REVIEW - TOTALLY KILLER

21 komentar

Kita hidup dalam era di mana upaya menyegarkan formula klise telah melahirkan keklisean baru. Salah satunya elemen perjalanan waktu dalam slasher. The Final Girls (2015) hingga Happy Death Day (2017) beserta sekuelnya, Happy Death Day 2U (2019), ambil bagian memopulerkan tren tersebut. Totally Killer menyusul kemudian, yang nyatanya mampu tampil menyenangkan meski tak mendobrak pakem familiar di premisnya. 

Karena seperti sudah sering saya singgung, pembaruan bukanlah kewajiban. Bagaimana sineas memaksimalkan materi di tangan mereka jauh lebih penting, dan itulah yang dilakukan Nahnatchka Khan (Always Be My Maybe) selaku sutradara, bersama trio penulis naskahnya, David Matalon, Sasha Perl-Raver, dan Jen D'Angelo. 

Satu yang langsung nampak sejak awal adalah kebolehan para penulis merumuskan humor lewat deretan banter dan one-liners menggelitik, yang dibawakan secara sempurna oleh para pemain. Berkatnya, Totally Killer memiliki babak awal yang kuat, kala memperkenalkan kita pada sang protagonis, Jamie (Kierman Shipka). 

Jamie adalah remaja pemberontak. Bukan tipikal pemberontak yang memancing kekesalan. Sebaliknya, berbekal comic timing kelas satu, Kierman Shipka memudahkan penonton mencintai karakternya. Ketika film berakhir, teriakan "Too horny! Too soon!" bakal susah lepas dari ingatan. 

Tinggal di kota kecil bernama Vernon, Jamie mesti menghadapi sikap paranoid ibunya, Pam (Julie Bowen), tiap hari Halloween. Semua bermula di tahun 1987, tatkala pembunuh yang dijuluki "Sweet 16 Killer" membantai tiga sahabat Pam, menusuk mereka 16 kali tepat di malam ulang tahun ketiganya yang ke-16. Ketakutan Jamie (juga warga Vernon lain) terhadap tragedi 35 tahun lalu, pula berbagai "persiapan" yang ia lakukan untuk berjaga-jaga andai si pembunuh muncul lagi, membuat paruh awalnya terasa unik, bagaikan sekuel lintas generasi untuk film yang tidak pernah ada (bayangkan film kelima Scream tanpa eksistensi empat judul pertamanya). 

Bagi Jamie sikap ibunya berlebihan, sebab di era modern seperti sekarang, eksistensi teknologi seperti GPS telah memberi perlindungan dari ancaman pembunuh. Nyatanya ia keliru. Seolah menegaskan bahwa modus operandi kriminalitas pun berevolusi seiring waktu, si pembunuh kembali beraksi. Bermodalkan mesin waktu buatan sahabatnya, Amelia (Kelcey Mawema), Jamie kembali ke tahun 1987 guna menghentikan teror Sweet 16 Killer. 

Di masa lalu, beragam rintangan dihadapi Jamie. Pertemuan dengan Pam versi muda (Olivia Holt) yang punya citra jauh berbeda termasuk di antaranya, namun yang tak kalah memusingkan adalah mendapati perbedaan nilai. Terjadilah benturan antar generasi. Hal-hal yang kini dianggap keliru (rasisme, seksisme, body shaming dll.) dirasa wajar oleh masyarakat tahun 1987. Tapi Totally Killer tidak berniat menumpahkan amarah. Sebaliknya, ia memandang segalanya sebagai produk masa lalu konyol yang cukup ditertawakan sembari dijadikan pelajaran. 

Sedangkan elemen horornya memang tidak spesial. Desain kostum dan topeng si pembunuh (mengambil inspirasi dari wajah Kiefer Sutherland, Rob Lowe, Dolph Lundgren, dan Johnny Bravo) terlampau generik untuk dapat menonjol di antara antagonis slasher lain, begitu juga sekuen pembunuhannya yang tak seberapa kreatif, walau darah yang tumpah sejatinya memadai dari segi kuantitas.   

Setidaknya pengarahan Nahnatchka Khan mampu menambal kelemahan minor di atas melalui energinya. Sang sutradara nampak bersenang-senang dalam menuturkan kisah perjalanan waktu, yang biarpun masih meninggalkan secuil tanda tanya pada konklusinya, secara keseluruhan jelas dirumuskan dengan penuh perhatian terkait detail dan "aturan", sehingga melahirkan misteri menarik yang tak membuat penonton garuk-garuk kepala. 

(Prime Video)

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Nahnatchka Khan badass nehi nehi tarian yahud

Anonim mengatakan...

penulis naskahnya, Lele Laila, David Matalon, Sasha Perl-Raver, dan Jen D'Angelo memang keren dalam hal absurd konak action time travelling

Anonim mengatakan...

skip, nggak ada kuota kere

Anonim mengatakan...

konak kocak konyol homo absurd

Anonim mengatakan...

tumben kagak netflix

Anonim mengatakan...

wtf film lesbi banget, mantap

Anonim mengatakan...

good movie

Anonim mengatakan...

ini film apaan cih

Anonim mengatakan...

over brutal

Anonim mengatakan...

konak banget ini film

Anonim mengatakan...

SKIP

Anonim mengatakan...

lucu filmnya top

Anonim mengatakan...

rekomendasi untuk di tonton

Anonim mengatakan...

kuota abis akibat nonton ini film

Anonim mengatakan...

real totally killer

Anonim mengatakan...

wow film bombastis

Anonim mengatakan...

bersambung...

Anonim mengatakan...

fast food movie

Anonim mengatakan...

i like this movie

Anonim mengatakan...

point good film

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid atas review nya