REVIEW - TEENAGE MUTANT NINJA TURTLES: MUTANT MAYHEM

21 komentar

Benar bahwa presentasi unik film ini dapat eksis berkat Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018). Tapi komparasi keduanya kerap memunculkan simplifikasi. Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem bukan sebatas pengikut apalagi tiruan. Gaya visualnya adalah manifestasi kata "teenage" di judul franchise-nya. Perwujudan jiwa remaja yang terkesan serampangan, karena mengedepankan passion daripada keteraturan mengekang. 

Tidak perlu mengupas terlalu detail. Tengok bagaimana cahaya hanya digambar dalam bentuk coretan ala kadarnya. Menonton Mutant Mayhem seperti membaca komik yang dibuat secara autodidak oleh penggemar remaja sebagai ekspresi cintanya. 

"Peremajaan" juga dibawa oleh alurnya. Kuartet kura-kura ninja di sini bukan sekelompok pria dewasa kekanak-kanakan, namun sesuai namanya, sungguh-sungguh remaja, yang diisi suaranya oleh pelakon remaja, dengan permasalahan khas remaja. 

Leonardo (Nicolas Cantu), Donatello (Micah Abbey), Michaelangelo (Shamon Brown Jr.), dan Raphael (Brady Noon) merasa jengah akibat larangan dari sang ayah, Splinter (Jackie Chan), perihal berbaur dengan manusia. Mereka ingin lepas dari belenggu gorong-gorong gelap, lalu menapakkan kaki di dunia luar. 

Sederhana saja konflik hasil rumusan naskah karya Seth Rogen, Evan Goldberg, Jeff Rowe, Dan Hernandez, dan Benji Samit. Tapi justru dari kesederhanaan tersebut, alurnya terasa begitu dekat, sehingga ikatan emosi dengan penonton mudah dibangun. Protagonisnya ingin dicintai dan diterima. Tidak ada motivasi yang lebih jujur daripada itu. 

Modifikasi tokoh Splinter pun ikut berperan. Dia bukan master bela diri bijak sebagaimana versi-versi sebelumnya dari sang karakter. Dia pria tua biasa bersikap terlampau protektif akibat luka hasil penolakan oleh masyarakat. Sosoknya tidak terasa jauh, tiada beda dengan figur ayah di dunia nyata yang acap kali mengekspresikan kasih sayang terhadap anak lewat cara yang kurang tepat. 

Kemudian pertemuan dengan April O'Neil (Ayo Edebiri) membuka harapan baru bagi kura-kura ninja. Setelah versi bodoh milik Megan Fox di dua live action terakhirnya, akhirnya karakter April kembali ke jati dirinya. Seorang gadis berkepribadian menarik, sekaligus jurnalis cerdas yang melontarkan ide liar: Supaya dapat diterima oleh publik New York, keempat jagoan kita mesti menyelamatkan kota dari ancaman mutan jahat bernama Superfly (Ice Cube).

Apa pun mediumnya, film TMNT belum pernah semenyenangkan ini. Humor menggelitik, pilihan musik yang menggabungkan score garapan Trent Reznor dan Atticus Ross dengan deretan lagu hip-hop yang asyik, visual yang paling pas dideskripsikan memakai kata "cantik", semua saling berpadu. 

Terpenting, Jeff Rowe berhasil merealisasikan judul "mutant mayhem" di babak ketiga melalui aksi seru yang tak ragu menyatukan mutan sebanyak mungkin. Klimaksnya sedikit terkesan naif dalam memandang isu penerimaan masyarakat terhadap mereka yang dipandang berbeda, namun harus diakui, pilihan itu efektif memancing dampak emosi. Lagipula, bukankah kenaifan juga bagian dari kehidupan remaja?  

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

WTF, KEREN CUY

leo nardo mengatakan...

absolutely fuckin banger!!!!!

Anonim mengatakan...

ANJIR SHIT MY DUDE...ANJAY BANGET INI FILM !!!!!

Anonim mengatakan...

passion & pembuktian, itulah yang kerap ditunjukkan dalam diri para remaja kebanyakan

Anonim mengatakan...

Sempet ngerasain juga kalo artstyle-nya ini lebih kayak storyboard yang dianimasikan (in a best way they did) sih, makanya masih terheran-heran, ini animator bakal mau ngulik gaya animasi yang gimana lagi kedepannya biar penonton tetep nemuin gaya animasi yang seger dan terbarukan kesannya, kudos to all animators out there

Anonim mengatakan...

jauh banget jika animasi indonesia diterapkan, bisa nggak ya, kudu bisa lah

Anonim mengatakan...

gue nonton tanpa ekspetasi

begitu nonton, RSJ dah ini film, benar benar mind blowing crot bikin gue melongo

apalagi di tambah ada EXTRA MID CREDIT SCENE : MUSUH BERIKUTNYA, MUSUH ABADI....

bersambung

Anonim mengatakan...

tungguin jumbo garapan bang rian adriandhy, dari teasernya jauh² hari tampak menjanjikan sepertinya

Anonim mengatakan...

Casey kan belum nongol juga, jadi harus banget ada sekuelnya emang

Anonim mengatakan...

bukan hanya bocil yang suka, sugar daddy suka banget ini film sampai full isi bioskop

keren dan tidak membosankan

Anonim mengatakan...

HANYA ADA SATU KATA FILM INI : GREAT

Anonim mengatakan...

Ini baru film anumasi, gak kayak punya studio sebelah yang masih sibuk sisipin agenda LGBT di film animasi mereka disaat studio lain berkreasi dengan gaya animasi yang makin keren

Anonim mengatakan...

mantap jiwa sambil makan popcorn & siomay ini film benar benar bikin lapar

Anonim mengatakan...

Seru Bisa Bawa Para Bocil, 86

Anonim mengatakan...

abis nonton film ini, pengen belajar illustrasi

CIAMIK 100%

Anonim mengatakan...

Skor ini film : 9.5/10

Anonim mengatakan...

CARTOON FOR ADULT

Anonim mengatakan...

mtf, ciamik 100% pure

Anonim mengatakan...

3x nonton, masih bagus aja

Anonim mengatakan...

Lebih bagus animasi made in Indonesia di layar bioskop, lebih membumi

Anonim mengatakan...

anak anak suka, bagus