REVIEW - THE NUN II

30 komentar

"The greatest evil in The Conjuring universe", demikian tulisan yang tercantum di poster The Nun II. Mendeskripsikan entitas mistis selaku antagonis sebagai "terjahat", "terkejam", atau sebutan hiperbolis lain merupakan kewajaran. Tapi tidak sedikit yang gagal merealisasikan slogan tersebut di filmnya. Di luar dugaan, The Nun II berhasil melakukannya, untuk menebus dosa film pertama lima tahun lalu.

Berlatar tahun 1956, alias empat tahun pasca teror di Rumania, Suster Irene (Taissa Farmiga) mendapati bahwa Valak (Bonnie Aarons) belum benar-benar musnah, dan justru menebar kematian di seantero Eropa, yang bermuara di sebuah sekolah asrama di Prancis. Dibantu suster baru bernama Debra (Storm Reid), Irene berusaha menghentikan aksi sang iblis keji untuk selamanya.

Tentu kita tahu teror Valak belum usai. Dia masih berkeliaran hingga lebih dari 20 tahun kemudian, kala berhadapan dengan pasutri Warren dalam The Conjuring 2 (2016). Bukan masalah. Tidak ada antagonis horor yang selamanya mati, terutama jika sosoknya berkaitan erat dengan dunia gaib.

Pecinta horor pun sudah hafal betul formula yang diterapkan oleh naskah buatan Ian Goldberg, Richard Naing, dan Akela Cooper di film ini, dari awal hingga resolusi antiklimaks khas horor bernuansa religi, saat "kekuatan Tuhan" selalu datang sebagai deus ex machina yang dapat sedemikian gampang menyelesaikan permasalahan. 

Walau keputusan trio penulis untuk membagi alur menjadi dua cabang (investigasi Suster Irene dan cerita di sekolah asrama) mampu mengurangi kesan monoton, secara keseluruhan jalinan ceritanya masih generik. Bahkan cenderung membosankan, akibat ketiadaan kandungan misteri yang mampu menjaga atensi maupun dampak emosi yang mengikat hati. 

Di jajaran pemain, selain Taissa Farmiga yang tetap tampil solid, Storm Reid adalah wajah baru yang punya cukup kapasitas untuk mengatrol kualitas film melalui aktingnya, namun sayang, karakter Debra luput dieksplorasi. Selepas perkenalan menarik sebagai suster pembangkang, praktis Debra hanya menjadi teman perjalanan Irene dengan eksistensi yang tak seberapa penting, menyia-nyiakan performa Reid yang lebih berwarna dibanding mayoritas karakter di semesta The Conjuring. 

Ya, The Nun II menyisakan setumpuk keluhan. Tapi barisan kelemahan di atas (nyaris) tidak berarti, ketika Michael Chaves (The Curse of La Llorona, The Conjuring: The Devil Made Me Do It) selaku sutradara berhasil menyelesaikan tugas paling mendasar, yakni menebar teror dengan menjadikan Valak sebagai pondasi.

Valak bukan sebatas hantu yang doyan setor muka, yang hanya iseng menakut-nakuti tanpa menyisakan luka. Valak di sini layaknya monster pembawa maut. Iblis yang di tiap perjalanannya selalu meninggalkan tumpukan mayat korban-korban yang ia habisi secara brutal. Pria, wanita, tua, muda, hingga bocah, tak satu pun lolos darinya. 

Berangkat dari momen ikonik kala Valak muncul dari lukisan di The Conjuring 2, Chaves dan tim hadir dengan berbagai metode penampakan kreatif lain. Jump scare-nya efektif menaikkan kembali intensitas yang selalu turun tiap fokus berpindah ke cerita, pun Chaves jeli menciptakan deretan imageries membangun rasa tidak nyaman (adegan "pembakaran pada klimaks pertarungan Valak-Irene jadi salah satu contoh). The Nun II memastikan franchise-nya masih memiliki daya untuk terus berjalan, meski tak membawanya ke tingkat lebih tinggi.    

30 komentar :

Comment Page:
Hendra triwijaya mengatakan...

Boleh lah sambil nunggu A Haunting In Venice nonton valak dulu

Anonim mengatakan...

Ian Goldberg, Richard Naing, dan Akela Cooper gagal dalam alur cerita, plot hole & biasa saja

Anonim mengatakan...

Taissa Farmiga lebih cocok menjadi aktris komedian

Anonim mengatakan...

Storm Reid, serem banget

Pamela mengatakan...

Gercep ya nyampah para anonim caper

Anonim mengatakan...

gue udah nonton, biasa aja, plus nya aroma eropa membumi bikin serem

Anonim mengatakan...

timeline the conjuring cinematic universe yang membingungkan, ada yang bisa beri penjelasan ?

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid, review nya sangat bermafaat

Anonim mengatakan...

Sepemikiran wkwk, ternyata bukan gue aja yg keganggu sm anonim labil

Anonim mengatakan...

jangan tinggalkan bioskop, ada CONJURING

Anonim mengatakan...

ketika kecoa dan kambing melambangkan sensualitas berhasil di tampilkan di film NUN 2 benar~benar pagan yang mengerikan

Bang Hafidz mengatakan...

Ganti dulu bang tampilan template webnya

Anonim mengatakan...

open scene 5 menit yang WTF full

Anonim mengatakan...

valak sebagai entitas mortal belum menceritakan asal usul nya secara utuh, lanjut babak trilogi the nun 3

Anonim mengatakan...

ini bukan cerita valak, ini cerita drama mengenai asrama beserta para tokohnya & 2 suster

Anonim mengatakan...

aura lokasi dan karakteristiknya laksana film italia pada umumnya, brutal gelap melodrama

aan mengatakan...

anonim kumat kalo komen film barat🤣🤣

Anonim mengatakan...

sumpah, jelek banget ini film, hamburkan uang aja

Anonim mengatakan...

kambing so macho jantan abis

Anonim mengatakan...

film laris manis sampai bioskop full dengan para bocil beserta orang tua nya, luar biasa

Anonim mengatakan...

jelek, bagus film srimulat

Anonim mengatakan...

Horor sampah, kualitasnya dibawah film-film danur

Anonim mengatakan...

Karya Chaves horror ala generik makanya kalo nonton film liat jejak rekam sutradaranya, rating, ulasan di forum kritikus. Biar tidack buang buang duit ke bioskop 😝

Fujianti mengatakan...

Yang komen anonim di sini anak haram

Anonim mengatakan...

semesta conjuring lebih jelek banget, bagus joko anwar

Anonim mengatakan...

The Nun 2, junk food film

Anonim mengatakan...

alur drama dan plot twist yang memaksakan biar megah, bonus scene yang sampah

Anonim mengatakan...

time line yang ngaco

Anonim mengatakan...

saya nonton ketawa, film yang lucu di tahun 2023

Anonim mengatakan...

bagus film dono kasino indro ini mah, penonton kecewa di bioskop