, yang dibantu tata kamera stylish serta penyuntingan cekatan, melahirkan gelaran visual bertenaga yang senada dengan tema dunia modern filmnya. 

Na-mi punya beberapa orang terdekat. Ayahnya (Park Ho-san) yang mengelola kafe, Eun-joo (Kim Ye-won) si sahabat, dan CEO Oh (Oh Hyun-kyung) selaku atasan di tempatnya bekerja. Target utama Jun-yeong adalah membuat Na-mi kehilangan orang-orang yang selalu jadi tempatnya bersandar. Membuat dunia berpaling dari kita, seolah menekankan betapa rapuhnya hubungan manusia di dunia modern. Mudah terhubung, tapi juga mudah runtuh. 

Sayang, selepas meletakkan pondasi sedemikian solid, Unlocked bak menahan diri untuk tancap gas. Babak kedua yang mestinya penuh ketegangan justru lalai menghadirkan cengkeraman. Selipan tentang penyelidikan Woo Ji-man (Kim Hee-won), detektif yang curiga bahwa orang terdekatnya merupakan pelaku pembunuhan berantai tampil tidak menggigit. Tempo penceritaannya draggy, kerap berlama-lama di satu titik, di mana ada kalanya titik itu tidak perlu eksis. 

Satu hal yang terus menjaga kestabilan Unlocked adalah penampilan dua pemain utamanya, yang menciptakan kutub berlawanan. Chun Woo-hee menghidupkan protagonis yang gampang penonton sukai, sedangkan Im Si-wan (yang belakangan sering memerankan figur psikopat) memberi kita antagonis yang mudah dibenci.  

Sebuah twist jelang transisi menuju klimaks mampu menghadirkan kejutan, namun Unlocked tak pernah bisa mencapai level intensitas di paruh awalnya. Babak ketiganya sekali lagi kurang bertaring. Minimal konklusinya mampu memberi penekanan pada fakta mengerikan di terornya. Lingkaran teror dunia modern yang tak kenal putus, berupa invasi privasi yang bakal terus berlangsung, dengan atau tanpa sosok psikopat berdarah dingin.

(Netflix)

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

film bagus

Ashbar mengatakan...

Kurang suka endignya, terkesan dipaksakan untuk disudahi begitu saja.

Anonim mengatakan...

Setuju