REVIEW - IU CONCERT: THE GOLDEN HOUR
Stadion Olimpiade Seoul, 18 September 2022. Langit senja memancarkan warna jingga. Suasana tenang. Damai. Bahkan saat IU (yang menggelar konser solo kembali setelah tiga tahun) membuka pertunjukan lewat lagu Eight, ia mengawalinya dengan akapela. Muncul perasaan khidmat, nyaris religius.
The Golden Hour memang bukan film konser K-pop biasa. Dia tahu cara bernarasi. Banyak hal patut dirayakan. Sebutlah perayaan 14 tahun karir sang penyanyi, pula fakta bahwa ia merupakan musisi wanita Korea pertama yang menggelar konser di stadion berkapasitas hampir 70 ribu orang tersebut. Tapi sebagaimana prinsip bercerita yang tak langsung melompat ke klimaks, The Golden Hour enggan terburu-buru mengajak penontonnya berpesta.
IU sendiri jeli dalam bercerita. Mungkin karena ia telah banyak menyerap ilmu dari para penutur ulung, termasuk kala membintangi Broker karya Hirokazu Kore-eda. Simak susunan setlist yang kentara memperlihatkan intensinya berbagi kisah.
Kisah seperti apa? Kini ia telah dewasa. Sudah menginjak 30 tahun. Bukan lagi nation's little sister (julukannya di awal karir). Mungkin ia tidak lagi lebih menyukai rambut pendek ketimbang rambut panjang seperti lima tahun lalu. Perubahan itu mendorongnya "meluluskan" lagu Palette, yang selepas konser ini takkan lagi dibawakan.
Selain Palette, Good Day juga dipensiunkan. Agak mengejutkan, sebab inilah lagu yang melambungkan nama IU berkat tarikan "tiga nada tinggi" miliknya. Alasannya? Tingkat kesulitan tinggi dalam Good Day membatasi opsi IU mengutak-atik susunan setlist baru. Dia ingin bebas bereksplorasi. Berapa banyak musisi berani mengesampingkan lagu hit mereka atas nama eksplorasi?
Pencapaian terbesar The Golden Hour yang jarang dimiliki film konser terutama K-pop adalah, ia mampu membawa penonton mengenali identitas si penyanyi. Sekali lagi, filmnya piawai bercerita. Bahkan tiga VCR di sela-sela penampilan bukan sebatas parade visual kosong selaku selingan. Ada kisah menyentuh yang mewakili proses pendewasaan IU dalam mengarungi hidup. Bagaimana My Sea, yang mendukung narasi VCR tersebut dijadikan nomor penutup (en-encore di konser lebih seperti mid-credits scene dalam film) juga bukti bahwa konser ini didesain dengan "bercerita" sebagai intensi utama.
The Golden Hour pun sanggup menjustifikasi eksistensinya di layar lebar, meski telah dirilis dalam format DVD dan Blu-ray, pun beberapa klip dapat ditemukan di YouTube. Film ini bukan "rekaman konser" semata, namun sebuah pengalaman sinematik yang layak dikonsumsi di bioskop. Pilihan shot-nya megah, mendukung beragam momen magis yang IU hadirkan. Strawberry Moon yang dibawakan dari balon udara, sampai Above the Time yang didahului pertunjukan drone memukau jadi dua contoh terbaik.
Tapi serupa IU yang dikenal humanis, The Golden Hour bukan cuma pameran teknologi. Manusia adalah komponen terpenting. Tidak perlu lagi membahas kemampuan bernyanyi IU, maupun kehebatannya menguasai panggung. Jajaran penari, musisi pengiring, juga tim orkestra turut diberi sorotan. Sebuah paket lengkap.
Seusai film, saya meninggalkan bioskop dan mendapati langit senja secara kebetulan juga tengah menampakkan golden hour. Tanpa sadar timbul pemikiran, "Bukankah kita sungguh beruntung bisa hidup di era yang sama dengan Lee Ji-eun?".
40 komentar :
Comment Page:skip
saatnya lupa minum susu Good Day
B aja, bagus film konser SLANK dan SHEILA ON 7
Apa serunya liat plastik joget2
nggak dulu format DVD dan Blu-ray
lebih bagus konser musisi Indonesia
ngabisin bakar duit aja
bagus ini UI Konser Korea, nilai : 6.5/10
lagu nya keren bikin nggak fokus ngeliat jam terus pengen cepat selesai
Konser Dewa 19 Yes
Anonim busuk, mamak kau yg plastik
review di movfreak ini udah bagus banget.. tapi kolom komentarnya keliatan banget banyak orang tolol berpendidikan rendah yang asal komen
Bagusan juga IU Ting Ting
panggung srimulat ok banget
aneka ria safari lebih memorable
ada yang lebih bagus dari konser korea tah
gue udah nonton ini konser, bagus rush hours, kocak
konser lesbian, aku suka ini
The Golden Hour, konser bocil ABG, bagus menarik
Review nya bagus banget tapi yang komen kebanyakan otak nya ketinggalan di tempat sampah
junkfood movie
The Golden Hour bagus di poles lagi biar kinclong
Konser The Golden Hour sebaiknya di gabung dengan konser stand up komedi pasti lebih menarik
saya suka nonton film horror ini The Golden Hour bikin jantung saya berdegup kencang
amazing flop movie
Komenannya sok menghina tpi sembunyi di balik nama "anonim"
Film lokal rilis reviewnya ogah-ogahan, giliran film muka plastik langsung sat set
bagus konser dangdut lebih menghibur merakyat
luar biasa konser komedi yang lucu abis
vina panduwinata lebih keren konser nya
ini para anonim ketahuan banget ngefans sama Bang Rasyid. setiaaaa banget memenuhi kolom komen dengan kecaperan tingkat anak SD uwuwwwwwwww
gue sudah nonton, boleh dong komentar daripada jomblo & gatel tangan, keren ini film, gila banget
konser amazing 3 jam puas
konser dangdut korea emang asli cuan luar biasa
Lele Laila emang keren garap naskah konser megah mahal
Ini penayangannya terbatas ya? Gw cari2 kayanya udh ga diputer lg ya
telor busuk
Rotten Tomatoes
freak show
Caper Tingkat Bocil
Posting Komentar