REVIEW - LOST IN THE STARS

21 komentar

Lost in the Stars bak film idaman penonton masa kini yang cenderung mengagungkan twist. Setiap pengungkapan fakta selalu diiringi kejutan, yang seiring waktu semakin melibatkan rencana-rencana kompleks nan absurd dari karakternya. Penggila twist bakal bergembira, sedangkan mereka yang mencari substansi mungkin akan garuk-garuk kepala. 

Di tengah liburan di sebuah resor di Asia Tenggara, pria asal Cina bernama He Fei (Zhu Yilong) melaporkan istrinya, Li Muzi, yang telah dua minggu hilang, namun tak mendapat respon memuaskan dari polisi. Sampai suatu pagi, He Fei mendapati seorang wanita (Janice Man) muncul dan mengaku sebagai Muzi. He Fei bersikeras wanita itu bukan istrinya, namun semua bukti berkata sebaliknya. 

Apakah He Fei jadi korban penipuan? Atau justru kondisi psikis yang terganggu membuat pernyataannya tak bisa dipercaya? Dibantu Chen Mai (Ni Ni) si pengacara tersohor yang selalu memenangkan kasus, He Fei berusaha mengungkap kebenaran sebelum visanya kedaluwarsa. 

Terdengar familiar? Wajar saja, sebab Lost in the Stars merupakan adaptasi naskah teater Trap for a Lonely Man karya Robert Thomas, yang sempat beberapa kali diangkat ke medium film, baik secara resmi (Vanishing Act) maupun tidak (Misteri Dilaila). Alfred Hitchcock sempat nyaris membuat versi layar lebarnya, namun urung dilakukan. 

Banyak pihak pun menyematkan status Hitchcockian bagi Lost in the Stars. Secara permukaan, sebutan itu tidak keliru mengingat alurnya mengandung beberapa elemen khas Hitchcockian (salah tuduh, misteri soal identitas, dll.). Tapi di ranah esensial film garapan duo sutradara Cui Rui dan Liu Xiang ini amat berbeda. 

Jika di tangan Hitchcock plot twist hanyalah satu dari sekian banyak amunisi pembangun intensitas, Lost in the Stars menjadikannya jualan utama. Seolah cerita bergulir, semata hanya sebagai jembatan antar twist, yang takkan terlalu sukar diraba arahnya oleh penonton dengan banyak referensi film misteri. 

Tidak perlu repot-repot melibatkan diri dalam misterinya. Cukup tunggu twist yang segera menyusul. Tidak perlu pula memikirkan logika milik barisan twist tersebut, yang semakin lama semakin diisi keabsurdan. Jika bersedia melakukan hal-hal di atas, niscaya kesan konyol filmnya bakal berubah jadi hiburan yang cukup menyenangkan. 

Lost in the Stars didesain sebagai hiburan over-the-top yang terasa "besar" di segala lini. Tidak hanya terkait twist. Di beberapa titik ia sempat menyelipkan kejar-kejaran mobil, yang sayangnya punya hasil setengah matang karena kerap berakhir prematur sekaligus mendadak. 

Setidaknya, meski tak seberapa sukses mengolah aksi, Cui Rui dan Liu Xiang mampu menjaga filmnya agar tak membosankan walau bergulir sampai 122 menit. Permainan temponya cepat, dinamis, tepat untuk membungkus gaya narasi Lost in the Stars yang mengandalkan twist. Visualnya juga memanjakan mata, khususnya berkat pemakaian The Starry Night sebagai motif visual, entah dengan memasangnya di beberapa properti, atau sebatas membuat warna biru dan kuning mendominasi layar. 

Jajaran pemainnya tampil sesuai kebutuhan, dari Zhu Yilong yang sanggup membuat penonton mempertanyakan kondisi psikisnya, hingga Ni Ni yang karismatik. Tidak spesial, tapi sekali lagi, sesuai kebutuhan. Begitu pula keseluruhan Lost in the Stars. Bukan Hitchcockian cerdas, namun sebagai "kompilasi kejutan" yang tak usah dipandang terlampau serius, ia tidaklah mengecewakan.

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

ekspetasi rendah sebelum menonton, proses menonton terkejut WOW KEREN, endingnya dramatis : baby blues

Anonim mengatakan...

Chen Mai (Ni Ni) memimpin tim MISSION IMPOSSIBLE dikala Ethan Hunt [Tom Cruise rehat di tugaskan di tempat lain]

absurd, slowburn, alur cepat, pastikan pipis dulu sebelum duduk di ruang bioskop, jangan lewatkan tiap scene

terbaik

Anonim mengatakan...

Lost in the Stars sayang banget terlalu rendah jualan di bioskop dengan jam tayang terbatas bioskop terbatas, film bagus untuk semua kalangan umur

Anonim mengatakan...

pelangi merupakan sensasi dalam perfilman

Anonim mengatakan...

Zhu Yilong bagus, ikuti aja film -film lainnya

Anonim mengatakan...

Sumpah jelek banget ini film Bang wkwkwkwk. Plotnya tuh kayak ngeludahin logika manusia normal. Buat pecinta twast twist sih bakal orgasme nonton ginian tapi tolong lah sebenernya ini twistnya jelek banget. Heran ginian bisa box office no. 1 di Cina selama 2 minggu, kesimpulanku sih ya berarti pasar Cina masih 'gitu aja', ketinggalan sama negara tetangganya. Shoot2nya juga over dramatic tapi jelek dan ketinggalan jaman, berasa nonton film Thailand medio 2000-an wkwkwk. Heran aja sih sama yang bandingin ini film sama Gone Girl, ini mah cocoknya dibandingin sama Shutter Island, malah kek Shutter Island versi rip-off. Alih2 Hitchcockian ini mah cocoknya disebut Cock doang. Btw nice review Bang Rasyid!

Anonim mengatakan...

gilq banget, bagus ini film

Anonim mengatakan...

gila banget, bagus ini film

Anonim mengatakan...

skor ini film 9/10

Anonim mengatakan...

lucu menggemaskan bikin hidup ceria, inilah film yang bangkitkan hidup semakin naif

Anonim mengatakan...

film aneh dan bagus

Anonim mengatakan...

jalur cepat Lost in the Stars

Anonim mengatakan...

indahnya dasar laut di Lost in the Stars

Anonim mengatakan...

ketika cowok miskin menikahi cewek tajir berbuntut malapetaka

Anonim mengatakan...

Lost in the Stars adalah Mission Impossible Film

Anonim mengatakan...

Lost in the Stars yang mengandalkan twist berlapis mirip kue cake layer

Anonim mengatakan...

film bagus, gue udah nonton

Anonim mengatakan...

He Fei (Zhu Yilong) akting nya meyakinkan sebagai orang tak bersalah

Anonim mengatakan...

Lost in the Stars jika di remake film Indonesia pasti bagus dengan pasangan aktor aktris Indonesia langganan remake

Anonim mengatakan...

Ketika Lost in the Stars mengumbar nafsu syahwat, bagus film nya

Anonim mengatakan...

film darah dan air mata